Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.
Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.
Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.
Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Nirmala semakin erat memeluk tubuh anaknya, seolah ingin menghapus luka yang tidak terlihat, Isak tangisnya kian pecah, namun di selah-selah tangisnya ia membisikkan sebuah doa untuk anaknya yang terlalu cepat belajar arti kecewa.
"Alaska ... maafkan Ibu, andai bisa Ibu akan menghapus semua luka yang ada dihatimu Nak," ucapnya dengan tatapan teduh.
Alaska segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak Ibu ... Ibu tidak perlu meminta maaf, Alaska sudah cukup memiliki seorang Ibu saja," ucapnya berusaha menenangkan hati ibunya.
Hening sejenak menyelimuti ruangan ini hanya terdengar helaan nafas panjang, dan detak jantung yang berpacu karena emosi, di dalam hal ini, Alaska sadar, jika dirinya tidak bisa memilih dari rahim siapa ia di lahirkan, namun dia bisa memilih bagaimana dia akan menginjak kehidupan yang akan datang.
"Bu ... sudahi tangismu," pinta anaknya. "Ini sudah menjadi takdir Laska, sebagai anak Laska tidak bisa memilih untuk dilahirkan di rahim siapa? Tapi ... Laska berhak menentukan masa depanku, kita berjuang bersama-sama lagi ya, untuk melupakan masa lalu," ucapnya sambil menghapus air mata sang Ibu dengan ibu jarinya.
Hati ibu mana yang tidak terkoyak, mendengar ucapan teduh dari sang anak, meskipun ia tahu anaknya sendiri tengah menahan luka itu bertahun-tahun yang dipeluknya sendiri.
"Nak ... kalau kau butuh sandaran, bahu ibumu ini masih kokoh Nak ... kau bisa kapanpun menuangkan keluh kesahmu di dalam dekapan Ibu," ucap Nirmala dengan nada yang bergetar.
"Tidak ... Bu, kedua bahu ibu sudah cukup, menampung beban luka ku ... dari semenjak aku kecil sampai sebesar ini," tolak anaknya itu. "Sekarang Ibu lihat sendiri anak Ibu bukan bocah kecil lagi, yang suka merengek ... Sekarang Laska sudah besar sudah saatnya kita bangkit mengubur dalam-dalam masa lalu kelam itu," imbuh Laska.
Nirmala sejenak mulai menatap sang anak dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya. "Anakku ... tubuhmu boleh tinggi dan usiamu boleh dewasa, tapi ... seorang Ibu akan selalu menganggap anaknya seperti anak kecil yang dulu selalu ia gendong di bawa kemanapun dia pergi," tutur Nirmala sambil menepuk pelan bahu anaknya.
Saat ini keduanya sama-sama saling belajar berdamai dengan masa lalu, dan mengubur luka yang sudah lama bersemayam di dalam hati keduanya. Nirmala tersenyum puas seolah luka itu tidak pernah ia rasa begitu juga dengan Alaska yang mulai belajar tertawa lepas, keduanya punya cara yang sama untuk menyembuhkan luka itu.
☘️☘️☘️☘️
Tiga hari sudah Laska menikmati hari liburnya bersama dengan ibunya dan momen itu dipergunakan sebaik mungkin untuk membuat sang Ibu bahagia. Tapi di pagi ini, tangan kokoh itu harus melepas dekapan ibunya karena cuti liburnya sudah berakhir.
Dengan berat hati Alaska meninggalkan wanita paruh baya yang selalu terngiang di setiap detik langkahnya. "Bu, Laska pamit dulu ya, jaga diri Ibu baik-baik," pamit anak itu.
Nirmala hanya mengangguk, meskipun berat namun hatinya harus mantap melepas sang anak dalam mengemban tugas. "Pergilah ... Nak," ucap Nirmala sambil menepuk bahu anaknya.
Alaska memberikan pelukan hangat sebelum akhirnya kakinya melangkah pergi meninggalkan sang Ibu, sementara Nirmala hanya bisa menatap punggung anaknya dari kejauhan, air mata lolos membasahi pipinya, di dalam hati ia hanya bisa berdoa, semoga sang Anak selalu berada di jalan yang lurus.
☘️☘️☘️☘️
Mobil yang ditumpangi oleh Alaska mulai melaju meninggalkan desa kelahirannya tatapan lelaki itu begitu dalam namun di dalam hati ia sudah menentukan jalan kedepannya, sekarang ia bukan sekadar berlatih namun tugas besar sudah menantinya.
Tidak terasa mobil yang ditumpangi Alaska masuk ke pintu gerbang Markas Asrama TNI, di sini Laska lansung turun dari mobil dan bertemu dengan teman-teman seangkatannya yang sudah balik terlebih dahulu.
"Bro ... baru datang ya," ucap Alex, musuh bebuyutan Alaska yang sekarang menjadi teman dekat.
Sejenak pandangan Alaska mulai beralih ke punggung tangan Alex yang dibalut dengan perban. "Lex tanganmu kenapa?" tanya Alaska.
"Oh ini ... biasa kecelakaan ringan pas latihan kemarin," sahut Alex.
"Makanya hati-hati Lex," sahut Alaska.
Perjalanan pertemanan mereka begitu panjang dari menjadi musuh hingga pada akhirnya mereka menjadi sahabat yang saling menjaga, di dunia militer ini, Alaska mulai menaruh tas ranselnya sementara Alex sedang mendekati dan tiba-tiba saja ia menyeletuk dengan ciri khasnya yang prontal dan terang-terangan.
"Las! Kemarin aku periksa di klinik militer," ucap Alex bercerita.
"Terus," sahut Alaska singkat.
"Ya elah, tanya kek di klinik ada siapa aja? Kaku sekali hidupmu," celetuk Alex.
"Memangnya di klinik ada apa?" tanya Laska dengan heran memang temannya satu ini suka mancing emosinya.
"Heeeemb, mau tahu aja apa tahu banget," goda Alex.
"Menurutmu," sahut Alaska.
"Dasar ya si kutub utara, untung temanku, kalau tidak ..."
"Kalau tidak ... apa!" kata Alaska sedikit menaikan intonasinya.
"He he, sabar bro, yaudah mulai sekarang aku mau bercerita ya," jelas Alex. "Kemarin aku ke klinik, dan ternyata dokter Airin sekarang tugas di sana juga, jadinya aku sedikit berbunga-bunga melihat dokter idaman para lelaki di taruna dulu sekarang pindah ke klinik markas kita cuy," ucapnya dengan semangat seraya memancing Alaska.
"Oh hanya itu saja," sahut Alaska.
Sejenak Alex mulai menghampiri temannya itu, dan menatapnya dengan tatapan yang serius. "Kamu yakin tidak ingin tahu ceritaku lebih lanjut, Las ... jangan bohongi aku," ucapnya dengan tanda tanya.
"Maksud kamu," sahut Laska sambil memicingkan matanya.
"Dokter Airin kemarin sempat menanyakan kamu, dan dia juga bertanya kenapa akhir-akhir ini kamu menghindarinya?" tanya Alex yang akhirnya sedikit keceplosan.
"Itu bukan urusanmu Lex," sahut Alaska.
"Benar itu bukan urusanku, tapi setidaknya kau beri kepastian dong sama dia, ingat, Las Airin itu sangat mencintai kamu, dan kamu tahu, banyak pria yang ingin mendekatinya tapi apa! Hati Airin sudah terpaut denganmu, dan aku juga tahu sebenarnya kau mempunyai rasa yang sama dengan dia," ungkap Alex.
Laska mulai menarik nafas dalam-dalam, banyak hal yang harus ia setarakan bersama dengan Airin bukan hanya status sosialnya saja, tapi juga status keluarganya, ia tahu Airin seorang dokter yang memiliki latar belakang dari orang berada sementara dirinya.
"Makasih ya Lex sudah perhatian banget, jujur saja diantara temanku yang lain kau yang paling peka mengenai kisahku yang tak berujung ini," ucap Alaska.
"Itulah gunanya teman Bro," sahut Alex.
"Tapi Lex antara aku dan dokter Airin ada tembok besar yang tidak bisa aku tembus, perbedaan kita terlalu jauh, dia seorang dokter sementara aku hanya seorang abdi negara, dia dari keluarga terpandang dan terhormat, sementara aku hanya punya seorang ibu yang selalu berjuang untuk kebutuhanku, rasanya aku tidak mampu untuk membahagiakan nya Lex," ungkap Alaska dengan jujur.
"Bro aku tahu ini tidak mudah, tapi sebagai teman, aku harus mengarahkan mu Bro, kejar cintanya, karena aku tahu dia sangat mencintaimu, buktikan pada dunia kalau kamu bisa membahagiakannya terutama keluarganya," pesan Alex yang diangguki oleh Alaska.
Di siang ini suasana matahari begitu terang, sama hal nya dengan suasana hati Alaska yang layaknya di sinari dengan kata-kata semangat dan dukungan dari Alex, teman yang dulu paling membencinya sekarang selalu menjadi garda terdepannya.
Bersambung ....
.
😂😂😂😂