NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mafia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / CEO / Menikah dengan Musuhku / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perintah Steven

Rayyan dan Safar berhasil keluar dari hutan, mereka melanjutkan perjalanan menuju ibu kota, untuk mencari keberadaan Steven atau ayah kandung Daniel. Orang yang telah menyuruh mereka untuk membunuh Arum, ibu Daniel.

Sebelum tiba di ibu kota, Rayyan terlebih dahulu menghubungi Steven menggunakan telepon umum. Dan setelah mendapatkan izin untuk menemui nya, mereka segera melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat Steven berada.

Bukan hal yang mudah untuk menemui Steven, mereka harus menjalani beberapa kali pemeriksaan, sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke tempat yang telah mereka janjikan. Saat itu, mereka telah membuat janji untuk bertemu di salah satu hotel milik grup Alexander.

"Apa kita tidak apa-apa yan, masuk dengan pakaian yang seperti ini?" Tanya Safar sebelum masuk.

"Alah, tidak usah mikirin penampilan, yang penting kita aman dulu!" Ujar Rayyan sambil menekan tombol lift.

Mereka masuk lift dan mulai berjalan menuju lantai 7, di hotel tersebut.

Setelah sampai, mereka disambut oleh beberapa pengawal Steven dan memeriksa mereka sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke ruangan yang telah dipersiapkan.

Terlihat, Steven tengah duduk santai di kursi, menghadap jendela sambil mengepulkan asap rokok ke udara.

Mendengar ada yang datang, Steven memutar kursi dan berbalik menatap Rayyan dan Safar yang terlihat sangat lusuh dengan wajah penuh lebam.

"Apa yang terjadi pada kalian?!" Tanya Steven, ia matikan rokok lalu berjalan menghampiri mereka.

Rayyan dan Safar menunduk,"Kami, kami habis dihajar tuan Daniel, tuan!" Jawab Rayyan.

"Ha...? Daniel??" ujar Steve terkejut.

"Iya tuan, sepertinya tuan Daniel mulai mencurigai kami," imbuh Safar.

"Kenapa anak itu bisa sampai ke sana? Dari mana dia tahu tentang kalian? Bukankah masalah ini cuma aku dan kalian yang tahu??"

"Kami tidak tahu tuan, tapi sejauh ini tuan Daniel hanya tahu kalau kami hanya penadah mobil yang digunakan untuk menabrak nyonya Arum." Imbuh Rayyan.

"Ini tidak bisa dibiarkan, kalau Daniel terus terusan berada di sana, lambat laun dia akan tahu yang sesungguhnya. Dia akan tahu kalau sebenarnya aku yang menjadi dalang kecelakaan ibunya, dan aku juga yang telah merekayasa kematian istrinya."

"Aku akan minta dia untuk cepat kembali ke perusahaan, dia juga tidak boleh tahu kalau sebenarnya Rinda masih hidup karena sekarang Rinda telah menjadi istriku," Gumam Steven.

Ia meraih ponsel, coba menghubungi nomor Daniel yang ternyata tidak aktif.

"Sial...!! Nomornya tidak bisa dihubungi!"

Steven beralih menatap Rayyan dan Safar yang masih berdiri di sana.

Ia keluarkan satu gepok uang dari brangkas dan ia lemparkan pada mereka.

Dengan cepat, Rayyan menangkap uang tersebut dengan mata yang berbinar.

"Ambil uang itu dan pergi lah yang jauh, kalau bisa pergi ke tempat paling pelosok di negeri ini. Jangan pernah menampakkan batang hidung kalian di sini."

"Baik tuan! Kami akan pergi sejauh mungkin!" balas Rayyan dengan senangnya.

Namun keadaan itu, berbeda terbalik dengan Safar yang justru terlihat bimbang. Ia tak bisa pergi begitu saja dari kota itu, karena jika ia pergi, artinya ia akan meninggalkan anak sulungnya yang kini masih bersama neneknya.

Rayyan menepuk bahu Safar, membuyarkan lamunan Safar.

"Ayo kita pergi! kita akan memulai hidup yang baru!" ajaknya.

Safar menanggapinya dengan senyuman sekilas, lalu setelah itu mereka berpamitan dan keluar dari hotel tempat mereka bertemu.

***

Di villa tempat Daniel singgah, dokter tengah memeriksa keadaan Ayra. Dan setelah mengetahui sebab dari pingsan nya Ayra. Dokter itu duduk dan menuliskan resep kepada Daniel.

"Dia sakit apa dok?" Tanya Daniel.

"Nona ini menderita asma, kemungkinan tadi dia terlalu banyak menghirup asap, jadinya asma nya kambuh. Biasanya, penderita asma akan memiliki alat untuk meredakan asma nya, tapi Nona ini tidak memilikinya?!" Ujar dokter itu lagi.

Daniel terdiam, ia teringat pada kejadian malam itu. Ia memang sempat melihat Ayra sedang menggenggam alat dan jatuh ketika ia bopong paksa.

"Ini resepnya tuan, silahkan tebus di apotik terdekat," dokter memberikan kertas berisi resep. Daniel menerimanya lalu beralih memberikan pada Bram.

"Antar dokter ini sekaligus tebus obat nya, Bram!"

"Biak tuan!?"

Daniel melirik Ayra sekilas, lalu duduk di kursi yang ada dihadapannya.

"Dreeet...dreeet...dreeet" Ponselnya bergetar, ia rogoh dan ia tatap siapa yang telah menghubungi nya.

"Ayah...?" Daniel menyilangkan kakinya, lalu mengangkat panggilan itu sambil menatap ke depan.

"Halo...!" ucapnya datar.

"Daniel...! Kamu kemana saja? Kenapa perusahaan kamu tinggal begitu saja?" cerca Steven dari balik ponselnya.

Daniel mengangkat alisnya sebelah, lalu ia menghembuskan nafas kasar.

"Untuk apa aku mengurus perusahaan? Bukannya sudah ada ayah?!"

"Jangan kurang ajar kamu Daniel! Kalau kamu seperti itu terus, bagaimana aku bisa mempercayakan perusahaan ini padamu! kerjamu hanya bermain main!" imbuh Steven.

Daniel tersenyum sekilas, menurunkan kakinya lalu melangkah mendekati jendela.

"Bukankah memang dari dulu ayah memang tidak pernah mempercayai ku? Ayah hanya menganggap ku seperti boneka pajangan saja. Ayah terlalu takut jika aku ikut andil dalam perusahaan, bukan begitu??"

"Daniel...!! Jaga ucapan mu!" Bentak Steven dari balik telpon yang mulai terpancing emosinya.

"Oh...! Tak perlu semarah itu ayah, aku tak terlalu peduli jika ayah memang mau mengusai perusahaan. Tapi ayah jangan lupa, ayah bisa berkuasa di grup Alexander itu semua karena ibu. Karena ibu adalah pemilik asli perusahaan itu, bukan ayah!" Daniel menatap layar ponsel, lalu mematikan panggilan itu secara sepihak. Tak peduli, ayahnya yang terus menerus kembali mencoba menghubunginya, ia hanya mengabaikannya.

Daniel menoleh menatap Ayra, ketika mendengar Ayra mulai tersadar.

Ia tidak mendekat, tapi hanya menatapnya dari tempat ia berdiri.

"Ssshhh..." Ayra perlahan membuka matanya, ia lepaskan alat oksigen, lalu duduk.

"Kamu punya riwayat asma? Tapi kenapa jadi koki?" Tanya Daniel.

Ayra tidak menjawab, ia hanya menatapnya sekilas.

"Bram sedang menebus obat untuk mu," kata Daniel lagi.

Lagi lagi Ayra tidak menanggapinya, ia masih terus memijit mijit keningnya.

Daniel sedikit kesal karena merasa terabaikan, "Heh...! Kamu tak punya suara untuk menjawab ku?"

Ayra menatapnya, menghembuskan nafas panjang, lalu menjawab malas," Iya tuan, aku menderita asma, dan rokok anda yang menyebabkan ku jadi begini. Bukan hanya itu, malam itu anda tidak membiarkan aku mengambil inhaler ku yang terjatuh."

"Ohh...!" Balas Daniel.

"Siapa namamu?"

"Ayra, tuan!"

"Aura? Siapa? Aufa?"

"AYRA...!" teriak Ayra kesal.

"Oh Ayra, kamu masih muda, berapa umur mu?"

"Dua puluh..."

"Pantas masih labil?!"

Ayra mengerenyit, memutar bola matanya, malas untuk menanggapinya.

Tak lama, Bram datang. Memberikan obat yang ia bawa untuk Ayra,"Segera lah minum obat ini, dan ini inhaler untuk mu, simpan baik baik!"

"Terimakasih tuan," ucap Ayra.

Bram membalasnya dengan senyuman, lalu ia ambilkan air minum untuk Ayra.

Daniel berpura pura tidak peduli, ia berjalan menaiki tangga berniat ingin masuk ke kamar. Namun, ia berhenti dan memutuskan untuk memperhatikan Bram dan Ayra dari atas tangga.

"Braaammm...!!!" Panggilnya dari atas.

Bram yang saat itu tengah mengupas kan obat untuk Ayra, seketik ia menoleh dan mendongak menatap Daniel.

"Ada apa tuan?!"

"Cepat bersiap siap untuk mencari kedua orang itu lagi, masukkan dia kamar, kunci. Jangan kasih kesempatan dia untuk kabur!" Ujar Daniel.

"Baik tuan!"

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!