Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Pertemuan
Raffaele menunggu sang ayah angkat mengatakan idenya. Sejauh ini, mengikuti masukan dari sang ayah angkatnya ini selalu sebuah keberhasilan yang Raffaele dapat.
"Daddy memiliki rencana bagus. Kamu dekati Adriano dengan nama yang asing baginya. Bukan nama yang dia tau." Ujar Keith.
"Lalu aku harus menggunakan nama apa untuk mendekatinya? Dia sudah amat mengenal namaku, Dad." Balas Raffaele.
"Kamu pakai nama belakang Daddy saja. Perkenalkan diri kamu sebagai Giovanni." Sebuah ide dari Keith.
Pria berumur 29 tahun itu mengetuk-ngetuk pinggiran sofa, ia sedang berpikir. Mata tajamnya itu sedikit berbinar karena sebuah peluang dirinya balas dendam. Sudut bibirnya terangkat, memperlihatkan bagaimana sisi kejamnya seorang Raffaele ketika sedang menjadi Mafia.
"Ide Daddy menarik. Dan cukup benar untuk dilakukan. Terimakasih Daddy, karena selalu membantuku walaupun aku ini bukan anak kandung Daddy." Ujar Raffaele.
Keith yang saat ini sedang duduk dengan posisi angkuh itu mengangguk. Tersenyum atas ucapan putra angkatnya tersebut. Tangannya meraih gelas berisi wine dan mengangkatnya ke arah Raffaele. Mengajaknya untuk bersulang. Tanpa ragu, pria itu mengiyakan ajakan sang ayah angkat. Mereka tertawa bersama atas kemenangan yang akan mereka dapatkan tidak lama lagi.
"Kita sudah sampai tuan Raffaele." Ujar Adam, sopir Raffaele.
Pria tampan itu yang awalnya menatap fokus ke ponselnya, kini beralih memandangi bangunan tinggi di hadapannya saat ini.
Benda pipih itu segera ia masukan ke dalam saku. Merapikan pakaiannya, lalu bersiap untuk memasuki perusahaan Alexander Group. Sebelum itu, pria itu memastikan sesuatu dahulu.
"Apa Leon sudah datang?" Tanya Raffaele.
Adam mengangguk. "Sudah Tuan. Satu jam yang lalu dia sampai, sekarang sedang menunggu Tuan Raffaele di lobby."
"Baiklah aku akan turun sekarang." Ujar Raffaele.
Tak perlu sebuah perintah, pria berusia 54 tahun itu segera keluar. Dan membukakan pintu mobil untuk sang Tuan.
Raffaele mulai berjalan dengan langkah tegasnya. Aura dominan seketika itu menguar. Orang-orang yang melihatnya langsung menepikan diri, memberikan jalan untuknya.
Di depan sana, asisten pribadinya telah menunggunya. Leon datang menghampiri Tuannya itu dan membungkuk hormat.
"Kamu sudah mengabari jika kita akan datang ke perusahaannya ini kan, Leon? Jangan sampai kamu lupa, dan berakhir membuat saya malu." Ujar Raffaele, dari nada bicaranya saja sudah mencekam. Jika bukan karena Leon sudah terbiasa dengan perangai Raffaele, mungkin dirinya juga sudah ketakutan sekarang ini.
Suara Raffaele ini memang terdengar berat dan tegas, ditambah dengan aura dingin tak tersentuhnya dan sorot mata tajam bagaikan burung elang. Tak jarang berada di dekat pria ini orang lain akan berubah tak berkutik saking dominannya seorang Raffaele.
"Tuan tenang saja, saya sudah membuat janji kemarin dengan mereka. Dan sekarang Tuan Dario sudah menunggu di ruangannya." Balas Leon.
Tak ada balasan. Namun Leon tahu, jika atasannya ini puas dengan cara bekerjanya. Mereka berdua masuk. Beberapa karyawan Alexander Group membungkuk, menyambut kedatangan Raffaele. Apalagi mendengar kabar jika perusahaan mereka kedatangan salah satu pebisnis terkemuka di Italia ini.
Mereka belum mengetahui nama dan rupa sang pebisnis dan baru melihatnya langsung sekarang. Karena memang identitas Raffaele yang sangat tertutup dan privasi. Semua itu demi menyembunyikan dirinya, sebab melindungi bisnis gelapnya yang menjadi seorang Mafia kelas kakap. Meski begitu, dikalangan petinggi perusahaan, Raffaele sangat dikenal dan disegani.
Ketampanan yang dimiliki seorang Raffaele ini membuat beberapa mata karyawan wanita tertuju ke arahnya. Mereka terpesona. Pria itu terlihat sempurna bak dewa Yunani. Namun, meskipun mereka terpesona, tak lantas membuat mereka mendekati Raffaele. Mereka takut dengan aura dominan yang dipancarkan pria tersebut. Dan tak ingin berurusan juga dengan seseorang yang sangat berpengaruh sepertinya.
...****...
"Silakan masuk Tuan. Atasan saya sudah menunggu di dalam." Seorang pria membukakan pintu sebuah ruangan.
Raffaele tak langsung masuk. Pria itu menatap ruangan yang di dalamnya ada seseorang yang pertemuannya sudah sangat lama dirinya nantikan. Selama 15 tahun ini dirinya sudah menunggu. Berhadapan langsung dengan pembunuh sang ayah yang sudah lama tak ia lihat.
Langkahnya mantap dan tegas. Pandangannya tak beralih sama sekali, terus menatap tajam ke depan. Sesampainya di sana, tatapannya bertemu dengan sorot mata pria yang sudah tak lagi semuda dulu. Ada beberapa kerutan di wajahnya. Pria itu mengulas senyumnya, menyambut kedatangan Raffaele dengan senang hati.
Raffaele hanya membalas dengan sebuah satu anggukan di kepalanya. Menjabat tangan musuh dengan hangat. Sebelum nantinya menikamnya perlahan. Di dalam hati, Rafael tertawa keras, licik, dan penuh muslihat .
"Selamat datang tuan Giovanni." Sapa Dario.
"Saya tidak menyangka Tuan Giovanni akan datang dan tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan saya ini." Ujar Dario dengan perasaan senangnya, tidak tahu jika ada sebuah bahaya mengintainya saat ini. Dia juga memanggil Raffaele dengan nama Giovanni, sesuai dengan ide masukan dari Keith untuk Raffaele memperkenalkan dirinya dengan nama itu.
Raffaele tersenyum tipis. "Saya merasa perusahaan Tuan Dario ini sangat cocok dengan perusahaan saya."
"Terimakasih. Mari silakan duduk, kita bisa mulai membahasnya sekarang." Titah Dario, mempersilakan Raffaele dan Leon duduk.
Mereka bertiga telah berdiskusi dan menyetujui beberapa persyaratan. Dario kembali berjabat tangan dengan Raffaele atas kerja sama ini.
"Saya ingin mengucapkan terimakasih sekali lagi atas hal ini. Dan saya berharap, nantinya kerja sama kita bisa berjalan baik." Ujar Dario.
"Tentu saja." Jawab Raffaele singkat.
Ia kemudian berdiri. Ia merasa sudah tidak ada hal yang penting lagi untuk berada di ruangan yang sama dengan pria pembunuh ayahnya ini. Hanya ada rasa sesak yang memenuhi dadanya ketika berhadapan langsung dengan Dario. Mengingat bagaimana pria di hadapannya ini menghabisi ayahnya dengan sebuah pistol digenggamannya. Namun saat akan berbalik. Sebuah suara menarik perhatiannya.
"Papa tolongin aku. Aku ingin jalan-jalan ke Prancis tapi mama melarang! Upss..." Valeria menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia tidak tahu jika saat ini sang ayah sedang ada pertemuan dengan klien.
"Maaf Papa, Valeria tidak tahu kalau Papa sedang sibuk sekarang ini. Vale akan keluar lagi." Lanjutnya dan berbalik badan, tapi sebuah suara terdengar menghentikannya. Suaranya dalam dan berat.
Gadis berambut panjang berwarna coklat itu menoleh. Matanya mengerjap pelan, mata yang cantik dan membuat perhatian Raffaele sejenak hilang fokus.
Ternyata gadis kecil itu kini sudah sebesar ini. Usianya saat ini menginjak 19 tahun. Tumbuh menjadi gadis cantik dan, lihatlah! Senyumnya begitu menawan. Raffaele sampai hampir saja terpesona lagi jika dirinya tak langsung menyetir kendali tubuhnya sendiri. Lain halnya dengan asisten pribadinya, yang sama sekali tak berkedip sejak melihat kedatangan Valeria.
"Kamu tidak perlu keluar, karena saya sudah akan pergi. Silakan berbicara dengan Tuan Dario." Ucap Raffaele. Tatapannya lekat ke arah Valeria. Ia menjadi mempunyai sebuah rencana lain lagi. Seulas senyum yang sangat tipis muncul di bibirnya. Tapi hanya Raffaele saja yang mengetahui senyumannya ini.