Peluru Rasa Kavaleri Timur
...Teruntuk pembaca...
...Karya ini hanya FIKTIF belaka. Semua nama tokoh, kejadian, latar, setting dibuat berdasarkan imajinasi penulis saja. Jika ada kesamaan, itu hanya sebuah kebetulan saja....
...Tidak berniat mencolek atau menyangkutpautkan dengan sebuah lembaga atau instansi tertentu....
Bijaklah berkomentar, welcome untuk pembaca baru di genre klan Ananta yang bakalan beda vibesnya dari klan lain, happy reading guys 😊
...----------------...
Lebih baik pulang tinggal nama, daripada gagal di medan pertempuran.
Sibakan seragam pdh yang bahkan licinnya mengalahkan pualam itu membalut badan atletis tempaan alam dan kawah candradimuka. Hijau bak lumut dengan segala tanda kehormatan yang menempel siap terganti dengan pangkat selevel lebih diatasnya.
Mereka mematut diri di cermin, mungkin hal itu yang sedang dilakukan beberapa prajurit dengan tingkat golongan berbeda saat ini, termasuk Teuku Agrarussel Hakim.
Ditatapnya foto dalam frame di atas meja kecil, potret dirinya dalam balutan seragam putih abu yang mampu menarik memorinya ke masa-masa dimana ia masih mencari jati diri. Hidup memang sekomedi ini, atau justru ia-nya saja yang terlalu konyol. Nyatanya, alasan patah hati, bisa membawanya sejauh ini di dunia militer.
Ia bertekuk lutut di depan seorang wanita, bersama sebuah buket bunga di tangan diantara riuhnya suasana jam istirahat sekolah.
"Bu, saya suka ibu deh...ibu suka saya engga?"
Namun sikapnya siang itu, justru membuat sang guru cantik membawa sosok lelaki yang ia perkenalkan sebagai calon suami di depan khalayak ramai.
"Kalo gue jadi elu sih, gantung diri udah jadi keputusan paling bener..." ujar Panji sambil tertawa.
Kalingga menggeleng, "gue mah lebih milih masuk barak biar langsung di kirim ke medan perang, seenggaknya ngga malu-malu banget. Matinya secara terhormat."
Dan Ryu lebih parah, "besok gue pindah sekolah lah, muka gue pasti ditandain soalnya mirip nih murid ngga tau diri. Ngga kira-kira banget lu, Sel ah nembak guru...."
"Gue ingetin kalo lo lupa Ry, nih abang lo nih, udah ngejar bu Ayu dari kelas XI. Jangan mentang-mentang anak om Dewa, terus Lo pikir semuanya bisa lo takar pake uang."
Ryu berdecih diantara seragam yang telah kusut dan kacau, rapat MPK sekolah membuatnya berpeluh seharian sebab harus berdebat dengan OSIS yang tidak lain adalah Kalingga, "lo gila boleh tapi jangan ngabisin kewarasan lo sampe nol gini, sampe ngajak guru merit, malu gue."
"Lo semua bisa diem ngga?! Berisik!" bentak Russel.
~~
Zahra mondar-mandir mencari barang-barang kecil yang memang seharusnya dapat menyempurnakan penampilannya di acara formal hari ini.
"Abang, liat anting mutiara aku ngga yang sebelah? Tadi jatoh ngga sengaja kesenggol..." tanya nya pada sang suami dengan gerakan panik bolak-balik memasang kain songket di pundaknya, "peniti mana sih.." gumamnya.
Mau-maunya Dewa berjongkok memendarkan pandangan ke sekeliling kolong meja disaat pinggang sedang tak ingin dibikin susah begini, "Ry! Bantuin umimu ini Ry..." teriaknya kemudian.
Sementara Ryu, ia justru belum sempat memakai jasnya sama sekali, dengan rambut agak gondrong nan basah ciri khas anak kampusnya. Gelar akademik magister dengan jurusan berbeda dari sebelumnya ia ambil, mungkin setara dengan spesialis jika di bidang kedokteran...entah ingin berapa panjang lagi gelar yang ingin diraihnya, sampai-sampai kacamata sudah bertengger di pangkal hidungnya demi menekuni dunia pendidikan yang tak habis-habis ia kejar.
Horang kaya di dunia Ananta begitu cara buang-buang duitnya ya guys...😊
Bahkan cibiran Russel yang selalu menjadi lawakan sederhana para sepupunya adalah, besok-besok...gelar tukang cendol juga bakalan dia ambil ! Sama halnya Ryu, Kalingga pun tak kalah, ia kini sedang mengejar gelar doktoralnya.
Candaan khas yang selalu dirindukan jika kumpul keluarga Ananta, meski sekarang...untuk berkumpul saja semua itu rasanya sulit sekali termasuk moment lebaran sekalipun, dan yang paling sulit adalah Russel serta Panji. Keputusannya mengambil jalan ninja masuk ke kesatuan militer negri sempat menjadi kontroversi di pihak keluarga.
"Kamu ngga lagi becanda kan, Sel?" tanya ibunya.
"Yakin."
Sadewa, sang ayah menatap anaknya dengan alis terangkat, "alasan logisnya?"
Pffttt! Clemira sampai tertawa ketika om gondrong bertanya demikian, yang benar saja, alasan logis. Sebab Russel memang tak pernah serius dalam hal apapun. Ingat saja ia pernah datang hanya menggunakan bo xer spongebob saja saat acara formal dimana relasi bisnis abi Fath, abi Ray dan ayahnya berkumpul.
"Cinta sama tanah air."
Dan meledaklah tawa Zea, Kalingga, Ryu, Panji dan Clemira.
"Yang bener aja. Cinta yang sempat lo khianati kah? Dia mah justru penghianat bangsa om!"
Dan mereka langsung bubar bak riak air saat Russel melempar sandalnya.
"Woyyy, kena anak gue nih!" omel Clemira, "tanggung jawab! Mas Tamaaa! Dedek nangis gara-gara Russel nih, umiii, ma cut!"
Ia sempat pulang terlebih dahulu, selesai tugas di bumi cendrawasih, pulang sekitar pukul 2 malam tadi. Dan pagi ini, ia memaksa matanya untuk kembali terjaga demi acara kenaikan pangkat.
"Lingga jadi tunggu di gedung utama kan? Umi ngga mau tunggu atau jalan ke rumah dinas abi Fath dulu, nanti keburu keringetan?"
Langkah heels merahnya terhenti sejenak, memastikan sang putra telah menghubungi keponakannya itu, bahkan Ryu masih berusaha bangkit dari jongkoknya namun ibunya sudah menunjuknya, "pastiin lagi!" mutlak. Titahnya itu.
Ryu mele nguh, uminya adalah jelmaan mendiang sang abba, "iya, mi."
Semerbak wangi kayu basah dan mint turut keluar dari pintu yang terbuka, waktu memang dapat mengubah segalanya, dengan restu Tuhan....sosok pria jangkung berkharisma diantara kulit kecoklatannya itu adalah perwira pertama yang kini dengan jerih payahnya bisa masuk ke dalam satuan khusus baret semerah da rah.
Padahal dulunya ia paling sering bikin emaknya nangis sampai berda rah-da rah.
Benar-benar definisi perubahan besar, "ahh. Harusnya gue ngga mandi dulu tadi." ia menepuk jidatnya sendiri.
"Udah?" ia menutup dan mengunci pintu kamarnya, saat menemukan kedua anggota keluarganya sudah menunggu ratunya rumah selesai berdandan.
"Mbak, saya pergi dulu...ini temen nasi diangetin aja kalo mbak sama pak Hidayat mau makan."
"Iya bu, hati-hati...barakallah bang Ucel. Naik pangkat juga ya..." ada senyuman bahagia yang turut mengisi ruang di wajahnya.
"Makasih, mbak."
"Yuk buruan yuk...." ajaknya tergesa tapi ia tetap membetulkan dasi sang suami, "cakep ngga?" tanya Dewa menaik turunkan alisnya.
"Cakep anak-anaknya." Jawab Zahra.
"Cle sama Ze udah ada di rumah abi Fath, umi Eyi nyusul sama abi Ray, katanya lagi ada acara kenaikan pangkat juga disana. Panji, ngga bisa...lagi nugas di luar. Om Ganesh otewe, macet. Naka sama istrinya paling sampe nanti siang balik dari kampus, langsung ke rumah dinas abi Fath. Oma sama opa ngga bisa ikut, ngga kuat buat nunggu acara formal begitu, nanti kita yang ke rumah sana, soalnya ada sodara yang lain juga."
Ryu sampai memijit kepalanya di tengah fokusnya mengemudi, mengabsen satu persatu anak--cucu sampai cicit dari keluarga Ananta dan keluarga Kurniawan cukup menguras otak. Sekalinya ada acara mesti nyewa gedung cuma buat keluarga.
Apalagi Russel, baru naik pangkat...gajinya harus habis gara-gara syukuran kenaikan pangkat, belum lagi ia yang harus memenuhi tradisi kenaikan pangkat seorang perwira, traktir satu peleton atau satu unit paling minimal.
Acara kenaikan pangkat ini adalah kata lain, *membangkrutkan diri* untuknya di bulan pertama kenaikan gaji.
Sementara di lain tempat. Diantara kemeriahan dan euforia rasa bangga, ada tatapan getir, ada pikiran berkelana menanti kepastian. Ada harap orangtua yang mereka gantungkan demi kehadiran sang putri bungsu.
Tuut...
Tuut...
Sepatu pantofel wedges hitam mengkilat membalut kaki-kaki putihnya itu kontras dengan rok batik berpotongan mermaid, berulang kali langkahnya itu menyusuri lorong menuju dapur, kembali ke ruang tengah, lalu kembali lagi begitu seterusnya. Dan ketika panggilannya terdengar diangkat di sebrang telfon sana, ia langsung menyemburkan segala isi hati dan pikiran yang sudah berdesakan di pangkal lidah.
"Kamu tuh sama sekali ngga ada rasa gimana gitu, papa itu ayah kita, La...masa acara sepenting ini kamu ngga datang, mau sampai kapan kamu begitu sama orangtua, hm? Papa nungguin kamu, mama sampe nangis kamu ngga ada respect sama keluarga sendiri...minimalnya datang walau cuma sejam dua jam terus kamu mau terbang ke Kota karang lagi juga terserah!" ia bahkan sampai ngos-ngosan saat berbicara.
Biasanya ia akan menjaga nada bicaranya, melatih kesabaran apalagi profesinya seorang tenaga pendidik, tapi jika berhadapan dengan sang adik, entahlah bawaannya ia harus selalu mengeluarkan urat-urat kemarahan. Dimana, keluarganya tidak pernah harmonis lagi semenjak Jenggala sang adik, memilih pergi dari rumah dan tinggal bersama sanak saudara mama di Kota Karang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Salim S
teteh...akhirnya hari hari ku ngga bakalan gabut lagi karena ada kisah baru apalagi dari klan ananta and the gank...kangen banget sama kehidupan kacang ijo....ini nih celetukan celetukan teh sin yg selalu bikin kangen...masih abu abu siapa jodoh russel s trouble maker yg sekarang udah jadi kacang ijo...
2025-09-30
12
𝐙⃝🦜尺o
harus dibikinin silsilah klan ananta ini biar gak lupa
2025-09-30
6
merry yuliana
teh naka teh saha?anak saga zea kah wuah turunan ke-4 klan ananta??
2025-10-01
0