Koki Kesayangan Tuan Daniel
Ayra menyederkan sepedanya di garasi rumahnya. Tubuhnya terlihat sangat letih dan lelah, setelah seharian bekerja di restoran tempat ia mencari rezeki.
Ia membuka pintu utama, lalu masuk dan menutup pintunya kembali.
ia berdiri menatap ruangan yang tak seberapa luas itu, rumahnya begitu berantakan, pakaian kotor, dan sampah bekas makanan nampak ada di mana-mana.
Ia menghembuskan nafas panjang, lalu ia punguti satu persatu pakaian kotor tersebut. Di ruang tengah, nampak suaminya tengah asyik menonton televisi sambil menikmati cemilan di tangannya. Sementara mertua dan adik iparnya sudah terlelap di kamar mereka masing-masing.
"Sudah pulang Ra?" Tanya suami Ayra tanpa menatapnya.
"heem," jawab Ayra sambil terus memunguti satu persatu sampah di lantai.
Ayra pergi ke dapur, bahkan keadaan dapur pun jauh lebih parah. Piring kotor dan bekas masakan yang tidak dibersihkan nampak sangat menganggu mata Ayra.
Ayra menggulung lengannya, lalu mulai membersihkan dapur meskipun dirinya sudah sangat lelah.
"Sebenarnya, apa pekerjaan mereka seharian? Bahkan tidak ada satu orang pun yang mau membersihkan rumah!" ujar Ayra sambil terus mencuci piring di wastafel.
Selesai mencuci piring, ia lanjut menyapu dan membersihkan bagian rumah lainnya. Ayra melihat jam, rupanya sudah pukul 11 malam. Ayra bergegas pergi mandi lalu bersiap untuk istirahat.
Saat akan merebahkan dirinya di kasur. Rayyan, suaminya masuk dan ikut merebahkan tubuhnya.
"Besok aku bagi uangnya ya, aku mau lihat barang di kota sebelah," ujar Rayyan.
"Aku belum gajian mas, lagian kenapa si kamu gak cari kerja yang lebih baik saja, dari pada di rumah terus begini!"
"Ini aku juga kerja Ra, kamu tahu kan, dari dulu kerja ku memang begini, jual beli kendaraan bekas."
"Iya, tapi penghasilannya gak jelas, dan cuma habis buat seneng sendiri. Aku ini capek lho mas, berangkat pagi pulang malam cari uang buat menghidupi kalian semua, tapi sampai rumah pun, aku masih mengerjakan pekerjaan rumah, apa tidak bisa kamu suruh adik dan ibu mu membantuku mas?"
"Kamu tahu sendiri kan kalau adikku sekolah, dan ibu sudah tidak bisa bekerja berat lagi? Sudahlah tidak usah manja, jangan mentang-mentang kamu yang cari uang, lantas kamu bisa seenaknya sendiri, jangan lupa, ini rumah orang tua ku, bukan orang tua mu!"
Ayra tak menanggapinya lagi, baginya percuma bicara dengan suaminya yang egois itu, hanya akan menambah luka hatinya saja.
Ia tidur memunggunginya suaminya, air matanya menetes membasahi wajahnya.
"Ayah...! Kenapa engkau mengirimku ke neraka seperti ini, pria yang kau bilang baik ini adalah orang yang paling busuk yang pernah ku kenal, tapi apalah daya, aku belum bisa mengembalikan uang yang kau pinjam pada mereka," batin Ayra.
Ia mengusap wajahnya, teringat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, ia baru saja lulus sekolah kejuruan. Alih-alih mendapatkan penawaran sekolah yang lebih tinggi, Ayra justru dipaksa menikah dengan Rayyan yang umurnya 10 tahun lebih tua darinya. Bukan tanpa alasan, ayahnya memiliki hutang pada Rayyan dan tidak bisa membayarnya. Sehingga untuk membebaskannya, ayah Ayra menikahkan Ayra dengan Rayyan.
Saat itu, Ayra tidak punya pilihan, ia terpaksa setuju karena tak mau melihat ayahnya mendekam dipenjara.
Setelah menikah, bukan kebahagiaan yang Ayra dapatkan, melainkan perlakuan buruk dari Rayyan dan keluarganya. Ayra dipaksa bekerja untuk menghidupi seluruh keluarga itu. Beruntung, ia mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya, ia menjadi koki di sebuah restoran ternama di tempat ia tinggal.
Di restoran itu, Ayra merasa lebih dihargai dan dihormati dari pada di rumah. Meskipun untuk masalah gaji, ia selalu tak mendapatkan ujung karena semua gaji nya selalu dihabiskan oleh mertua dan suaminya.
Ayra bertekad untuk terus belajar mengembangkan diri di restoran itu, karena ia memiliki cita cita ingin memiliki restoran sendiri suatu hari nanti.
***
keesokan paginya,
Ayra tengah membuatkan sarapan, tiba-tiba adik iparnya yang masih duduk di bangku SMA datang menghampirinya.
"Mbak, aku minta uang untuk ke salon ya, tidak banyak hanya lima ratus ribu saja," kata Jesy, adik ipar Ayra.
"Mbak gak ada uang, tadi sudah diminta sama mas kamu," jawab Ayra.
"Pelit banget si mbak, awas saja ya, aku aduin ke ibu biar mbak Ayra dimarahin ibu lagi!" ancam Jesy.
"Terserah...!" balas Ayra sambil meletakkan telur mata sapi di meja.
"iihhh...!" Jesy nampak kesal, ia berlari ke kamar untuk mengadu pada ibunya.
Melihat itu, Ayra bergegas keluar menuntun sepeda dan meninggalkan rumah yang bagaikan neraka untuk Ayra.
Ia terus menggoes sepedanya tak peduli mertuanya berteriak memanggilnya dari belakang.
"Bodo amat! Habiskan suara mu untuk memanggil ku, tapi aku tidak akan kembali!" ujar Ayra menatap lurus ke jalan.
Saat melewati jalan yang berlubang dan tergenang air, tiba-tiba mobil mewah lewat dengan kecepatan tinggi.
"Byuuur..." Genangan air itu mengenai Ayra, hingga membuatnya jadi basah kuyup.
"Woiiiii...! Sialan kamu ya!" Makinya pada pengendara mobil itu.
Alih alih berhenti dan meminta maaf, mobil itu justru mempercepat lajunya.
"Sialan...! Kurang ajar banget si dia, mentang-mentang orang kaya! Aduh kalau begini gimana jadinya? Bajuku basah kuyup begini. Kalau aku pulang, pasti aku diserbu sama nenek sihir itu, tapi kalau aku gak pulang, gimana aku mau kerja?" gumammya kebingungan.
Akhirnya, setelah ia fikir dengan matang matang, ia memilih untuk melanjutkan perjalanannya, dan memilih untuk meminjam pakaian kawannya dari pada harus pulang dan bertemu mertua dan adik iparnya.
"Ya ampun Ra...! kamu habis ngapain? Kok baju kamu kotor dan basah begini?" tanya Mira, sahabatnya di restoran.
"Kena cipratan air Mir, aku pinjam baju kamu yang di gudang ya!"
"iya sana pakai saja! Buruan ganti, keburu pak bos datang!"
"iya, bentar ya, aku ganti dulu!"
Ayra pergi ke gudang, lalu berganti pakaian di sana. Baru setelah itu, ia mulai beraktivitas di sana sebagai seorang koki.
"Ra, hari ini gajian, kamu mau ikut nongkrong gak sama temen temen?" tanya Mira disela sela pekerjaannya.
"Gak, aku pasti akan dirujak jika ikut pergi bersama kalian!" Jawab Ayra sambil terus mengaduk aduk menu di dalam panci.
"Kamu terlalu lemah si Ra, sekali kali coba kamu melawan, aku itu sedih banget tau lihat kamu."
"Mau bagaimana lagi, selama aku belum bisa lunasi hutang ayahku, mereka tidak akan pernah membiarkan kan hidup tenang."
"Emang berapa si hutang ayahmu? Bukannya kalau kamu sudah dinikahkan harusnya sudah lunas ya?"
"Harusnya begitu, tapi namanya juga orang licik Mir, pasti ada saja alasannya, kalau sudah punya 30 juta aku kan bayarkan dan keluar dari sana!"
"Semoga saja ada keajaiban ya Ra."
"Siapa tahu ada uang satu koper jatuh dari langit kan!"
"Hahaha..." Mereka tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments