Gwen, seorang pembunuh bayaran kelas kakap, meregang nyawa di tangan sahabatnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Melody, seorang istri yang dipandang rendah dan lemah oleh keluarga suaminya. Parahnya, Melody bukan meninggal biasa, melainkan korban pembunuhan di tangan salah satu anggota keluarga.
Bersemayam dalam tubuh barunya, Gwen bersumpah akan membalas semua derita Melody dan membuat suaminya tunduk padanya. Saat ia mulai menelusuri kebenaran di kediaman utama keluarga suaminya, satu per satu rahasia mengejutkan terbongkar. Dendam juga menyeret sahabat lamanya yang telah mengkhianati dirinya.
Ketika semua pembalasan tuntas, Gwen menemukan kebenaran yang mengguncang tentang suaminya. Marah, namun pada akhirnya ia harus mengakui, cinta telah mengalahkannya. Merasa suaminya tak mencintainya, Gwen memilih ingin menyerah, akankah dia benar-benar melepaskan segalanya? Apakah ia akan berakhir bahagia?
Penasaran?! Yuk baca👆👆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelelangan dan Satu Janji
...Selamat Membaca...
.......
.......
Malam harinya, Melody tengah bersiap-siap di kamarnya. Memakai make up tipis, namun tetap terlihat cantik. Dress hitam model turtle neck dengan mantel maroon, tak lupa dengan B.Zero1 Rose Gold dari brand ternama Bvlgari yang melingkar indah di lehernya.
Melody membiarkan rambut coklatnya terurai. Memakai sepatu boots sepanjang hampir selutut.
Jika Melody Asli akan selalu berpenampilan sederhana dan karang menggunakan perhiasan, maka tidak dengan Melody yang sekarang. Penampilannya berubah drastis menjadi lebih elegan menunjukkan bagaimana seharusnya seorang menantu dari keluarga terpandang, sekaligus nyonya Damian.
Setelah puas dengan penampilannya, Melody pun turun ke bawah untuk menemui Damian yang sudah menunggunya.
Terlihat Damian yang sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Jas hitam yang melekat di tubuhnya membuat Damian tampak sangat berkharisma.
"Apa kau tidur sampai selama ini?" tanya Damian datar.
Melody berdecih. Aku tarik kata-kataku, dia memang tampan tapi menyebalkan! "Hei tuan kau melupakan sesuatu? Kau mengatakan agar aku berpenampilan bagus dan jangan membuatmu malu. Kenapa sekarang malah protes? Kau kira berdandan itu semudah membalikkan telapak tangan?!"
"Memang dasarnya kau yang lelet Melody."
"What?! Seriously?! Sial! Kau berhasil membuatku kesal sekarang!" Melody berjalan lebih dulu menuju pintu keluar. Meninggalkan Damian yang menatapnya datar.
"Dasar wanita."
.
.
Melody duduk di mobil dengan kesal. Mulutnya tak berhenti mengoceh dan sesekali mengumpat tentang Damian.
"Pria batu. Bisa-bisanya aku sekarang menjadi istrinya. Malang sekali."
"Bagaimana pria kaku sepertinya bisa mendekati wanita?"
"Apa sebenarnya dia gay? Apa jangan-jangan sebenarnya dia memang punya kelainan?"
"Aku pria normal."
Melody tersentak kaget. Menoleh ke samping dimana Damian sudah berada di sebelahnya. "Dan sekarang dia terlihat seperti hantu, tiba-tiba datang tanpa jejak," gumam Melody.
"Jalan," titah Damian.
"Ketika di sana, tetaplah bersamaku kapanpun dan di manapun. Jangan sampai kau berkeliaran ke sana ke mari." Damian menatap Melody serius. "Pertama kalinya kau muncul bersama ku di acara seperti ini, pasti akan ada banyak musuh yang mencari celah. Jika kau terus berada di sampingku, aku akan dengan mudah menjagamu."
Melody diam. Kata-katanya terdengar familiar.
"Aku akan menjagamu."
"Tetap di samping ku ya, aku akan menjagamu."
Melody mengangguk dalam diam. Ia mengalihkan pandangannya ke melihat ke luar. Aku mendengarkan itu lagi, tapi di tubuh yang berbeda.
Suara ringtone dari Hp Damian menyadarkan Melody. Terlihat Damian tengah melakukan panggilan dengan seseorang.
"Kakek akan datang? Tiba-tiba?"
Melody kembali menatap ke samping, namun telinganya tetap ia pasang dengan baik.
"Cari tahu alasannya dan segera laporkan padaku."
"Ada apa?" tanya Melody.
Damian menoleh, "Kakek akan datang ke pelelangan."
"Lalu?"
"Itu artinya ada sesuatu yang ingin kakek beritahu."
Melody beroh ria. Tak banyak bertanya lagi. Selagi itu tidak menyangkut dan terdengar menguntungkan untuknya, ia tidak akan ikut campur. Tapi siapa yang tahu ke depannya?
"Damian, apa penyebab aku bisa betada di rumah sakit dan Amnesia?" pertanyaan itu lolos tanpa ragu dari bibir Melody. Menatap Damian penasaran.
Damian terdiam sejenak. "Kau terjatuh dari tangga."
"Siapa pelakunya?"
"Heem? Pelaku? aku tidak menyebutkan adanya pelaku."
Melody menghela nafas kasar. "Anak-anak mengatakan aku bukanlah orang yang ceroboh. Aku memang penakut dulu, tapi aku selalu berhati-hati ketika melakukan sesuatu. Jadi kemungkinan kecil jika Aku terjatuh, terlebih dengan luka tusuk? Itu tidak masuk akal Damian."
"Kita bicarakan nanti."
.
.
Mereka sampai di pelelangan tepat pada tengah malam. Kedatangan keduanya di sambut hangat oleh beberapa orang di sana. mengingat jika Damian adalah orang berpengaruh di inggris, tentu ia dikenal banyak orang.
Hadirnya Melody sebagai pasangan Damian malam ini, tentu membuat beberapa pasang mata mengarah pada mereka. Apalagi dengan Melody yang memeluk lengan Damian.
Bisik-bisik pun mulai terdengar. Hadirnya Melody menjadi topik hangat di sana sebelum acara pelelangan di mulai. Tak jarang juga pria-pria dia curi-curi pandang terhadapnya.
Melody mengeratkan pelukannya pada Damian. Jujur dia agak sedikit risin dengan mereka yang menatapnya bagai hewan buas yang siap memangsa korbannya.
Melody memang penyuka pria kaya, tapi bukan pria kaya hidung belang yang sering menyewa hotel dan menyimpan jalang dimana-mana.
"Damian, aku risih," lirih Melody.
Damian yang mendengarnya, mempercepat langkahnya menuju tempat duduk mereka. Sesekali ia menatap balik orang-orang yang menatap tak sopan pada istrinya.
Mereka duduk di tempat Khusus yang memang sudah di sediakan khusus di sana. Melody akhirnya lega sebab ia bisa leluasa bergerak dan berekspresi tanpa ada banyak orang.
Sepuluh menit kemudian, pelelangan pun dimulai. Satu persatu barang mulai dilelang hingga terjual. Lukisan, pistol, mansion, belati, bahkan manusia yang dilelang untuk dijadikan budak.
Bahkan manusia juga diperjualbelikan, dunia orang kaya memang gelap dan mengerikan. Melody fokus menatap barang-barang yang akan di lelang. Hingga satu barang terakhir yang di keluarkan membuat bibirnya tertarik ke atas.
Kalung dengan batu ruby bewarna merah.
"Kita akan buka dengan harga Sepuluh juta dollar."
"Saya."
"Sepuluh juta dollar satu, Sepuluh–"
"Dua puluh juta dollar."
"Baik, dua puluh juta dollar satu. Dua puluh juta dollar dua, dua puluh juta dollar ti–"
"Tiga puluh juta dollar."
Melody terbelalak. Kalungnya incarannya di perebutkan. Bahkan mencapai tiga puluh juta dollar, seorang pria tua yang melemparkan smirk pada mereka.
"Tiga puluh juta dollar satu, tiga puluh juta dollar dua,”
Melody melirik Damian. Pria itu hanya diam membuat Melody menghela nafas. Apa dia akan mengingkari janjinya?
"Kalung itu akan menjadi milikmu."
Melody menunduk lesu. Kalung incarannya akan menjadi milik orang lain.
"Tiga puluh juta dollar ti–"
"Lima puluh juta dollar."
Spontan melody mendongak, menoleh pada Damian yang duduk menatapnya. "Aku tidak akan mengingkari janjiku."
"Lima puluh juta dollar satu, Lima puluh juta dollar dua, Lima puluh juta dollar tiga."
Tuk ....tuk ....tuk
"Terjual."
Kalung itu resmi menjadi milik Damian. Diam-diam ia melirik Melody yang menatap kalung itu dengan berbinar. Tanpa sadar Damian tersenyum.
"Terima kasih, suami batu," ucap Melody tersenyum tipis. "Kali ini kau sedikit baik."
Damian hanya mengangguk, "Sedikit baik yang kau bilang menghabiskan seluruh uang yang kita bawa hari ini."
"Dan itu memang karena untukku." Melody tersenyum sampai matanya ikut menyipit, "Lagipula suami kan kaya. Menyenangkan istri itu tugas suami loh," tambah Melody sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Damian.
Damian berdehem. Menetralkan suasana. Jika ini siang hari sudah pasti telinganya yang memerah akan akan terlihat oleh Melody dan itu pasti akan menjadi bahan ledekan istrinya itu. "Kita pulang."
Melody mengangguk. Memeluk lengan Damian. Sesekali ia melirik wajah Damian dan tersenyum tipis. Terima kasih untuk hari ini Damian.
.......
.......
