Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang.
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya.
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya.
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma.
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Liburan ke puncak
Tibalah hari ini Alina dan keluarga akan berlibur ke puncak, Alina sudah memberitahu Irma kalau dia akan berangkat jam dua siang karena Rizal hanya bekerja sampai siang hari saja.
“Sudah siap semuanya kan?” Tanya Rizal.
Mereka memang berniat ingin barbeque-an disana, jadi para wanita menyiapkan alat yang akan di pakai di villa nantinya.
“Sudah kok mas, ini temen-temenku juga udah pada mau berangkat” Jawab Alina.
“Loh kamu ajak teman-teman juga Lin?” Sahut Nurma dengan tatapan terkejut seolah tidak suka.
“Iya ma, ga apa-apa kan..? Lagian villa yang Alina sewa ini luas ma, kamarnya aja ada enam loh..!” Jawab Alina.
“Kok kamu gak bilang-bilang dulu sih sama mama..!” Ucap Nurma dengan ketus.
“Alina udah bilang sama mas Rizal kok bu, lagian kan lebih enak beramai-ramai kalau ke puncak. Masak iya liburan cuma bertiga” Jawab Alina.
“Kamu mengajak siapa saja emangnya sayang..?” Tanya Rizal.
“Elis sama suaminya, Niken juga sama suami. Udah empat orang aja kok mas” Jawab Alina.
“Irma gak kamu ajak..?” Tanya Rizal.
“Hmm itu mas mereka gak bisa karena Irma mau silaturahmi ke rumah mertua” Jawab Alina.
Jelas saja dia tak akan mengajak Irma karena dia lah yang memantau teknisi yang akan memasang cctv di rumah mereka.
Flashback dua hari yang lalu....
“Selamat sore kak ada yang bisa di bantu..?” Tanya pegawai toko elektronik.
“Sore mas..! Ini saya mau cari CCTV tapi yang bentuknya gak akan di sadari oleh orang lain” Jawab Alina.
“Oh ada kak yang betuknya kecil tapi kualitas gambar yang di ambil jernih dan suara yang di tangkap bagus serta tanpa kabel” Jawab pegawai toko.
“Bisa tersambung ke ponsel kapan saja kan mas..?” Kini Irma yang bertanya.
“Bisa kak, tapi harganya yang ini lumayan mahal” Jawab pegawai.
“Gak apa-apa, berikan saya lima biji” Ucap Alina.
“Iya kak, ini harga satuannya empat ratus lima puluh ribu” Jawab pegawai.
“Udah sama mekaniknya belum mas..?” Tanya Irma.
“Belum kak, kalau sekalian mau di settingin bisa tambah dua ratus ribu saja” Jawab pegawai.
“Oke deh sekalian di setingin juga tapi lusa aja masangnya bisa kan..? Nanti saya chat alamatnya sama mekaniknya” ucap Alina.
“Bisa kak, nanti akan saya kasih nomor mekaniknya. Jadi totalnya dua juta empat ratus lima puluh ribu rupiah” Jawab pegawai.
Alina segera mengeluarkan uang sejumlah yang di minta oleh sang pegawai tadi.
“Uangnya pas ya kak, ini struknya dan nomor mekaniknya sudah saya catat di struk” Ucap pegawai dan memberikan struk pembelanjaan pada Alina.
“Oke makasih banyak..! Jangan lupa lusa saja datangnya” Peringat Alina.
“Iya kak, nanti kakak bisa langsung janjian sama mas Leo” Jawab pegawai.
Setelah mendapatkan apa yang mereka mau, kini Alina dan Irma pergi meninggalkan toko elektronik.
Flashback off.
“Oh Irma lagi sibuk, jadinya kita bertujuh ini nanti” Ucap Rizal,
“Iya dong mas..! Udah ayo buruan berangkat ntar kemaleman lagi datangnya karena weekend begini biasanya macet kan” Jawab Alina.
Nurma dengan wajah yang di tekuk masuk ke dalam mobil Rizal.
“Mama kenapa sih mas..? Kok kayaknya gak hapy gitu, padahal kan beliau sendiri yang menyarankan buat liburan kesana” Tanya Alina.
“Entahlah sayang, mas juga gak tahu. Yaudah mas tunggu di mobil, jangan lupa kunci semua pintu dan pastikan kompor udah mati dan colokan listrik tercabut semua” Jawab Rizal mengingatkan.
“Iya mas, duh cerewet banget sih suamiku ini. Pengen gigit deh jadinya..” Ucap Alina dengan gaya centilnya, berharap sang mama kepanasan melihat tingkah Alina.
Apalagi kaca mobil masih di buka jadi Alina bisa melihat dengan jelas raut wajah Nurma yang semakin masam itu.
Alina segera masuk ke dalam rumah untuk mengecek semua colokan di dalam rumah serta mengecek bagian dapur.
Takutnya ada yang terlupa, apalagi mereka menginap disana.
“Jangan cemberut gitu sayang, nanti cantiknya hilang loh..” Ucap Rizal yang baru masuk ke dalam mobil.
“Habisnya kesel banget..!! Bisa-bisanya kalian sok mesra kayak gitu” Gerutu Nurma.
“Iya maaf deh, jangan gitu. Emangnya kamu tadi kenapa gak semangat gitu..?” Tanya Rizal.
“Kan kalau kita kesananya rame-rame semakin menipis waktu ku sama kamu sayang..!” Jawab Nurma.
“Jangan ngambek nanti Alina curiga, senyum..!” Ucap Rizal.
Dia sengaja sedikit membentak kekasihnya itu agar tersenyum karena Alina sedang berjalan ke arah mobil.
Ceklek...
“Maaf ya agak lama, tadi pipis dulu..” Ucap Alina dan duduk di samping Rizal.
“Gak apa-apa sayang, gak ada yang ketinggalan beneran kan ini..?” Tanya Rizal memastikan.
“Aman..!” Jawab Alina.
“Mama apa ada yang ketinggalan..?” Kini Rizal menoleh ke arah Nurma yang diam saja.
“Gak ada..! Udah ayo buruan jalan, mama pengen banget segera tiba disana” Jawab Nurma.
Mobil mulai melaju meninggalkan rumah, Rizal mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup lambat karena jalanan sangat macet.
“Tuh kan macet..” Gerutu Nurma.
“Ya mau bagaimana lagi ma, weekend kayak gini emang banyak keluarga yang liburannya ke puncak” Jawab Alina.
“Kemarin aja dua jam mama sudah sampai disana, nah ini udah dua jam masih belum ada setengah perjalanan” Ucap Nurma.
“Mama sabar ya, kayaknya lebih baik mama tidur aja nanti kalau udah sampai kami bangunkan” Sahut Rizal.
“Iya, oh ya Zal nanti berhenti sebentar di rest area ya. Mama mau beli bebek bakarnya soalnya kemarin enak banget, duh jadi ngiler kan mama bayangin rasanya” Ucap Nurma.
“Iya ma..” Jawab Rizal.
Alina hanya diam saja melihat tingkah mamanya yang terlihat manja kepada suaminya itu, mau di labrak sekarang juga dia belum memiliki bukti yang cukup.
“Sabar Lin sabar...” Gumam Alina dalam hati dan mengusap dadanya.
“Kenapa sayang..?” Tanya Rizal melihat Alina mengusap dadanya.
“Hehe gak apa-apa mas, aku nanti juga mau beli deh bebek bakarnya kayaknya enak banget ya kok mama sampe pengen banget gitu” Jawab Alina.
Dia sengaja memancing Rizal barangkali suaminya itu keceplosan.
“Bener sayang..! Enak banget aku aja kemarin sampai nambah satu porsi rasanya tuh beda apalagi bumbu cocolannya beh mantapp” Jawab Rizal yang tak sadar kalau dia membongkar aibnya.
“Lah kamu kemarin ke rest area puncak ngapain mas..?” Tanya Alina.
“Eh oh itu sayang kemarin mas kan ada tugas ngecek proyek di sekitar rest area. Jadi mampir tapi gak sampai puncak kok” Jawab Rizal dengan sedikit terbata.
“Oh gitu..! Kirain kamu kemarin ke puncak mas” Ucap Alina.
“Enggaklah sayang, ini pertama kalinya ke puncak setelah yang terakhir sama kamu dua bulan yang lalu” Jawab Rizal berbohong.
“Haha sama dong mas..! Ini bentar lagi sampai rest area kan ya” Ucap Alina.
“Iya lima ratus meter lagi, jangan bilang kamu udah kebelet pipis sayang” Jawab Rizal.
“Hehe tahu aja sih kamu mas” Ucap Alina.
Padahal dia tidak kebelet hanya lapar, karena tadi hanya makan siang dengan bakso saja jadi jam segini perutnya sudah meronta minta diisi ulang.
Maunya Alina tadi makan dulu di rumah sebelum beramgkat, eh mamanya malah gak masak karena sibuk packing katanya.
Entah baju apa saja yang di bawa Nurma sampai berjam-jam lamanya saat packing.
🙏🙏👍👍👍