NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 10

Bayu Wirata melaju cepat mengenakan pakaian putih, menembus rerimbunan pepohonan yang lebat dan tak berujung. Matanya tajam menatap lurus ke depan, berharap bisa melihat celah keluar dari hutan raksasa yang telah ia telusuri tanpa henti selama dua hari dua malam.

Namun, tubuhnya mulai menyerah, langkahnya melambat hingga akhirnya Bayu berhenti dan menarik napas panjang.

huhhh..

"Aku sudah terlalu lelah. Mungkin ini saatnya istirahat sejenak," gumamnya pelan.

Dengan hati hati, ia melompat mendarat di sebuah dahan pohon yang cukup besar dan kokoh, lalu duduk bersila sambil menarik napas dalam dalam, mencoba menenangkan tubuh yang berontak. Punggungnya menempel kuat di pohon tersebut, dan perlahan kelopak matanya menutup. Bayu Wirata masuk ke dalam meditasi, mencari kedamaian di antara rasa lelah yang melanda tubuhnya.

Tiba tiba, matanya yang tertutup seolah membuka jendela ke dunia lain, sebuah alam spiritual yang tak asing baginya. Dalam kesunyian itu, suara kecil dalam hatinya muncul, penuh tanya, "Mengapa aku kembali ke tempat ini?"

Tempat yang di kunjunginya adalah tempat yang di huni oleh lima element yang melayang layang mengelilinginya.

Bayu Wirata berdiri terpaku saat salah satu elemen yang melayang di udara mengeluarkan suara menggelegar.

“Hey, anak manusia. Mengapa kau kembali ke sini?” suara itu bergema, mengguncang udara di sekelilingnya.

Bayu Wirata menelan ludah, menatap kosong ke arah elemen yang menyerupai pusaran cahaya dengan kilatan berwarna biru.

“Aku... aku juga tidak tahu,” jawabnya pelan sambil mulai menutup matanya, berharap bisa menghindari cahaya yang yang keluar dari sosok element itu.

“Maaf jika kedatanganku mengganggu Kalian. Aku akan segera pergi.” sahut Bayu Wirata dengan mata yang masih tertutup.

Namun tiba tiba, sebuah suara itu memotong, ucapan dari Bayu Wirata.

“Tunggu, bocah!” kata suara itu yang ternyata berasal dari elemen petir. Ia memanggil dengan nada penuh waspada tapi ada sesuatu yang mirip tawa ringan di baliknya.

Bayu membuka matanya perlahan, ekspresinya penuh tanya.

“Ada apa lagi?” tanyanya ragu.

“Sepertinya kau sudah memiliki dan menguasi elemen petir di dalam dirimu,” kata elemen petir, kilatannya yang semakin menyala menyiratkan kegembiraan tersembunyi.

“Serta tidak ada lagi segel yang menahannya.” lanjut element petir.

Bayu mengerutkan dahi, napasnya sedikit memburu.

“Kakekku yang membuka segel elemen petir yang melekat padaku, tapi segel yang lain hanya terbuka separuh.Lalu apa hubungannya denganmu?” tanya Bayu Wirata penasara.

Tidak ada jawaban yang di terima oleh Bayi Wirata.

Elemen petir itu melayang mendekat, suaranya menurun penuh arti. “Sepertinya, kau benar-benar menjadi wadah bagi kami semua.”

Wushhh...

Tiba tiba element petir itu masuk ke dalam tubuh Bayu Wirata. Lalu menyengatnya dari dalam.

Arkhhh...

Bayu Wirata menjerit kesakitan. Dengan tubuh yang gemetar.

"Apa yang kau lakukan padaku?" Tanya Bayu Wirata di sela deritanya menahan sakit.

Tidak ada jawaban apapun yang ia dapat justru sengatan itu semakin kuat dan semakin menyiksa dirinya.

Bayu Wirata terkapar di lantai, tubuhnya bergetar dalam sakit yang tak tertahankan. Ia berguling guling, merasakan gelombang nyeri merambat ke seluruh anggota badan.

Nafasnya tersengal sengal, keringat dingin membasahi keningnya. Setelah beberapa saat, rasa sakit itu mereda perlahan, menyisakan keheningan yang mencekam.

Dengan susah payah, Bayu Wirata mendorong tubuhnya untuk bangkit berdiri, matanya masih sembab karena kebingungan Yang baru saja menimpanya. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" suaranya terdengar lemah, penuh ketidakpastian.

Hening menyelimuti sejenak suasana yang entah dimana keberadaannya, sebelum sebuah suara tenang dari para element memecah kesunyian.

"Kami adalah jiwa jiwa dari dewa yang telah terbunuh. Kini, kami terpaksa bereinkarnasi dalam tubuhmu," kata salah satu suara, lembut tapi penuh beban.

Bayu Wirata menatap kosong, lalu tangannya menyentuh dadanya yang terpahat simbol lima elemen sejak dirinya lahir.

"Jiwa para dewa?… Apakah ini terkait dengan tanda lima element di dadaku ini?" gumamnya lirih, rasa penasaran mulai membakar.

"Kenapa kalian harus menjadi renkarnasi dalam diriku, dan bagaimana rekan kalian bisa masuk ke dalam tubuhku," Bayu bertanya, matanya berkilat, mencari jawaban dari entitas yang ada di depannnya.

Suara itu kembali menjawab dengan tenang, seolah memegang rahasia yang hanya bisa diterima oleh sosok manusia yang ada di depannya.

"Sang penguasa mungkin sudah menghukup kami. Walaupun kami sebenarnya tidak ingin terlahir kembali di tubuh seorang manusia" jawab dari jiwa element air.

Bayu Wirata mendengar jawaban dari jiwa element air. Dan ia memastikan jika lima element itu sebenarnya enggan berada di tubuhnya. Namun, ia juga mengetahui, Jika itu sudah di takdirkan oleh sang penguasa.

Bayu Wirata melihat empat element yang tersisa di depan mereka.

"Mengapa kalian juga tidak masuk ke dalam tubuhku, seperti yang di lakukan element petir?" Tanya Bayu Wirata.

"Kami tidak akan bisa masuk. Karena masih ada segel yang menghalanginya. Kau harus membuka segel tersebut terlebih dahuku. Lalu menguasai elemen yang sudah terbuka itu. Maka setelah itu barulah kami bisa masuk ke dalam tubuhmu" jawab jiwa element air dengan mantap.

Bayu Wirata menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Pada saat itu, ia sedikit merasa jika kekuatan tenaga daam yang ada pada dirinya sedikit bertambah dari sebelumnya, setelah masuknya jiwa element petir di tubuhnya. Walau pun itu semua tidak dapat merubah tingkat kependekarannya

"Aku merasa jika dalam tenaga dalamku sedikit bertambah. Setelah element petir masuk ke dalam tubuhku" kata Bayu Wirata sembari meregangkan seluruh otot otot tubuhya.

Bayu Wirata menatap samar ke arah cahaya biru yang berpendar lembut dalam pikirannya. Suara jiwa elemen air terdengar tenang namun penuh makna.

"Itu bukan tenaga dalam biasa. Itu adalah aura dewa. Setiap kali kami berhasil menyatu ke dalam tubuhmu, sedikit demi sedikit aura dewa itu akan menambah kekuatan dalam serangan dan juga pertahananmu," ucap jiwa element dengan nada lembut.

Bayu Wirata mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Matanya memancarkan rasa kagum, seolah menemukan harta tersembunyi.

"Aura dewa... luar biasa," gumamnya lirih.

Pada Saat ini, hanya jiwa elemen air yang mau berbicara kepada Bayu Wirata, karena kelembutannya membuatnya lebih terbuka dibandingkan elemen lain yang cenderung keras dan tertutup.

"Tapi jika kau ingin menjadi lebih kuat, kau harus mencari sumber kekuatan kami yang hilang entah ke mana," tambah jiwa air, suaranya membawa harapan.

Bayu Wirata menghela napas panjang, semangatnya membara kembali.

huhhh..

"Sumber kekuatan kalian... di mana aku bisa menemukannya?" tanyanya, suara penuh tekad menunggu jawaban yang akan membawanya ke langkah selanjutnya.

"Entahlah. Sepetinya sumber kekuatan kami ada pada sosok yang sudah membunuh kami, kau harus bertemu dengannya. Dan merebut kekuatan kami dari tangannya" jawab Jiwa element air yang mengatakan pendapatnya.

Bayu Wirata menganggukan kepalanya setelah mendengar apa yang di katakan oleh jiwa element air. Hingga saat ini ia bertekad untuk mencoba mencari sumber kekuatan dari para jiwa element itu.

Pada saat ini, pemuda yang bernama Bayu Wirata ingin kembali ke dunia asalnya. Pemuda itu memejamkan matanya, lalu sedikit berkonsentrsi. Hingga pada akhirnya pemuda tersebut merasakan suasana alam dengan kicauan burung burung hutan, serta suara dedaunan yang tertiup angin.

Perlahan Bayu Wirata membuka matanya. Saat ini ia sudah kembali di posisinya bermeditasi tadi. namun, tiba tiba teringat dengan apa yang baru saja ia alami di dunia spiritualnya.

"Kekuatan dari jiwa element, apakah aku akan mencarinya atau mencari guru untuk mengajariku dalam mengendalikan element" gumam Bayu Wirata.

Cukup lama ia memikirkan hal tersebut. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untul mencari keduanya secara bersmaan.

"Sepertinya aku akan mencarinya secara bersama sama. Aku harap tidak akan ada halangan yang akan aku temui" gumam Bayu Wirata sembari beranjak berdiri dari posisinya duduk.

Pandangan pemuda itu lurus kedepan. Mencoba menembus lebatnya hutan yang akan ia lalui. Berharap ada kehidupan baru yang akan menyambutnya dengab baik.

Bayu Wirata menarik napas dalam dalam, hingga mengisi penuh rongga paru parunya. Setelah itu, ia membuangya dengan perlahan.

"Saatnya melanjutkan perjalanan. Semoga saja aku cepat keluar dari hutan ini" gumam Bayu Wirata penih harap.

Wushh..

Bayu Wirata menghentakkan kakinya di dahan pohon. Lalu melesat cepat ke depan untul meneruskan perjalanannya.

Pemuda tampan berusia enam belas tahu dengan pakaian putih bersih sedang meliuk liuk melewati pepohonan hutan yang seolah menghadangnya untuk keluar.

Namun kegesitan pemuda itu dalam kemampuan meringankan tubuh membuatnya merasa jika pohon pohon itu bukankah suatu halangan yang memberatkannya.

Cukup lama ia melesat di dalam hutan tersebut, hingga pada akhinya ia insting kependekaran yang berupa seorang ninja tiba tiba keluar.

Bayu Wirata menghentikan langkahnya lalu mendarat sejenak di sebuah dahan pohon. Ia melakukan hal tersebut untuk meyakinkan apa yang di rasakan oleh insting ninja yang ia miliki.

Matanya terpejam mencoba merasakan sesuatu, selain itu ia juga mempertajam indra pendengarannya.

Sesaat kemudian, sayup sayup ia mendengar suara dentingan senjata dan jeritan kematian dari kejauhan.

"Ada pertarungan di dalam hutan ini" gumam Bayu Wirata sembari pandangannya menatap arah dari suara yang ia dengar itu.

Tanpa membuang banyak waktu lagi. Pemuda itu kembali melesat menuju tempat yang ia duga telah terjadi pertarungan. Hingga beberapa saat kemudian. Ia melihat banyak sekali orang orang yang sudah tergeletak tak bernyawa di atas tanah.

"Sudah terlambat" gumamnya.

Arkkk...

Tiba tiba satu jeritan seorang wanita terdengar di telingan Bayi Wirata.

Dengan cepat, pemuda itu melesat ke arah suara jeritan itu. pada saat itu, ia melihat satu sosok pendekar laki laki sedang memegang satu bayi yang sedang di selimuti kain berwarna putih. Di tangan yang laim tergenggam erat sebuah pedang dengan cairan merah yang menempel di bilah pedang tersebut.

Hua... hua...

Bayi itu menangis dalam di tangan sosok pendekar tersebut.

Sementara itu, seorang wanita sedang terduduk di atas tanah sambil memegang bagian perutnya yang sudah mengeluarkan cairan merah akibat bekas sebuah tusukan benda tajam.

Bayu Wirata yakin jika wanita itu adalah ibu dari bayi yang ada di tangan pendekar yang sedang memegang pedang di tangannya yang sudah berlumuran cairan merah.

Tidak berapa lama kemudian, tiba tiba pendekar itu melemparkan bayi itu ke atas. Setelah itu ia bersiap menusukkan pedangnya ke arah bayi yang di lemparkannya itu.

Bayu Wirata yang melihat bahaya yang akan menimpa bayi itu. Tanpa berpikir panjang lagi. Ia memutuskan untuk menyelamatkannya dari pendekar itu.

"Jarum perpindahan" kata Bayu Wirata yang menggunakan jurus pemanggil.

Wushh..

Beberapa jarum kecil sudah berada di tangannya. Setelah itu, ia melemparkan jarum kecil itu ke arah depan. Lebih tepatnya ke arah sosok pendekar yang sedang melemparkan bayi tersebut ke atas.

Wushhh..

Bayu Wirata menghilang dari posisinya berdiri. Lalu muncul di udara di dekat bayi yang hendak di bunuh oleh pendekar di bawahnya.

Pada saat itu, Bayu Wiarata langsung memeluk bayi yang ada di dekatnya dengan begitu erat.

Di saat yang bersamaan, pedang dari pendekar itu hampir menyentuh tubuh Bayu Wirata. Beruntungnya pemuda itu kembali menggunakan jurus perpindahan. Hingga ia berhasi terhindar dari tusukan senjata. Serta juga berhasil menyelamatkan bayi mungil tersebut.

Bayu Wirata muncul di satu tempat yang tidak jauh dari pendekar itu berada. Lalu ia meletak bayi tersebut di tanah.

"Tunggu di sini anak baik" kata Bayu Wiraya sembari berdiri lalu memutar tubuhnya menatap pendekar yang ada di depannya.

Pendekar itu di perkirakan berusia sekitar empat puluh tahunan. Memakai pakaian hitam dengan tubuh yang cukup kekar.

"Siapa kau?, jangan ikut campu dengan urusanku" kata pendekar itu sembari mengacungkan pedangnya ke arah Bayi Wirata.

"Mungkin aku tidak akan mencampuri urusanmu. Namun karena kau sudah hendak membunuh seorang bayi. Maka aku tidak akan tinggal diam" sahut Bayu Wirata tenang. Tanpa ada rasa takut sama sekali. Meskipun pada saat ini, kemungkinan ia akan bertarung dengan musuh yang sesungguhnya.

Pendekar itu mendengar apa yang di katakan oleh pemuda di depannya.

"Kau masih terlalu muda. Namun kau sudah memiliki cukup keberanian. Aku kagum padamu. hanya saja, Kau terlalu bodoh karena sudah salah berusuan dengan orang yang salah" kata pendekar itu yang meremehkan pemuda di depannya.

Bayu Wirata berjalan ke depan. Lalu sedikit berjongkok untuk mengambil satu senjata yang tergeletak di atas tanah. Senjara itu adalah senjata yang di miliki oleh korban di dalam pertarungan itu.

"Aku tahu ini adalah pertarungan pertamaku. Di dunia persilatan. Aku harap aku bisa memenangkannya" gumam Bayu Wirata sembari bangkit berdiri.

Sesaat kemudian, ia teringat dengan apa yang di kayakan oleh kakeknya. Jika untuk mendapatkan kemampuan aura membunuh. maka dengan cara membunuh juga. Terlihat senyuman yang menyeringai di pipinya.

"Aku memang pendekar muda yang baru terjun di dunia persilatan. Namun, aku pastikan jika kau adalah orang pertana yang tewas di tanganku" kata Bayu Wirata sembari membalas acungan pedang pendekar di depannya.

Pendekar itu mendengar apa yang di katakan oleh pemuda di depannya. Namun pada saat itu, ia menganggap perkataan dari pemuda itu terlalu tinggi. Dan tidak sesuai dengan usianya.

"Kesombonganmu akan menjadi akhir dari hidupmu" sahut pendekar itu sembari melesat maju ke depan. Bersiap melakukan serangan ke arah Bayu Wirata.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!