NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Menikahi tentara
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Setelah menutup telepon dari Alvino, Jhonatan tidak menunggu. Ia langsung masuk ke ruang rawat Aresa. Suasana hening,hanya ada suara dentuman jam dinding. Jhonatan melihat Aresa berbaring, matanya terpejam. Ia berjalan perlahan, menarik kursi di samping ranjang, dan duduk. Aresa yang sebenarnya hanya pura-pura tidur pun merasakan kehadiran Jhonatan.

Jhonatan menatap Aresa lekat lekat, lalu tanpa sadar, tangannya meraih dan menggenggam tangan Aresa yang terbaring. Genggaman itu kaku, tapi terasa hangat.

"Res," Jhonatan memulai, suaranya pelan dan dalam, sebuah nada yang jarang sekali ia gunakan di luar medan tugas. "Saya tidak tahu pasti apa perasaan saya ke kamu. Tapi saat melihat kamu bersama laki-laki lain, jauh di lubuk hati saya, saya marah. Namun, saat melihat kamu kesakitan seperti tadi, rasa marah itu hilang, berganti khawatir yang sangat besar."

Aresa, di balik matanya yang terpejam, menahan napas. Rasa heran menyelimutinya.

Jhonatan melanjutkan, "Res, maafkan saya yang sudah diam-diam menyelidiki kehidupan mu, dan maaf juga sudah membuat kamu marah di kafe waktu itu. Kamu adalah perempuan berbeda yang saya temui. Kebanyakan wanita lain bahkan dengan suka rela menawarkan dirinya kepada saya, sedangkan kamu... kamu berbeda, Res."

Jhonatan menghela napas panjang. "Cepat sembuh, ya."

Jhonatan terdiam. Aresa, di balik kepura-puraan tidurnya, merasakan sentuhan kaku di tangannya. Ia terkejut dengan kejujuran Jhonatan, namun jauh di dalam hatinya, ada sedikit rasa terima kasih karena Jhonatan telah menolongnya.

Perlahan, Aresa membuka matanya, berlagak seolah baru bangun dari tidurnya. Ia menoleh ke samping, melihat Jhonatan duduk sambil menggenggam tangannya. Jhonatan segera melepaskan genggamannya, wajahnya kembali kaku.

"Maaf, Kapten Jhonatan," kata Aresa, suaranya lemah. "Saya sudah merepotkan Anda. Dan terima kasih banyak sudah menolong saya."

"Tidak masalah," jawab Jhonatan, kembali ke mode formal. "Sudah kewajiban kita sebagai manusia untuk saling menolong sesama. Sekarang, kamu istirahat lagi."

Aresa mengangguk pelan. "Kapten, tolong teleponkan Mas Alvino. Suruh Mba Ayu bawakan jilbab saya. Saya merasa tidak nyaman tidak mengenakan jilbab."

Jhonatan mengangguk. Ia segera menelepon Alvino. Setelah percakapan singkat, Jhonatan melihat jam di pergelangan tangannya. Hari sudah sore.

"Aresa, Saya masih memiliki tanggung jawab di batalyon. Saya harus pamit," ujar Jhonatan.

"Baik, Kapten. Terima kasih sekali lagi," jawab Aresa.

Jhonatan bangkit, menatap Aresa sekali lagi dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu pergi. Aresa kembali berbaring dan tertidur sejenak.

****

Saat bangun, Aresa mendapati dirinya masih sendirian. Ia bergumam sendiri, "Kenapa harus dia yang nolongin sih? Jadi kaya punya utang budi sama dia. Dasar bujang lapuk." Aresa, yang hanya tahu Jhonatan sebagai perwira lajang nan dingin, mengira Jhonatan belum pernah menikah.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Masuklah rombongan yang sangat ribut, pasukan Alvino, Ayu, Alvero, dan Arian.

Vero langsung nyengir. "Kenapa, Lo, Res? Habis minum racun, ya, haha?"

Aresa mendelik. "Diem, Lo, Ver! Nggak tahu orang lagi sakit apa."

Arian maju, wajahnya serius panggilan 'Resa' keluar, yang menandakan dia benar-benar marah. "Lain kali banyakin lagi minum kopi dan makan pedesnya, Resa!"

Alvino menimpali, mencoba mencairkan suasana. "Atau kamu sakit karena mikirin seseorang sebenarnya, Res? Haha...."

Aresa mendengus. "Mas, andai kamu nggak ngajak aku bikin bisnis, mungkin aku nggak ketemu manusia menyebalkan itu!"

Alvino tertawa kecil. "Ya, gimana lagi, sudah terlanjur, Res. Kan rencana awal kamu cuma main di belakang, nggak ikut campur di lapangan. Malah Jhonatan lihat kamu langsung ngajak join."

"Itu orang rada sarap kayaknya deh, Mas," gerutu Aresa. "Masa ngajak join bisnis, minta aku harus menyerahkan data data pribadi, bahkan kontrak kerja aku. Nggak masuk akal banget!"

Arian langsung pasang kuda-kuda protektif. "Kamu harus hati-hati, Res. Jangan gampang ngasih data-data pribadi. Kita nggak tahu pikiran orang lain."

"Iya, nggak kok, Mas. Tenang aja."

Ayu menyela. "Eh, Res, kemarin Jhonatan juga datang ke rumah nanya kamu pergi sama siapa waktu pulang dari batalyon. Terus sempat minta nomor telepon kamu juga."

"Nggak dikasih, kan, Mba nomor ku?" tanya Aresa cepat.

Alvino menenangkan. "Nggak, dong, Res. Aman pokoknya. Walaupun Jhonatan teman baik Mas, tapi kamu harus hati-hati dengan dia, Res. Mas melihat dari cara dia memandang kamu, seperti dia memiliki obsesi denganmu."

"Ih, serammm!" Aresa bergidik.

Arian bertanya. "Siapa sih Jhonatan, Jhonatan itu?"

Alvino menjelaskan, "Letting gue sekaligus sahabat. Kita ada rencana bisnis bareng sebenarnya. Tapi gue cuma perantara karena yang modalin si Aresa. Malah pas Jhonatan ke rumah, dia lihat Resa langsung ngajak join. Padahal planning awal, Resa nggak usah terlibat, biar gue aja yang kelihatan."

"Mau bisnis apa emang kalian,?" Tanya Arian tegas

"Mau buka kafe hits di kampung ibu lo Yan," jawab Alvino

"Yakin emang mau buka usaha disitu.?" Tanya Arian meyakinkan

" Iya yakin kebetulan kan di daerah situ masih sedikit tempat tempat nongkrong yang hits kekinian" jawab Alvino dengan yakin

Suasana di ruang rawat Aresa sore itu mendadak ramai. Alvino menjelaskan bahwa anak anak mereka dititipkan ke tetangganya. Menjelang malam, Alvino dan Ayu pamit pulang karena Alvino harus piket malam. Hanya Vero dan Arian yang bergantian menjaga Aresa. Aresa sengaja tidak memberitahu orang tua dan kakak kakaknya yang lain agar mereka tidak khawatir.

****

Tapi di sisi lain, di kampung orang tua Aresa. Hati Ibu Aresa terasa sangat gelisah sejak pagi. Ikatan batin yang kuat membuatnya terus memikirkan Aresa. Sehingga pada malam harinya, Ibu dan Bapak Aresa akhirnya memutuskan untuk menelepon putrinya. Mereka mencoba beberapa kali hingga akhirnya telepon diangkat oleh Aresa.

 "Assalamualaikum, Pak, Bu," jawab Aresa, suaranya sedikit parau.

 "Waalaikumsalam, Nduk. Gimana kabarnya?" tanya Ibunya dengan nada khawatir yang kental.

Aresa, yang sedang makan sengaja berbohong. "Resa baik, Bu. Mas Arian juga baik."

"Oh, syukurlah, Nduk. Liburanmu masih lama, kan? Kapan pulang ke kampung? Masa liburan nggak ke kampung?"

"Lusa kayaknya, Bu. Kemarin ada urusan sedikit di sini."

"Oh, iya, Nduk. Sudah, ya, teleponnya. Sudah malam, kamu istirahat," kata ibunya.

"Eh bentar Bu, Bapak mana, Bu? Resa pingin ngomong sama Bapak," pinta Aresa.

Terdengar suara berat sang Bapak. "Di sini, Nduk. Kenapa, kangen sama Bapak?"

"Iya, kangen bangett, Pak. Bapak sehat?"

"Alhamdulillah, sehat, Nduk. Udah malam kamu tidur, gih"

"Iya, pak," jawab Aresa, dan sambungan telepon berakhir. Aresa menarik napas lega, berhasil menyembunyikan kondisinya dari orang tuanya. Ia tidak ingin menambah beban pikiran mereka. Ayah ibunya sudah cukup pusing memikirkan pesantren. Namun, ia tidak tahu, kebohongan ini akan memperpanjang waktu bagi Jhonatan untuk terus mendekatinya.

1
Embhul82
💪 semangat 👍
Embhul82
menarik Thor
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
rokhatii: hehe tunggu aja kak🤭. konfliknya santai kok
total 1 replies
aisssssss
💪
aisssssss
👍
rokhatii
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!