NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Sepertinya impiannya yang ingin mencintai satu wanita saja hanya angan belaka. Nyatanya takdir tidak selalu sesuai seperti apa yang kita inginkan.

Jika dulu saat masih bersama Nay, ia begitu yakin dengan tekadnya. Cukup hanya Nayara nya saja. Ia akan mencintai gadis itu sepenuh hati. Tapi kalian sudah lihat sendiri, saat ini saja ia harus terjebak dengan sebuah hubungan yang dikaitkan dengan bisnis antar perusahaan.

Dev mematik api untuk menyalakan rokoknya. Saat ini ia berada di teras sebuah penginapan. Pikirannya masih tertahan pada kejadian tadi sore. Saat ia melihat seseorang yang masih begitu ia rindukan.

"Nay, apakah saat ini kamu sedang berbahagia. Lucu sekali. Padahal aku sudah berusaha mengikatmu sebisaku." Dev menghisap rokok lalu mengeluarkan kepulan asap ke udara.

"Ternyata waktu itu ucapanmu bukan sebuah candaan. Kamu benar-benar meninggalkanku karena laki-laki lain. Tapi kamu salah. Karena suamimu tidak setampan melebihi ketampananku," ucapnya dengan seringai tipis.

Untuk saat ini Dev boleh menyombongkan diri. Karena memang kenyataannya seperti itu. Untuk soal ketampanan ia masih berada di atas angin.

Di tempat lain.

Nay yang baru saja terlelap dikagetkan dengan suara gebrakan pintu yang terbuka lebar. Gadis itu sampai terduduk menatap Bian yang saat ini berdiri di ambang pintu dengan keadaan yang terlihat kacau.

"Su-suamiku. A-ada apa?" tanya Nay terbata. Kedua tangan mengeratkan selimut yang sejak tadi membungkus tubuhnya.

Laki-laki itu berjalan sempoyongan sampai akhirnya ambruk di atas ranjang. Tentu saja Nay tersentak.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu sampai seperti ini?" berondong Nay mencoba mendekat.

Grepp. Bian menggenggam pergelangan tangan Nay lalu menarik hingga tubuh gadis itu menabrak dadanya.

Pandangan mereka bertemu. Suara debaran jantung keduanya bertalu bak genderang perang.

Bian mendaratkan ciuman dengan menarik tengkuk Nay. Merasa tidak siap dengan serangan dadakan suaminya, Nay tidak sengaja mendorong tubuh dan menjauhkan diri. Tubuhnya meringsut mundur membentur sandaran tempat tidur.

Melihat reaksi Nay, tentu saja mematik kemarahannya. Bian bangun dan kini berdiri dengan menatap tajam. "Dasar wanita munafik. Mau sampai kapan kamu begini, hah?"

"Kenapa? Apa kau jijik jika ku sentuh? Atau jangan-jangan kau hanya menginginkan laki-laki brengsek itu yang menyentuh tubuhmu?" nyalak Bian.

"T-tidak. Bu-kan begitu. Aku hanya, hanya-" tubuh Nay gemetar. Kata-katanya seolah tercekat di tenggorokan.

"Jangan harap. Karena kau tidak akan pernah keluar dari tempat ini. Selamanya, kau akan terkubur dan meratapi kesendirian."

"Maafkan aku suamiku."

"Ah, brengsek! Ternyata semua wanita sama saja. Sama-sama jal*ng!" sarkas nya.

Bian yang sudah tersulut kabut gairah dan kemarahan akhirnya melampiaskan nafsunya secara brutal. Ia akhirnya menjamah tubuh istrinya untuk pertama kalinya.

Nay terus menjerit dan meronta. Laki-laki itu benar-benar memperlakukan nya dengan kasar.

Malam semakin larut. Entah dapat energi darimana, pergulatan mereka tidak ada habisnya. Bian terus saja mengulang meski Nay terus memohon untuk berhenti.

Gairah bercampur kemarahan yang tak terbendung. Terpancing sedikit saja karena pengaruh alkohol hingga membuat Bian berani melakukan hal yang akan membuat istrinya merasakan trauma.

Dua kali tubuhnya dijamah hanya menyisakan rasa sakit. Sakit hati dan kini raganya pun merasakannya.

* * *

Sinar matahari masuk melalui jendela kamar yang sudah terbuka. Bias cahayanya jatuh ke atas tempat tidur. Seseorang di bawah selimut menggeliat pelan.

Matanya terbelalak saat menyadari dia berada di mana. "Ah, sial. Apa yang aku lakukan semalam." Bian terduduk memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

Dadanya tersentak saat mengingat kejadian yang ia perbuat semalam. "Sial, sial! Kenapa aku bisa ceroboh seperti ini," gumamnya penuh sesal.

Melihat keadaan sekeliling. Hening. Nay tidak ada di sana. "Kemana dia," lirihnya.

Laki-laki itu turun dari kasur, memungut baju yang sejak semalam teronggok di lantai. Ia memutuskan untuk keluar lalu membersihkan diri di kamarnya sendiri.

Di meja makan.

Mereka melakukan sarapan seperti biasanya. Bian sesekali melirik Nay yang tampak biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa semalam.

Apa laki-laki itu bisa bernafas lega. Oh tentu saja tidak. Karena kebisuan Nay merupakan reaksi tubuhnya yang lelah. Lelah hati dan jiwa.

Muak, tentu saja. Kenapa ia harus mengenal laki-laki yang akan menyakiti nya saja. Ternyata kecantikan tidak bisa menjamin seseorang menjadi bahagia.

Bian hendak mengambil lauk yang berada di dekat Nay. Lagi-lagi tubuh gadis itu memberikan reaksi yang berlebihan. Nay menjauh, kali ini dengan tubuh yang bergetar. Nafasnya memburu seolah melihat sesuatu yang menakutkan.

"Maaf. Aku hanya ingin mengambil sesuatu." Bian tidak kalah terkejut dengan reaksi istrinya.

Gadis itu menunduk. Ia masih berusaha menutupi kegugupan dengan menyembunyikan kedua tangannya yang gemetar di bawah meja.

Untuk kedua kalinya gadis itu merasakan trauma karena sentuhan laki-laki. Sampai gadis itu membentengi dirinya semakin tak tersentuh.

* * *

Setelah sarapan, pagi-pagi sekali Dev dan ibunya kembali melakukan perjalanan panjang mereka. Hingga matahari benar-benar berada di atas kepala, laju kendaraan kini membelah hamparan perkebunan teh yang sejuk di pandang mata.

Jika dulu, aroma dan pemandangan seperti ini terasa biasa saja, tapi setelah sekian lama entah kenapa kini terasa begitu menyegarkan. Dev bahkan membuka lebar kaca mobilnya. Membiarkan angin segar membelai seluruh wajah.

Dari kejauhan, warga yang sedang memikul keranjang bambu berisi pucuk teh menoleh, lalu tersenyum ramah. Ada yang menyapa dengan logat khas kampung, ada pula yang sekadar mengangguk sambil tetap melangkah. Beberapa anak kecil berlarian di tepi jalan, berhenti sebentar untuk melihat Dev yang baru kembali, lalu tertawa kecil sebelum melanjutkan permainan mereka.

Hati Dev berdesir, seolah setiap senyum dan sapa itu membawa kenangan masa kecilnya kembali hidup. Matanya berkaca-kaca menyadari bahwa kampung halamannya masih seteduh dulu, seakan tak pernah berubah.

Mobil berhenti di pekarangan rumah. Melihat putranya yang hanya diam saja. "Apa kau tidak akan turun?" Kening Bu Naumi mengkerut.

Laki-laki itu menoleh. "Apa menurut ibu aku sudah layak dan berhasil?" Dev mencoba mengingatkan kata-kata Ibunya dulu.

"Tentu saja. Lihatlah dirimu. Apa kau merasa dirimu benar-benar sudah berubah?"

"Bukan hanya penampilan, bahkan kriteria wanita pilihanmu pun ikut berubah, bukan?" Beliau turun dari mobil.

Pemuda itu tersentak saat mendengar perkataan ketus ibunya. "Apa maksud ibu? Apa ibu tidak setuju dengan calon menantu ibu?" Dev membuka pintu menyusul Ibunya yang kini sudah masuk ke dalam rumah.

"Sebelumnya kau sudah pernah membawa seorang gadis yang begitu ibu sukai. Tapi, setelah kau pergi ke kota semua berubah. Kau bahkan tega menyakiti perasaannya."

Tentu saja mendengar hal itu, Dev merasa tidak habis pikir. Bagaimana ibunya bisa mengatakan semua itu.

"Apa maksud ibu? Aku?!" Menunjuk dirinya. "Menyakiti perasaannya. Perasaan siapa maksud ibu. Apakah seorang gadis yang ibu maksud adalah dia. Gadis yang mengkhianati ku dan menikah dengan laki-laki lain," tutur Dev tidak terima dengan tuduhan Ibunya.

Bu Naumi tersentak mendengar penuturan putranya. Tunggu, ia merasakan ada sesuatu yang janggal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!