NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:378
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Waktu terus berlalu hingga akhirnya sore tiba. Hana pulang dengan perasaan gelisah.

Ia memarkirkan kendaraannya di halaman rumah.

Di sana, sebuah mobil SUV hitam tampak terparkir dengan gagah namun terasa menekan. Di teras rumah, terlihat seorang pria gemuk seumuran dengan ayahnya sedang duduk dengan sikap berwibawa namun angkuh.

Itu adalah Erik, sang rentenir.

Di hadapannya, tampak Handoko dengan wajah pucat, memaksakan diri untuk bangun demi menghadapi Erik.

Erik tampak menatap Hana tanpa berkedip. Pandangannya penuh nafsu, seperti seekor serigala lapar yang melihat mangsa. Wajah cantik Hana, pinggul indah, serta tubuh semampainya membuat Erik seolah kehilangan kendali.

“Duduklah di sini, Nak,” ucap Handoko lirih sambil menepuk kursi di sampingnya.

Hana pun duduk di sebelah ayahnya, meski hatinya penuh rasa was-was.

“Erik ini…” Handoko berhenti sejenak, menelan ludah dengan wajah pucat. “Pak Erik berniat melamar kamu, Nak. Dan… bapak sudah bertanya pada orang pintar. Katanya, kamu harus menikah lebih dulu daripada Sinta. Kalau kamu dilangkahi, keluarga kita akan tertimpa bencana besar.”

“Terus, maksud Bapak bagaimana? Aku tidak percaya pada ramalan, Pak. Itu dosa, Pak,” ucap Hana dengan suara bergetar.

“Diam kamu, Hana! Tahu apa kamu tentang dosa?” sahut Mirna kesal.

“Nak… tolong ayah,” ujar Handoko lirih, matanya memohon penuh kelemahan. “Untuk kali ini saja, nurutlah sama ayah. Ayah minta kamu menikah dengan Pak Erik. Nak… ini demi kebaikan kita semua.”

“Tidak, Pak, tidak! Aku tidak akan menikah dengan si rentenir ini. Sudah tua, gendut, jelek, istrinya banyak lagi. Aku tidak mau menikah sama dia!” ucap Hana tegas.

“Tapi, Nak …” ucap Handoko sambil memegang dadanya. Namun kali ini, Handoko tidak melihat raut khawatir pada Hana.

“Hana, lihat kondisi ayah kamu. Sampai kapan kamu akan membuat masalah dengan ayah kamu? Apa kamu tidak sayang pada ayah kamu?” ucap Mirna kesal.

“Siapa yang buat masalah, hah? Kalian yang terus-menerus membuat masalah untukku! Aku tahu kalian menjodohkan aku dengan si lintah darat ini karena kalian berutang, kan? Kalian tega sama aku! Riko diambil Sinta, aku tidak mempermasalahkan. Dan sekarang kalian mau menjual aku ke lintah darat ini? Dengar baik-baik, aku lebih baik mati atau tidak menikah sekalian daripada harus menikah dengan lintah darat ini!” ucap Hana kesal.

“Hanaaaa … tolong ayah, Hana. Hanya Pak Erik yang bisa menolong kita …” ucap Handoko lirih, bicaranya terdengar seperti orang yang hendak sekarat.

“Kak Hana, tolong jangan menolak ini, Kak. Lihat kondisi ayah, ayah sudah mau mati seperti ini. Kamu masih saja keras kepala,” ucap Sinta dengan nada memohon.

“Iya, Dek Hana, tolong ayahmu itu. Ayahmu sudah bertanya pada orang pintar, dan orang pintar berkata hanya aku yang bisa menyelamatkan keluarga ini, hanya aku yang bisa menyelamatkan keluargamu,” ucap Erik dengan nada lembut namun terasa menyebalkan.

“Diam, kau lintah darat! Aku tidak akan pernah menikah denganmu! Istrimu sudah banyak, kenapa masih saja mengincar aku?” ucap Hana kesal.

“Ha … ha … Hana … tolong ayah …” ucap Handoko sambil memegang dadanya seolah terkena serangan jantung.

“Cukup, Yah! Cukup sandiwaranya! Ayah sudah banyak membohongi Hana. Selama ini Hana tulus dan khawatir dengan keselamatan Ayah, tapi Ayah malah mempermainkan Hana. Hana sakit, Yah … Hana sakit …” ucap Hana. Air matanya tak kuasa tertahan, kini mengalir deras membasahi pipinya.

“Hana, jadi kamu anggap ayahmu mempermainkan nyawanya, hah? Dasar anak durhaka!” ucap Mirna dengan marah.

“Sudahlah, cukup sandiwaranya! Ayah, aku cek ke apotek, obat yang selama ini Ayah minum bukan obat jantung, tapi vitamin. Aku juga tadi tahu kalau Ayah merokok dan ngopi setelah Hana pergi. Dan Ayah bahkan memasang make up biar terlihat pucat. Cukup, Yah … cukup mempermainkan Hana. Sakit, Yah … terlalu sakit. Ayah tega mau menjual Hana kepada pria bajingan ini, hanya demi memenuhi keinginan Sinta, Yah!” ucap Hana dengan suara bergetar.

Suasana mendadak hening. Handoko merasa menyesal, kini kebohongannya sudah terungkap.

Erik berdiri. “Dasar bodoh kamu, Handoko. Buang waktuku saja …” ucap Erik lalu beranjak pergi.

“Jangan, Pak! Jangan! Ambil saja Hana, Pak … ambil …” ucap Sinta memohon.

Plak!Hana menampar Sinta.

“Dasar iblis betina! Kurang apa aku sama kamu, hah? Bahkan selama kuliah aku yang biayai, dan sekarang kamu tega mau menjualku!” ucap Hana sambil menatap tajam.

“Hana, keluar kamu dari rumahku!” teriak Mirna dengan nada marah.

“Ya, aku memang akan pergi dari rumah terkutuk ini. Rumah penuh dengan sandiwara!” ucap Hana sambil melangkah menuju kamarnya.

“Hana … tolong … Hana … tolong ayah …” ucap Handoko masih pura-pura berakting.

“Sudahlah, Yah. Akting Ayah sudah tidak berguna,” ucap Sinta kesal.

Tak lama kemudian hana keluar dengan membawa ransel

“Hana, tolong ayah … Hana … kalau kamu pergi, setidaknya berikan ayah uang untuk biaya pernikahan Sinta,” ucap Handoko dengan nada melas.

“Yah, aku sudah bantu. Uang tiga puluh juta dari WO sudah diambil Ibu, jadi anggap saja aku sudah membantu. Jaga kesehatan, Yah … jangan pura-pura sakit lagi,” ucap Hana tegas.

“Pergi saja, Hana! Dan jangan pernah kembali ke rumah ini! Sekarang kamu bukan lagi bagian dari keluarga ini!” teriak Mirna dengan nada marah.

“Ya, aku tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini!” ucap Hana tegas.

Hana melangkah tanpa ragu. Semuanya sudah berkhianat, jadi untuk apa lagi tinggal?

Ia sudah melihat rekaman CCTV: ayahnya yang pagi tampak pucat, siang harinya bisa makan banyak, mengurus burung-burungnya, bahkan merokok tiada henti. Itu sudah cukup membuktikan bahwa selama ini ayahnya berbohong.

,,,

,,,

Langit sudah gelap, angin malam menerpa wajah Hana. Ia menangis sambil mengendarai sepeda motornya. Ini adalah kenyataan paling pahit yang harus ia hadapi. Dibandingkan perselingkuhan Riko dan Sinta, ini jauh lebih menyakitkan. Ayahnya sendiri, orang yang selama ini ia percayai, ternyata membohongi dan mengendalikan dirinya.

Hana teringat bagaimana ia rela banyak berkorban, hanya karena selalu khawatir dengan kondisi ayahnya yang seolah gampang sakit. Semua pengorbanan itu kini terasa sia-sia, berganti dengan luka yang menyesakkan dada.

Hana menghentikan kendaraannya di tepi danau. Ia menatap air yang tenang memantulkan langit malam, indah namun terasa dingin di hatinya.

“Tuhan, kenapa hidupku jadi seperti ini? Sakit sekali, Tuhan …” ucap Hana lirih.

Ketika ia membalikkan badan, matanya tertuju pada seorang anak kecil yang duduk menghadap danau.

“Anak siapa itu? Sudah malam begini kok sendirian …” gumam Hana.

Ia pun mendekat perlahan.

“Ayah jahat … Felix tidak cuka dengan ante Lana. napa Papi memilih dia …” ucap anak lelaki itu de

“ngan wajah murung.

“Hai, Nak …” sapa Hana pelan sambil menghampirinya.

“Hai, nte cantik …” jawab si bocah polos.

“Lagi apa kamu di sini?” tanya Hana lembut.

“Aku lagi kecel.”

“Kesel kenapa? Anak kecil kok bisa kesel sih?” ucap Hana, merasa lucu mendengar keluh kesah anak kecil itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!