Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Setelah menghabiskan waktu hingga sore hari di apartemen Elena, Axelion dan Mariana pamit pulang. Elena sangat senang, karena ada yang datang menjenguknya saat sakit. Alex langsung menyuruh Elena untuk mandi, sedangkan Alex sendiri menelpon David, untuk membelikan beberapa pakaian untuknya. Seperti saran Ayahnya, Alex akan berbicara dengan Elena untuk tinggal bersamanya di penthousenya.
Beberapa menit berlalu, David kembali ke apartemen Elena, dan memberikan pakaian pada Alex yang sudah menunggunya di depan pintu. "Periksa agendaku besok, jika tidak penting jangan hubungi aku." kata Alex.
"Baik tuan." David langsung meninggalkan apartemen Elena.
Saat Alex naik ke atas, rupanya Elena sudah habis membersihkan dirinya, dan sedang mengeringkan rambutnya di depan cermin. Alex pun langsung masuk ke dalam kamar mandi, dan melakukan ritualnya. Elena memakai lotion ke seluruh tubuhnya, setelah beristirahat cukup lama tubuhnya semakin membaik, kecuali bagian belakangnya yang masih terasa nyeri.
Seketika bayangan Elena kembali kepada Alex, yang membantunya memijat bagian belakangnya. Wajah Elena langsung memerah dan panas, membayangkan tangan besar pria itu memijat tubuhnya, yang mungil dan kecil.
"Elena kamu mesum sekali, hentikan." umpat Elena malu.
Setelah mengeringkan rambutnya, Elena memakai vitamin agar rambutnya tetap terjaga. Setelah itu dirinya duduk di sofa, sambil melipat dan memeluk kedua kakinya. Menunggu Alex, yang masih berada di dalam kamar mandi.
Lampu di dalam kamarnya di matikan, dan hanya lampu yang berada di dekat tempat tidur saja yang menyala, gaun tidur Elena berwarna putih memperlihatkan tubuhnya yang putih bersih dan mulus, seperti kulit bayi.
Elena memandang keluar jendela, melihat langit yang sudah semakin gelap, menandakan malam akan datang menyapa bumi. Saking fokusnya Elena, dirinya tidak menyadari bahwa Alex sudah selesai dengan kegiatannya, dan sedang berdiri memandangnya dengan...bertelanjang dada...lagi.
Alex melangkah perlahan, rambutnya yang masih basah menetes di lantai, celana kain hitam panjang yang melilit, sungguh tubuh yang sempurna. "Apa yang kamu lihat? Sungguh fokus sekali." bisik Alex.
Elena terkejut, saat dirinya menoleh air dari rambut Alex yang masih basah, jatuh mengenai tubuhnya yang tidak tertutupi oleh gaun tidur miliknya, meninggalkan sensasi dingin. "Mengapa kamu tidak memakai baju lagi?" Elena langsung memalingkan wajahnya.
"Aku seperti ini agar istriku terbiasa, dengan pemandangan ini." jelas Alex.
Tanpa mengatakan apapun, Elena bangun dari sofa, menarik tangan Alex dan mendudukan pria itu di depan cermin, lalu menyalakan pengering rambut, dan mulai mengeringkan rambut Alex, yang masih basah.
Alex memejamkan matanya, menikmati setiap usapan lembut Elena di kepalanya, dan juga rambutnya. Seperti Alex kembali ke masa kecilnya, di mana ibunya yang selalu mengeringkan rambutnya seperti ini.
Setelah itu, Elena memakaikan vitamin miliknya ke rambut Alex, dan selesai. "Selesai." kata Elena senang.
Alex langsung berbalik menghadap Elena, dan menarik pinggang mungil gadis itu membawanya dalam pelukannya. Tentu saja Elena terkejut, namun membiarkan hal itu.
"Tinggallah denganku." kata Alex.
Elena mengerutkan keningnya, "Mengapa seperti itu?" tanya Elena bingung.
Alex mengangkat tangannya dan mengusap pelan wajah Elena, "Aku akan menceritakannya, tapi sebelum itu kamu harus tinggal denganku." Alex menatap Elena serius.
Elena terdiam dan berpikir sejenak, "Apa ini...tentang nenekmu?" tanya Elena.
Alex sedikit terkejut karena Elena bisa langsung menangkap intinya, Alex lalu mengangguk pelan diikuti dengan desahan berat dari pria itu. "Dia sudah mengetahui dirimu, namun dia belum tahu jika kamu adalah istriku." jelas Alex, dengan suara yang sedikit serak, matanya menatap lekat wajah Elena.
Elena tersentak, sentuhan tangan Alex di wajahnya terasa panas, membuat jantungnya berdebar kencang. Dia menunduk, menghindari tatapan Alex yang membuatnya tak berdaya. "Apakah...dia sangat berbahaya? Sehingga kamu ingin aku tinggal denganmu?" kata Elena pelan.
Alex mengangguk. "Iya. Dia sangat berbahaya. Dia adalah wanita tua yang problematik, semuanya harus mengikuti kehendak dan perintahnya, aku tidak ingin istriku berada dalam bahaya. Jadi tinggallah denganku Elena." Alex menarik dagu Elena, dan mengangkat wajahnya agar menatapnya.
"Aku..." Elena tergagap.
"Shh...tidak apa - apa, aku akan memberimu waktu untuk berpikir." Alex menghela napasnya pelan.
Elena terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia mengerti raut wajah Alex, dia mengerti kegundahan yang tersirat di sana. Dia mengerti bahwa, Alex sedang menghadapi sesuatu yang berat. "Baiklah mari tinggal bersama." kata Elena akhirnya.
Alex tersenyum, senyum yang penuh kelegaan. Dia menarik Elena lebih erat dalam pelukannya, menghirup aroma tubuh wanita itu yang membuatnya tenang. Alex mendekatkan hidung dan bibirnya ke arah leher putih Elena, napas panas pria itu membuat tubuh Elena menegang.
"Sweetie, bisakah aku melakukan sesuatu?" tanya Alex, suaranya begitu serak dan dalam, seperti sedang menahan sesuatu.
Belum sempat Elena menjawab, Alex sudah mendaratkan bibirnya di leher putih Elena, mencium, menjilat, dan mengigit pelan leher Elena, membuat gadis itu mendesah pelan.
"Aghhh..." pekikan tertahan di bibir Elena, saat Alex menggigit lehernya.
"Sebut namaku, Sweetie." kata Alex rendah.
Elena mengigit bibir bawahnya pelan, bahkan sedikit kesulitan menyebut namanya, "Alex..." kata Elena pelan, di selah desahan gadis itu.
Alex mengangkat tubuh Elena koala, Elena melingkarkan kakinya di pinggang Alex, memeluk erat leher pria itu. Alex membaringkan tubuh Elena sedikit kasar ke kasur, lalu menindih gadis itu. Alex melihat bekas kissmark dan gigitan miliknya di leher Elena, Alex menelusuri jejak gigitannya dengan ujung lidahnya, membuat Elena mendesah semakin keras.
"Kau sangat cantik, Sweetie..." bisiknya, suaranya berat dan menggoda.
Elena menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam erat, menikmati sentuhan Alex yang semakin berani. Dia merasakan napas panas Alex membasahi kulitnya, membakar seluruh tubuhnya dengan sensasi yang tak tertahankan. Alex mengangkat dagu Elena, dan membungkamnya dengan ciuman panas dan menggebu. Suara tabrakan antara bibir memenuhi kamar itu, Alex sudah lepas kontrol.
Elena berusaha mengimbangi ciuman panas dan menggebu Alex, bahkan lupa untuk bernapas. Elena memeluk leher Alex dan meremas rambut pria itu, desahannya tertahan oleh ciuman Alex.
Alex melepaskan ciuman mereka, napas keduanya memburu, menghirup oksigen sebanyak mungkin. Alex menyatukan keningnya dan Elena, memejamkan matanya perlahan.
"Alex...," desah Elena, namanya terucap dengan lembut, penuh gairah yang baru dia temukan.
Alex tersenyum, matanya gelap dan penuh keinginan. Dia menyingkirkan rambut Elena yang menutupi lehernya, mengecup lembut titik sensitif di sana.
"Panggil aku lagi Sweetie, aku ingin mendengarnya dari bibirmu." desak Alex, suaranya serak.
Elena menggeliat di bawah tubuh Alex, tubuhnya terasa panas dan lengket, dia ingin lebih dekat dengan pria ini, ingin merasakan sentuhannya lebih dalam. "Alex...," bisiknya lagi, suaranya bergetar, penuh kerinduan.
"Ya, Sweetie," desah Alex, tangannya mulai menjelajah tubuh Elena, mengelus lembut kulitnya yang halus. "Kamu begitu lembut, begitu menggoda." bisik Alex, rendah.
Alex mencium kembali bibir Elena, menciumnya dengan lembut, penuh kelembutan. Ciumannya semakin dalam, semakin panas, membangkitkan gairah yang terpendam di dalam diri Elena. Elena merengkuh Alex lebih erat, membalas ciumannya dengan penuh semangat. Tubuhnya bergetar, rasa panas mengalir ke seluruh tubuhnya. Dia ingin lebih, dia ingin merasakan Alex sepenuhnya.
Alex masih berusaha menahan dirinya, biarlah malam ini dia menyentuh istrinya, sudah sangat lama Alex mendambakan Elena, dirinya begitu terobsesi dengan gadis ini.
Sejak kapan semuanya ini di mulai? Saat Alex melepaskan balon Elena kasar ke langit, dan membiarkan balonnya terbang menghilang? Ataukah saat mereka bertemu di taman rumah kaca mansion keluarga Alex? Atau saat pertemuan pertama mereka, saat Elena masih balita?
Satu hal yang pasti, Alex menginginkan Elena sejak dulu, dia bukan hanya terobsesi, tapi dia juga mencintai Elena sejak lama...sejak dulu. Dia telah mengklaim Elena sebagai MILIKNYA, sejak gadis itu masih berada di dalam kandungan bibi Helena. Alex mengangkat Elena, membawa gadis itu duduk di pangkuannya. Dalam pelukannya.
"Alex..." mohon Elena, dia merasakan tangan besar pria itu di bagian belakangnya.
Alex mencium setiap jengkal kulit Elena, menciumnya dengan penuh gairah, "Kau begitu indah, Sweetie. Aku tidak sabar untuk memiliki dirimu...seutuhnya." desah Alex, kalimatnya penuh dengan keposesifan.
·–·–·–·–·
Di mansion utama, Mariana dan Alexlion saling berpandangan. Liu yang duduk di depan mereka, menatap secara tidak suka. Mariana dan Axelion tahu, bahwa wanita ini pasti sedang merencanakan sesuatu.
"Aku telah mengundang keluarga Lily, untuk makan malam bersama besok. Ingat untuk memberitahu cucuku untuk datang." kata Liu tegas, seolah - olah katanya tidak boleh di bantah oleh siapapun.
"Ibu...kamu tidak boleh mengambil keputusan seperti itu, Alex memang cucumu, tapi kamu tidak berhak mencampuri kehidupan pribadinya." kata Axelion setengah membentak.
"Aku melakukan ini demi masa depan keluarga kita, demi masa depan Castellio, tidak bisakah kalian mengerti niat baikku?" Liu menatap putranya tidak percaya.
"Itu sama saja ibu mengekang putraku. Apa ibu tahu semua yang ibu lakukan itu, akan berakibat fatal. Ibu bahkan tidak tahu bagaimana sifat putraku." sepertinya Mariana sudah cukup menahan diri.
Jika bukan karena Alex, yang meminta mereka menyembunyikan pernikahan ini, Mariana telah mengumumkan menantunya di depan seluruh dunia.
"Fatal? Fatal bagaimana? Kalian hanya tidak mau mengerti! Aku sudah berjuang selama ini untuk menjaga Castellio tetap teguh, dan kalian berdua malah bersikap egois! Aku sudah mengatur semuanya, Alex dan Lily, mereka cocok, mereka akan menghasilkan penerus yang kuat, Castellio akan tetap berjaya!" Liu membentak balik pasangan itu.
"Ibu! Ibu tidak mengerti! Alex bukan anak yang bisa diatur begitu saja, dia punya kepribadiannya sendiri! " Axelion terkesiap, matanya membulat mendengar perkataan Liu yang begitu kejam.
"Sayang...cukup...jangan meninggikan suaramu di depan ibu," Mariana mencoba menenangkan Axelion.
"Ibu...jangan melakukan sesuatu yang melewati batas, ibu tidak tahu seperti apa putraku ketika dia sedang di kuasai oleh amarahnya." sambung Axelion, lalu membawa Mariana kembali ke kamar mereka di lantai 3.
Liu menatap penuh benci pada Axelion dan Mariana, yang selalu menghalangi rencananya. Tapi dia tidak akan menyerah, dia tidak akan membiarkan cucunya menikah dengan seseorang, yang bukan sederajat dengan keluarga mereka, seperti gadis yang ada di dalam foto itu.
·–·–·–·–·
Alex memandang Elena yang tertidur, sambil bersandar pada dadanya. Namun fokus Alex terbagi, dirinya baru saja mendengar sesuatu dari CCTV yang di pasangnya secara diam - diam, di mansion utama keluarganya. Dan baru saja Alex mendengar percakapan ayah dan ibunya, juga wanita tua itu. Sekarang hilang sudah hormat Alex pada wanita itu, selain problematik ternyata dia juga adalah wanita tua yang pemaksa.
"Nenek...nenek, aku tidak akan membiarkan rencanamu berjalan begitu saja," gumam Alex, lalu mengusap pelan wajah Elena yang tertidur nyenyak.
Sebelumnya Alex sedang di kuasai oleh amarah, tapi setelah melihat Elena, entah mengapa amarahnya langsung hilang begitu saja. "Bersabarlah sebentar lagi, tapi akan lebih baik lagi tidak ada yang mengetahui hal ini." kata Alex, pada dirinya sendiri.
Sebaiknya pernikahan ini tidak di ketahui, Alex tidak ingin dunia melihat Elena. Dia ingin mengurung istrinya, untuk dirinya sendiri. Hanya dia yang bisa menikmati kecantikan Elena, membayangkan Elena di lihat oleh pria lain saja, sudah membuat Alex ingin membunuh setiap mata yang melihat istrinya.
·–·–·–·–·
to be continue...