Ustadzah Untuk Mafia Kejam

"Ya Allah Ya Tuhanku..

Aku tau apapun yang terjadi padaku,merupakan kehendak mu.

Apapun yang aku minta jika itu baik untuk ku pasti Kau akan berikan.

Namun jika itu bukan yang terbaik untukku maka Kau pasti akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik.Begitupun pernikahan ku ini,jika ini yang terbaik dan atas kehendakMu maka aku ikhlas...."

Sebuah do'a menjadi penutup rangkaian ibadah yang Fara jalani sebelum statusnya berubah menjadi seorang istri.

Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya datang.Tepat satu bulan setelah acara khitbah,hari ini Fara dan Althez siap melangsungkan pernikahan.Tidak ada senyum bahagia dari keduanya,apalagi Althez yang terlihat begitu tak peduli,ia masih sibuk bekerja tanpa menghiraukan perkataan mamanya yang meminta dirinya untuk mengambil cuti H-3 dari waktu pernikahannya,namun berbeda dengan Fara yang memang sudah mengosongkan jadwalnya selama satu minggu ini.

Althez sama sekali tidak memikirkan tentang pernikahan tersebut,acara akad dan resepsi semua di serahkan pada mamanya serta Umma Fara.Althez hanya betugas menyiakan mahar saja untuk calon istrinya itu.

Selama satu bulan pula keduanya tidak pernah komunikasi ataupun bertemu,namun tanpa Fara tau Althez menempatkan beberapa orang untuk mengawasinya.Walaupun Fara tak pernah menghubungi Althez namun Althez tau semua kegiatan Fara dan bahkan Althez tau jika ada beberapa laki-laki yang sempat ingin mendekati,mengajak ta'aruf dan yang lebih parah ada yang langsung ingin mengkhitbahnya.Untungnya Fara selalu menolak mereka dengan halus membuat Althez merasa tenang dan bahagia tanpa sadar.

Althez sendiri walaupun tidak berkomunikasi dengan sang calon istri,namun sedikit demi sedikit Althez bisa tau bagaimana sikap calon istrinya dari laporan-laporan yang ia terima.Satu bulan ini belum ada sikap dari Fara yang membuatnya marah atau kecewa.

Fara di temani adik dan juga para sepupu sedang bersiap di sebuah kamar hotel karena acara pernikahan di laksanakan di hotel milik sang Buya,ballroom yang begitu luas telah di sulap menjadi sebuah singgah sana ratu dan raja dalam sehari.Begitu megah dan mewah menunjukan jika sang pemilik acara bukanlah orang biasa.

Hamish Akhtar menyebar seribu undangan begitupun dari pihak Althez yang juga menyebar seribu undangan,total dua ribu undangan yang akan hadir belum lagi para jamaah Fara yang memang di undang lewat lisan saat ia mengadakan kajian.Sudah di pastikan akan semeriah apa pestanya.Namun sang WO sudah mengantisipasi membludaknya tamu undang dengan cara membagi waktu untuk beberapa tamu undangan.

Sudah dua jam Fara di rias,namun belum juga selesai.Beruntung Fara seseorang yang mempunyai tingkat kesabaran yang begitu luar biasa,namun bukan Fara yang marah-marah melainkan sang adiklah yang terlihat tidak sabar.

"Mbak masih lama kah? Ini udah dua jam loh." Protes Bilal yang begitu tak tega melihat sang kaka yang duduk diam selama dua jam.

"Sebentar lagi mas,tinggal pasang mahkota saja." Jawab sang MUA yang tetap ramah.

"Bawel banget sih A,Ka Fara aja yang di rias diam-diam aja gak banyak protes.Lah Aa yang dari tadi cuma liat doang tapi protes mulu" Ujar Fani sambil berkacak pinggang.

"Aa cuma kasian aja sama Ka Fara,pasti pegel dari tadi duduk mulu mana lagi puasa lagi" Kilah Bilal

"Tenang aja,Ka Fara itu strong women gak kaya Lo A.Cowo ko letoy " Cibir Fathir.

Tentu saja Bilal tidak terima,ia langsung memiting kepala sepupunya itu."Aduh Aa,kapr*t lepas woy!" Teriak Fathir.

"Aa,Fathir..bisa pada diam gak?Gak malu apa sama mbak-mbaknya" Fara langsung menegur keduanya.Bilal langsung melepaskan Fathir dan kembali duduk.Mereka tidak tau saja,Bilal sedang berusaha menutupi perasaanya yang sedih dan bahagia melihat sang Kaka yang sebentar lagi akan menikah.

Bilal paling tau bagaimana hancurnya hati sang Kaka saat di khianati calon suami dan sepupunya dulu,ia juga merasakan sakit seperti sang Kaka.Jika saja tidak di halangi Kaka dan Umma nya,mungkin saat itu calon suami dan sepupunya akan habis di tangannya.

Hampir dua tahun Bilal menemani dan menyemangati sang Kaka agar bisa terlepas dari rasa sakitnya.Dan hari ini sang Kaka akan kembali di persunting oleh seorang laki-laki karean perjodohan.

Bilal tau sebulan ini sang Kaka tidak pernah bertemu dengan calon suaminya namun Bilal tak ingin terlalu depan makanya ia pura-pura tidak tahu.

Suasana di ballroom sudah mulai ramai,kehadiran mempelai pria beserta keluarganya begitu menyita perhatian para tamu undangan.Bagaimana tidak,seorang pengusaha muda dan sukses sebentar lagi akan menjadi menantu keluarga Akhtar yang terkenal sama-sama pengusaha besar.

Semua orang tau sekaya dan sebesar apa nama Akhtar dan Althez.Namun dibalik itu semua,Keluarga Akhtar di kenal begitu baik dan ramah berbeda dengan Althez yang terkenal dingin dan kejam.

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan karena ingin menyaksikan acara ijab kabul keduanya.Sebuah meja dengan enam kursi sudah tertata rapi di tengah ruangan,di hiasi bunga dan pita terlihat begitu indah.

Lima orang laki-laki sudah duduk di sana dengan balutan jas.Althez sang raja sudah terlihat tampan dan gagah dengan beskap putih lengkap dengan kalung melati.Wajah dingin,rahang tegas serta sorot mata yang tajam seolah menjadi satu karakter yang melekat pada diri Althez.

"Sudah siap?" Tanya sang penghulu.

"Iya " Angguk Althez.

Kemudian sang penghulu mengarahkan tangan Althez agar menjabat tangan Tuan Akhtar yang juga terlihat gagah dan berkharisma.

Ada juga sang mertua Kyai Abdul yang menjadi saksi dari pihak Fara sedangkan dari pihak Althez ada Brian adik dari sang papa.

Semua sudah siap,beberapa kamera siap menyorot pada sang calon pengantin.

Fara yang melihat dari layar yang terpasang di dalam kamar terlihat begitu gugup,dalam hati ia terus berdzikir di temani tasbih kecil yang tak pernah lepas dari tangannya.

Ketegangan menghinggapi orang-orang yang ada di kamar tersebut,termasuk sang adik Bilal yang berubah menjadi pendiam sejak melihat kedatangan calon pengantin laki-laki.

Penghulu memulai acara,kalimat syahadat menjadi sebuah awal untuk memulai ijab kabul

"Nak Althez.." Ucap Buya

"Saya!" Jawab Althez tegas

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandung saya Athaya Faranissa Akhtar binti Hamish Akhtar dengan mas kawin satu set berlian,100gr logam mulia,satu unit mobil,satu unit apartemen dan satu anak perusahaan Maheswara group di bayar tunai "

"Saya terima nikah dan kawinnya Athaya Faranissa Akhtar binti Hamish Akhtar dengan mas kawin tersebut di bayar tunai " Ucap Althez dengan suara begitu tegas dan lantang.

"SAH!!!" Sambut sang penghulu dan tamu undangan bersamaan di iringi suara riuh gemuruh membicarakan mahar yang di berikan Althez untuk Fara yang begitu luar biasa.

Semua orang dibuat melongo dengan apa yang di berikan Althez termasuk keluarga Althez dari pihak papa nya serta keluarga Fara dari pihak Umma.Anak dari adik Umma nya terlihat begitu tidak suka mendengar Fara mendapat mahar yang begitu luar biasa.Terlihat perubahan raut wajah dari para sepupu Fara dari pihak Ummanya,ada yang bahagia ada juga yang iri tidak suka.

Sedangkan di kamar juga tak kalah gaduh,para sepupu Fara begitu heboh mendengar mahar yang di berikan Althez untuk Fara.

"Gila,Kaka gue mendadak jadi sultan" Ujar Fathir dengan wajah terkejut.

"Bang Althez real sultan,ngasih mahar gak kaleng-kaleng " Fani ikut menimpali membuat Farsya terkekeh.

"Bang Althez orang nomor dua setelah Buya,jadi sudah pasti uangnya gak berseri " Kekeh Farsya

"Hooh bener Ca,kayanya duit segitu gak seujung kukunya bang Althez deh "

"Ka Fani bener,anak perusahaan bang Althez berserakan sampai ke negara tetangga.Makanya ngasih satu doang mah kayanya gak bakal bikin miskin deh"

"Kenapa diam A? Sawan ya " Ledek Fathir melihat Bilal yang hanya terdiam.

"Ya terus gue harus gimana? Salto terus terjun gitu" sewot Bilal membuat semua tertawa.

Sedangkan Fara,airmatanya tidak bisa di tahan lagi.Penantiannya selama ini berakhir juga,mulai detik ini ia sudah menjadi istri dari seorang Althez.Dirinya sudah resmi menjadi makmumnya seorang Altheza Lingga Maheswara.

Rasanya campur aduk.Senang,bahagia,sedih,haru,dan takut menjadi satu.Bibir Fara memang tersenyum,namun hatinya merasa bimbang.Apakah ia pantas mendapat mahar sebanyak itu.Fara hanya berharap,Althez ikhlas memberikannya mahar yang begitu luar biasa itu.

...🌸🌸🌸...