Kebahagiaan dan kehidupan damai yang diharapkan raisa, cewek keras kepala, dan galak, tiba tiba sirna, ketika ia dipertemukan dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan, dan selalu membuat emosinya naik setiap saat.
Banyaknya lika liku kehidupan yang menumbuhkan benih cinta, terpaksa membuat raisa membuka kembali lembaran dimasa lalunya, dan, mencari siapa sebenarnya seseorang yang menjadi pahlawan kecilnya.
akankah raisa menemukan siapa pahlawan kecilnya?
atau ia harus melupakan dan mencari hati yang lain untuk berubah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellmei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gue heran aja vir, kok lo makin hari makin cantik aja dimata gue.
27
kelvin mengaduk minumannya dengan malas, ia menopang dagu tidak bersemangat, merasa ada yang kurang karena 2 hari terakhir penyemangat nya tidak bersekolah karena sakit.
"hambar banget hidup lo wey" revan yang baru datang berujar, revan pun duduk didekat kelvin, menepuk bahu cowok itu pelan, kelvin hanya melirik sekilas tanpa menanggapi perkataan revan.
"elah, lo kenapa dah vin, galau terus perasaan" tanya revan sambil meminum juz melon nya
"kedatangan lo bikin hidup gue makin galau" jawab kelvin malas, revan berdecih pelan, iapun menjitak kepala kelvin.
"awww, sakit bangke" maki kelvin lalu membalas perbuatan revan, ia menarik rambut revan agak kuat, revan yang tidak mau kalah menarik telinga kelvin sampai memerah, jadilah aksi tarik menarik antara mereka berdua diiringi tawa keduanya.
Semua orang menatap mereka kagum, melihat aksi keduanya, beginilah gunanya seorang sahabat, berat tidak berat sama-sama dipikul ringan, sama-sama dijinjing, dan itu yang dilakukan revan dan kelvin, jika slah satu dari mereka berempat merasa sedih, maka yang lain akan mencari cara untuk membuat mereka kembali tersenyum.
Raisa dan yang lainnya tidak lama datang, ikut bergabung dengan mereka berdua.
"Guys gimana kalau ntar pulang sekolah kita ke rumah vira?" tanya keysha meminta pendapat pada yang lainnya
"Gue setuju, gue kangen sama tu anak" jawab kanza setuju yang diangguki semua orang
"Lagian di kasihan satu sableng ini, galau terus kalau nggak ada vira" seru revan sambil melirik kelvin
"Aduh kelvin cup cup cup sayang, jangan nangis, sini nak mama peyuk" sambung nathan yang ikut menggoda, cowok itu mengelus rambut kelvin menirukan gaya seorang mama yang menenangkan anaknya, dengan kesal kelvin menjitak kepala nathan yang disambut gelak tawa semua orang
"Ngakak gue lihatnya njir" keysha berseru dengan tawa yang menggelegar sambil memegang perutnya.
"Oh jadi mau ngetawain kakak nih" ancam nathan membuat keysha menjadi bungkam, ia menggelengkan kepala tidak berani, nathan tersenyum jahil, dan menarik hidung keysha sampai memerah
"Aww kak nathan sakit" keluh cewek itu memegang hidungnya yang memerah akibat perbuatan nathan, semua orang kembali tertawa melihat wajah cemberut keysha, cewek itu menatap nathan dengan sinis yang disambut cengiran oleh cowok itu, dengan gemas nathan mengacak rambut keysha hingga berantakan, setelah itu ia kembali merapikannya
"Hm..gue gak ikut ya, soalnya ada urusan, sampein aja salam sama vira" raisa berujar agak ragu, ia tidak mungkin meninggalkan andika di rumah denny sendirian.
"Emang lo mau kemana ra?" tanya reza menatap raisa curiga
"Gue...gue ada acara di rumah teman" raisa berkata dengan gugup karena saat ini semua orang menatapnya.
"Bohong, ayo lo mau apa? gue tahu lo paling gak bisa bohong, ayo ngaku kalau gak ngaku, lo gue paksa ikut" kanza menunjuk raisa menyudutkan, karena ia memang kenal betul dengan raisa, jujur dan tidak jujurnya raisa, kanza pasti akan mengetahuinya.
"klo kanza udah bilang gitu, gue ikut" keysha tersenyum jahil, membuat raisa menunduk, cewek itu menghela nafas sambil meremas rok yang dikenakannya
"Gue mau temenin andika, dia sendirian" jawab raisa benar-benar gugup, semua orang tertawa mendengar jawaban polos raisa
"Cie ada yang lagi jatuh cinta nih" goda revan
"key, raisa kita udah gede nih, cie...." goda kanza ikut menggoda aja itu terus mencolek gurita
"Udah ada yang mulai buka hati ini. .. " reza ikut-ikutan menggoda mengedipkan sebelah matanya
"Udah udah, kasihan raisanya, jangan digoda terus, lihat yuh pipinya udah merah" kelvin menengahi melihat yang menunduk menyembunyikan warna merah di pipinya sambil meremas rok yang ia kenakan, semua orang kembali tertawa mendengar perkataan kelvin
"Oke gue izinin lo buat gak ikut" kanza pun merangkul raisa membuat cewek itu tersenyum.
"Makasih semuanya" ucap raisa dengan tulus kepada mereka.
💫💫💫
Rasa pening kembali hadir saat andika membuka matanya, ia memegang pelipisnya yang sedikit nyeri akibat pengaruh alkohol tadi malam, ia seperti mengingat sesuatu namun tidak tau apakah itu nyata atau tidak, namun senyumnya tetap mengembang, yah walaupun adegan dimana raisa menciumnya itu mungkin adalah khayalan atau mimpinya, namun andika tetap senang.
Andika menatap sekelilingnya bingung, ia tidak tau sekarang berada dimana, karena terakhir kali yang ia ingat hanya saat memecahkan gelas yang melukai tangannya, andika melihat luka ditangannya juga sudah diobati dan diperban dengan rapi, entah siapa yang melakukannya, ia tidak tau.
Ia turun dari atas kasur melangkah kekamar mandi untuk mencuci wajahnya, meskipun tidak tau sekarang ada dimana, setelah selesai andika keluar dari kamar menuruni tangga, ia benar-benar bingung sekarang berada dimana, keadaan rumah itu sangatlah sepi, tiba dilantai bawah andika melihat banyaknya foto yang berjejer rapi, matanya tertuju pada salah satu foto yang begitu familiar, sebuah foto seorang cewek yang tengah tersenyum, dan orang itu adalah raisa tunangannya, andika mengambil foto itu dengan seulas senyum dibibirnya.
"lama gak ketemu sama lo, gue kangen sa" ia berucap lirih
"ekhem, udah bangun ya?" tanya seorang cewek dibelakangnya, cewek yang tak lain adalah dinda.
Andika buru-buru menaruh foto itu kembali ketempatnya, ia menatap dinda bingung
"biasa aja kali natapnya, klo masih kangen lanjutin aja pantengin fotonya" goda dinda sembari tersenyum
"lo kenal raisa?" tanya andika ragu
"bukan cuma kenal, malah dia sering tinggal disini" jawab dinda enteng, cewek itu duduk disofa dengan santai
"gak mau duduk?" tawar dinda yang mendapat anggukan kepala andika, terlihat kaku dan segan.
Drttt drttt drttt
ponsel dinda bergetar menandakan bahwa ada pesan masuk, cewek itu mengambil ponselnya melihat siapa yang mengiriminya pesan.
"lo udah makan?" tanya dinda kembali fokus pada andika, cowok itu menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"eh iya lupa, lo kan baru bangun, mana bisa makan" ucap dinda memukul jidatnya sendiri, membuat andika tersenyum dengan kelakuan dinda,
"gak usah senyum, gue tau gue lucu" ucap nya dengan percaya diri, dinda pun berdiri melangkah menjauh dari sana.
Andika menggelengkan kepala takjub dengan kelakuan dinda yang tidak terduga.
"klo lo lapar, makanannya ada dimeja makan, meja makannya ada didapur, dapurnya ada disana oke, gue mau siap-siap dulu mau jemput anak" dinda kembali berujar lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan masuk kekamarnya.
Andika kembali tersenyum seraya menggelengkan kepala kagum dengan dinda yang apa adanya tanpa memikirkan lawan bicaranya.
💫💫💫
"kita pulang duluan ya vir" ucap kanza mewakili teman-temannya, ia mendekat pada vira, lalu memeluknya singkat.
"cepet sembuh ya"
"gue cuma gal enak badan biasa kok, besok gue pasti sekolah" jawab vira dengan senyum khasnya
Kini giliran keysha yang mendekat lalu memeluk vira erat, mata keysha berkaca-kaca, cewek itu paling tidak bisa melihat salah satu dari mereka terluka ataupun sakit, ia akan menjadi heboh sendiri.
"vira gue sakit huhuhu, cepet sembuh biar gue ada temennya disekolah, bangku sebelah gue kosong kalo lo gam ada" keysha berkata dengan heboh sendiri, vira memutar bola matanya malas mendengar ocehan keysha.
"udah-udah lebih baik kita pulang, biarin vira istirahat" tegur reza pada semua orang disana, mereka semuapun mengangguk setuju mulai berpamitan, kecuali kelvin yang masih duduk ditempatnya, memandangi vira dengan seksama tanpa berniat mengalihkan pandangannya.
"woy gak mau pulang lo sableng" ujar revan menepuk bahu kelvin pelan, cowok itu menggeleng sebagai jawaban, tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dari vira.
"elah, yaudah, karena gue peka, gue gak akan maksa lo, gue pulang duluan, bye" revan pun melangkah menjauh bersama yang lainnya meninggalkan kelvin dan vira disana.
Mata kelvin tetap tertuju pada vira, membuat vira menatap kelvin bingung karena cowok itu tidak bergerak dan terus menerus menatapnya, dan itu membuat vira menjadi salting sendiri.
"vin lo kenapa natap gue begitu? ada yang aneh ya dari gue?" tanya vira ragu, kelvin menggeleng masih tetap dengan tatapannya yang tertuju pada vira.
"ishhh jangan tatap gue kayak gitu dong" vira berujar, ia mulai merasa risih
"gue heran aja vir, kok lo makin hari makin cantik aja dimata gue, kayaknya mata gue perlu dibawa kedokter buat diperiksa"
Brukkk
Sebuah bantal mengenai tepat diwajah kelvin, yah vira yang melemparkan nya, vira tertawa lebar melihat wajah revan yang kesal.
Kelvin meremas bantal yang ada ditangannya, menatap vira sinis, pura-pura marah, vira yang melihat itu langsung bungkam, ia menelan salivanya pelan, menatap kelvin dengan was-was, saat kelvin ingin melempar balik bantal itu vira pura-pura memegang kepalanya.
"awww, kepala gue sakit" alibinya, berpura-pura kesakitan, kelvin yang melihat hal itu langsung membuang bantal digenggamannya kesembarang arah, ia langsung menghampiri vira dengan raut wajah yang benar-benar khawatir.
"lo ga papa kan? mana yang sakit?" tanya kelvin khawatir
"aduh, kepala gue sakit"
"lo sih ketawanya kekencengan, sakitkan" protes kelvin sambil memijat kepala vira pelan, cewek itu kembali tertawa terpingkal-pingkal diatas ranjang sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.
"lo bohongin gue?" ujar kelvin cemberut
"aduh....perut gue sakit..... haha....maaf-maaf vin haha...."
"ketawa nih, nih rasain" kelvin naik keatas kasur menggelitiki vira sampai-sampai vira tidak kuat untuk tertawa kembali.
"vin.... udah... hahaha.... usah" mohon vira ngos-ngosan
Kelvin menatap vira yang kini tepat berada dibawahnya, kelvin tersenyum membuat cewek itu bungkam, jantungnya berdetak begitu cepat karena jarak mereka yang sangat dekat, kelvin mengelus pipi vira dengan lembut dan beralih pada bibir pink cewek itu, kelvin mendekatkan wajahnya pada telinga vira
"jangan kasih sama siapa pun kecuali gue ya, ntar kalau gue udah kerja, gue pasti datang kesini buat izin sama mama lo" bisik kelvin ketelinga cewek itu.
Ia tersenyum dan mengecup pipi vira sekilas, lalu membetulkan posisinya, duduk disamping vira.
"cepat sembuh ya, gue pamit pulang" pamit kelvin, cowok itu mengelus rambut vira lembut lalu melangkahkan kaki keluar dari kamar.
Vira memegang dadanya yang berdebar tidak karuan, beralih pada pipinya yang baru saja dicium oleh kelvin.
"mimpi apa gue semalam? sampe bisa dicium sama idola sekolah kayak kelvin?" gumam cewek itu tidak percaya, vira mencubit lengannya sendiri
"awww sakit,berarti ini nyata" ucap cewek itu lagi sambil memegangi pipinya, salting.
Berbeda dengan vira, kelvin masuk kedalam mobilnya, ia memegang dadanya yang berdetak tak karuan, seperti jantungnya ingin melompat keluar, cowok itu menatap balkon kamar vira lalu tersenyum tipis.
"lo punya daya tarik apa vir? kenapa gue bisa sampe cium lo tanpa pamit, dan itu pertama kalinya gue berani cium anak orang" batin kelvin masih dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya, ia menggelengkan kepala kembali menatap balkon kamar vira sebentar, lalu menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah vira.
💫💫💫
Raisa dan dinda mengelilingi semua tempat dimall, mereka mengunjungi dari toko baju, sepatu, tas, dan juga beberapa bahan makanan, juga sesuatu yang menarik perhatian mereka.
Setelah selesai berbelanja, mereka berdua pun duduk dicafe yang berada di mall, raisa meneguk juz jeruk pesanannya, cewek itu menyandarkan bahu, meluruskan tubuhnya yang agak kaku akibat berkeliling sepanjang mall.
"kapan-kapan kita kesini bareng ya ra" dinda berujar dengan penuh semangat, raisa mengangguk setuju, ia tersenyum, setidaknya ia mendapatkan sedikit hiburan untuk sementara menenangkan pikirannya.
"Pulang yuk din, hampir malam, ntar denny pulang nyariin kita"
"bilang aja gak mau lama-lama jauh dari dika"
"ishhh, gaje lo ah" raisa beranjak dari duduk nya, ia melangkah lebih dulu menuju parkiran.
"eh tungguin dong ra" teriak dinda menyusul raisa, mereka berduapun melangkah beriringan menuju parkiran.
"din diem disini, ngumpet sekarang" raisa berucap dengan panik, raisa mendorong dinda kecelah-celah mobil lain, dinda yang tidak siap pun langsung terjatuh ketanah.
"ketemu lagi kita raisa" ucap seorang cowok yang mendekat pada raisa, cewek itu mencoba menjauh agar dicky tidak melihat dinda, ia tidak mau dinda berada dalam bahaya.
Dicky tersenyum miring tanpa mengetahui keberadaan dinda, dari belakang, tiba-tiba seseorang membekap mulut raisa, sampai-sampai raisa tidak sadarkan diri, ketiga cowok itu merasa puas karena sudah berhasil menjalani rencananya.
"bawa dia, kita cabut sekarang" ucap dicky tersenyum puas.
Dinda yang melihat hal itu membekap mulut nya tidak percaya, air matanya mengalir karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong raisa, apalagi raisa sudah memberinya kode untuk diam, tanpa harus ikut campur.
Dinda berdiri, jalannya menjadi pincang akibat terjatuh tadi, mungkin kakinya terkilir, air mata masih saja mengalir dipipinya, dinda buru-buru masuk kedalam mobilnya, untuk pulang.
💫💫💫
Cewek itu masuk kedalam rumah dengan mata sembab dan sesegukan, kakinya terasa sakit, ia berjalan mendekati sofa, lalu duduk disana, dinda sudah menghubungi denny meminta cowok itu agar segera pulang.
Tak lama kemudian denny datang, cowok itu melihat istrinya yang sedang duduk disofa dan menangis entah karena alasan apa, denny pun berjalan mendekat dan duduk disamping istrinya.
"sayang, kamu kenapa?" tanya denny lembut
Tanpa aba-aba dinda langsung memeluk denny dan menangis didalam pelukan suaminya.
"rai... hiks... sa... hiks... den... hiks"
"raisa kenapa sayang?"
"raisa... hiks... diculik... hiks... sama... hiks... dicky.... hiks... aku takut dia.... hik... kenapa-napa... hiks"
"udah jangan nangis, raisa baik-baik aja" ucap denny berusaha setenang mungkin, meski sebenarnya cowok itu sama khawatir nya dengan dinda, apalagi penyebabnya adalah denny sendiri, denny mengambil ponselnya untuk menelfon seseorang.
"cari keberadaan markas geng harimau sekarang, kerahkan semua pengawal kita, hati-hati jangan gegabah, tunggu saya memberi perintah" ucap denny dengan tegas, setelahnya cowok itu memutuskan panggilannya secara sepihak.
"hiks... den raisa den hiks.... " dinda masih terisak
"raisa kenapa?" tanya andika menuntut jawaban pada denny dan dinda
"raisa diculik ka, dan itu gara-gara gue"
"gak, itu bukan salah kamu sayang, ini takdir" denny berkata lembut menenangkan dinda.
"gue bakal cari raisa, gue pasti bakal basmi siapapun yang berani nyentuh dia" ujar andika dengan emosi yang meluap-luap
"gue ikut, sekalian kasih petunjuk" denny menyahut, ia beranjak dari duduknya, andika pun mengangguk setuju
"sayang kamu disini aja ya, aku janji bakal cari raisa sampe ketemu" denny berkata lembut sambil mengecup puncak kepala istrinya.
Cowok itu pun melangkah keluar bersama andika menuju mansion 5 keluarga besar, memberi kabar teman-temannya, kecuali anggota besar keluarga kasela dan barga.
💫💫💫