Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 10
Sambil Menghitung Langkah Kang Syamsuri Kembali Masuk Kedalam Rumahnya, Jantung Ratih Berdebar Kencang. Ia Berjalan Mundur, Sambil Menengok Ke Belakang.
Ratih Mencengkeram Tanah Tempat Penguburan Ari-Ari Dengan Tanganya Sendiri, Kuku-Kukunya Yang Panjang Dan Terawat, Kali Ini Nampak Kotor Karena Mencengkram Tanah Basah Sehabis Di Guyur Gerimis.
"Aku Haru Segera Pulang," Ratih Berhasil Menggambil Kendi Di Dalam Tanah. Ia Langsung Pulang Dengan Nafas Yang Tersengal Karena Hari Sudah Larut Malam.
Sesampainya Di Rumah, Beruntung Orang Rumah Tidak Ada Yang Bangun Dan Mengetahui Aksinya Malam Ini.
Ratih Berjalan Ke Kamar, Dengan Mengambil Langkah Lebih Lebar, Ia Masuk Buru-Buru, Langsung Mengunci Pintu Kamarnya, Menaruh Kendi Yang Kotor Di Kasurnya.
"Apa Aku Harus Makan Sekarang?" Ratih Duduk, Bibirnya Kelud, Lidahnya Getir, "Entah Apa Rasanya?" Lagi-Lagi Ratih Meyakinkan Diri.
Tangannya Bergetar, Saat Mendengar Suara Tangisan Anaknya Di Ruang Tamu. Ratih Beranjak, Ingin Keluar Dari Kamarnya. Namun Tangisanya Terdiam, Karena Ibunya Bisa Kembali Menidurkan Anaknya. "Ohh... Syukurlah... " Ratih Menarik Nafas Lega. Ia Kembali Duduk Di Kasur, Membuka Tutup Kendi Ditangannya.
Ari-Ari Bayi Yang Sebelumnya Sudah Di Bersihkan, Berwarna Putih Seperti Lemak Kambing, Ratih Mengunci Kedua Bibirnya Rapat. "Aku Harus Bisa, Harus!... Harus Bisa!" Ratih Menelan Ludah, Saat Ari-Ari Bayi Sudah Ada Di Depan Mulutnya.
"Ayo Ratih Makanlah... Sebentara Lagi Bulan Akan tertutup Awan Hitam, Kekuatan Gaib Akan Tertutup Di Langit, Jika Kau Tidak Mau Bernasib Sial. Makanlah... " Suara Itu Berbisik Nyaring Di Telinga Ratih.
Akhirnya Ia Memakan Ari-Ari Bayi Itu, Satu Gigitan Dua Gigitan, Rasanya Ingin Muntah, Namun Segera Ia Tahan, Saat Ingin Muntah. Ratih Kembali Mengingat Penghianatan Akmal Dan Arimbi. "Kalian Yang Buat Aku Jadi Iblis Kan?... Kalian Yang Buat Aku Jadi Seperti Ini!.. " Dengan Lahap Ratih Menghabiskan Ari-Ari Bayi Yang Ada Ditangan Nya. Air Matanya Menetes Sudah Seperti Orang Kesetanan.
Dalam Waktu Sepuluh Menit, Semuanya Habis Tidak Ada Yang Tersisa, Meskipun Mulutnya Rasanya Aneh, Tenggorokan nya Seperti Menganjal. "Demi Diriku Yang Tersakiti... Demi Diriku Yang Banyak Lukanya!... " Ratih Merambah Kerongkongannya Perlahan Terasa Ari-Ari Bayi Itu Turun Ke Kerongkongan, Dan Ke bawah Perut.
Malam Ini Ia Terpejam, Dengan Kepuasaan Dan Kenikmatan Dunia Yang Begitu Nyata. Bibirnya Terseyum Dalam, Aura Tubuh Ratih Berubah Drastis, Lebih Berani, Dan Lebih Jahat.
.
.
Pagi-Pagi Sekali Ratih Sudah Berangkat Bekerja, Dan Meninggalkan Setumpuk Uang Untuk Ibunya Di meja, "Rena... Lihat ini, Kaka Mu Meningalkan Setumpuk Uang..." Pagi-Pagi Bu Mirah Sudah Di Buat Berkilah, Karena Melihat Gepokan Uang Di Mejanya.
Rena Berjalan Ke Arah Ibunya, Kaget Melihat Jumlah Uang Yang Begitu Banyak, Di Meja. "Bu Ini Uang Mba Ratih?"
"Iya Ren... Malah Katanya Mba Mu Mau Beli Rumah." Ada Raut Wajah Berbinar Bu Mirah, Saat Melihat Anaknya Bisa Sukses.
Berbeda Dengan Rena Yang Nampak Curiga. "Apa Mba Ratih Melakukan Hal Yang Aneh-Aneh?" Rena Bergelut Dengan Fikirannya Sendiri.
Lalu Ia Langsung Kembali Masuk Membereskan Rumah, Hari Ini Tidak Seperti Hari Sebelumnya, Yang Sibuk Menyiapkan Dagangan, Bu Mirah Fokus Mengurus Sati, Sementara Rena Mengambil Alih Bebenah Rumah Dan Menyiapkan Semua Kebutuhan.
Setelah Ratih Pulang, Ekonomi Keluarga Sagat Stabil. Bahkan Mereka Sudah Bisa Membeli Sofa Baru Dan Juga TV Baru, Disaat para Tetangga Belum Mampu Membeli TV Ratih Sudah Lebih Dulu Membelinya.
"Mba Ratih Simpan Kendi Wadah Buat Ari-Ari Bayi Untuk Apa?" Rena Mengerutkan Keningnya. Saat Hendak Membereskan Kamar Ratih, Rena Melihat Kendi Di Bawah Kolong Ranjang, Dan Juga Seprai Kamar Kakanya Yang Kotor
Rena Menunduk Memastikan, Menelan Ludah, Kaget, "Iya Kendi, Untuk Apa?... " Rena Terkejap, Merasa Jijik, Dan Penuh Dengan tanda tanya Kenapa Kakanya Bisa Menyimpan Kendi Wadah Ari-Ari Bayi.
.
.
Sementara Di Dalam Kamar Bordir, Ratih Sedang Melayani Tamu Bertubuh Tegak, Rambutnya Sedikit Pirang, Bukan Orang Dalam Negri. Namun Ia Menyewa Ratih Saat Sedang Dalam Masa Terpuruk, Karena Bisnisnya Hancur, Ia Sengaja Menyewa Ratih Untuk Melampiaskan Kepusingan Nya.
"Pelan-Pelan Saja Tuan, Saya Akan Menemani Mu Sampai Pelepasan..." Ratih Terseyum Menggoda, Ekspresi Wajahnya Seolah Menikmati. Namun Aslinya Ia Begitu Muak, Kalau Bukan Karena Upah Besar Dan Ingin Menjadi Orang Terpandang Tidak Perduli Uang Asalnya Dari mana. Dan Manusia Lebih Memadang Rendah Orang Yang Tak Beruang, Mereka Akan Memuja-Muja Dan Menyanjung Orang Yang Banyak Uang.
"Lebih Baik Aku Seperti Ini, Dari Pada Harus Hidup Miskin," Ratih Mendesah, Saat Tuan Yang Menyewanya Melahap Habis, Dadanya Yang Sangat Mengoda. "Tuan... Ahhh... " Ratih Memegang Kuat Tengkuk Tuan Yang Menyewanya.
"Kau begitu Menggoda, Berapa Upah Yang Harus Aku Bayar Jika Satu Malam Ini Aku Ingin Bersamamu Penuh?"
Ratih Bersolek, Memainkan Rambutnya Diatas Ranjang. "Bagimana Jika Sepuluh Juta Tuan?... " Ratih Menarik Tubuh Tuanya, Berbisik Sekaligus Kembali Menggoda.
"Baik Aku Akan Memberikan Nya Lebih Dari Itu, Bisnis Ku Memang Sedang Kacau Kacaunya, Tapi Percayalah Bertemu dengan Mu, Dan Menghabiskan Malam Bersama Mu, Bisa Membuat Pikiranku Kembali Fresh.." Ia Menarik Dagu Ratih, Dan Kembali Mencumbunya.
Malam Ini Ratih Tidak Pulang, Ia Di Sewa Semalaman, Oleh Tuan Zacky, Padahal Di Rumah Ada Rena Yang Sedang Gelisah, Ingin Menanyakan Berbagai Macam Pertanyaan.
"Mba Ratih Keterlaluan, Aku Rasa Ia Benar-Benar Sudah Salah Jalan, Dan Kendi Yang Ada Dikamar Mba Ratih Untuk Apa?" Rena Bergumam, Mengusap Wajahnya Gusar... "Aku Mohon Ya Allah Lindungi Mba Ratih Dijalan Yang Benar, Aku Ngak Mau Sampai Mba Ratih Kenapa-Napa." Fikiran Rena Mulai Tidak Tenang, Ia Memijat Pelipisnya Yang Berdenyut Nyeri.
"Rena... Kenapa Belum Tidur, Ini Sudah Malam Loh." Bu Mirah Yang Baru Saja Selesai Menidurkan Sati, Heran Melihat Rena Yang Nampak Gelisah Dan Berkali-kali Melihat ke Arah Jendela.
"Mba Ratih Kenapa Ngak Pulang-Pulang Bu?"
"Mungkin Mba Mu Lembur, Sudah Biarkan Saja, Tidak Usah Di Fikirkan." Bu Mirah Kembali Masuk Kedalam Kamar, Seolah Ia Tidak Perduli Dengan Apapun Pekerjaan Ratih.
Rena Menahan Langkah Ibunya. "Tapi Bu, Ibu Ngak Pernah Nanya Apa Pekerjaan Mba, Zaman Susah Seperti Ini, Mana Mungkin Mba Ratih Bisa Mendapatkan Uang Jumlah Banyak Dalam Tujuh Hari Bu, Sedangkan Tubuh Mba Ratih Terlalu Lelah Baru Saja Melahirkan." Rena Menarik Nafas Dalam, Sudah Malam Namun Ia Tarik Ulur Suara Dengan Ibunya.
"Kamu Ini Aneh Yah, Bukanya Senang Sodara Bisa Sukses, Mengangkat Derajat ibumu Ini Yang Jadi Janda, Kamu Malah Seolah Takut Mba Mu Sukses Dan Berfikir Macam-Macam, Kalau Kamu iri yah Kamu Tingal Pergi Cari Kerja, Harusnya Kamu Bersyukur Mba Mu Sudah Mau Membantu Perekonomian Kita." Kalimat Pedas Yang Dilontarkan Ibunya Membuat Hatinya Begitu Teriris, Hati Bu Mirah Seolah Di Buatkan Uang.