Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suaminya Aylin
Gionatan uring-uringan karena sejak jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang dia harus memimpin rapat yayasan yang diselenggarakan secara dadakan dan itu atas desakan kakeknya. Jika Gionatan mangkir, maka semua fasilitasnya akan ditarik oleh keluarganya dan itu akan membuat Gionatan tidur di kolong jembatan dengan baju sehelai dan itu pun compang camping.
Gionatan terpaksa menuruti kemauan kakeknya agar dirinya tidak dibuang di kolong jembatan dengan baju compang-camping.
Dokter Bram yang muncul di ruang rawat inapnya Langit Buana Herlambang meskipun dirinya sudah melimpahkan pasiennya itu ke pengawasannya dokter Gionatan Wibisana.
Aylin menemui dokter Bram sendirian dan dokter Bram mengira kalau Aylin itu kakak perempuannya Langit.
"Ah, maafkan saya. Saya kira Anda adalah kakaknya Langit. Maafkan kelancangan Anda, soalnya Anda masih tampak sangat muda dan maaf, Anda sangat cantik" Dokter Bram berdeham sambil memeriksa Langit dengan wajah memerah malu.
Aylin hanya berkata, "Tidak apa-apa, Dok"
"Mamanya Langit bukan hanya cantik, Dok tapi juga pintel. Mama itu dosen, Dok" Ucap Langit sambil melirik bangga mamanya.
"Langit" Aylin menepuk pelan lengannya Langit.
Langit tersenyum lebar dan berkata, "Itu benal, Ma"
Dokter Bram sontak berdeham, "Ehem!" Lalu bergegas berkata, "Emm, Langit sudah boleh pulang dan dirawat di rumah. Papanya mana?" Dokter Bram mengalungkan stetoskopnya lalu berdiri di depan Aylin dengan senyum ramah dan masih menyisakan sedikit rona malu di wajah tampannya.
"Ah, suami saya kerja. Bisanya ke sini nanti sore pulang kerja" Sahut Aylin.
"Oh, baiklah kalau begitu. Saya akan siapkan obat-obatan untuk dibawa pulang dan surat kontrol besok lusa. Emm, saya permisi dulu" Dokter Bram bergegas melangkah menuju ke pintu karena dirinya masih merasa sangat malu dengan kebodohannya mengira perempuan cantik di depannya tadi adalah kakak perempuan pasiennya.
Perawat yang mendampingi dokter Bram hanya bisa mengulum bibir menahan geli lalu berdeham saat Aylin menatapnya, "Ehem! Emm, Anda tanda tangani dulu surat-surat ini lalu Anda bisa mengambil sisa uang ke meja di depan"
"Sisa uang?" Tanya Aylin.
"Iya, Suami Anda deposit banyak sekali kemarin dan masih ada banyak sisanya. Anda bisa ke meja depan nanti untuk menyelesaikan semua administrasi dan obat-obatnya Langit"
"Baik, Sus. Terima kasih"
"Sama-sama. Langit mau mandi sama Ibu suster apa sama Mama?" Tanya perawat itu ke Langit kemudian.
"Sama Mama" Sahut langit cepat.
Perawat tersebut menoleh ke Aylin, "Saya akan membantu Anda kalau begitu"
"Jangan!" Pekik Langit. "Langit maunya Mama aja"
Aylin dan perawat itu saling pandang dan tersenyum. Lalu Aylin berkata, "Tidak usah dibantu, Sus. Langit malu"
Perawat tersebut mengangguk dengan mengulum bibir menahan geli lalu berkata, "Baiklah, ini peralatan mandinya. Setelah mandi Anda bisa pencet bel agar saya bisa melepas infusnya Langit"
"Baik, Sus. Terima kasih"
Dan tepat di jam dua siang, Gionatan membuka ruang rawat inapnya Langit dan sontak menoleh ke meja para suster perawat ruangan VVIP, "Pasien saya mana? Kok kosong kamarnya?"
Gionatan lalu menutup pintu kamar VVIP yang sudah kosong itu kemudian melangkah ke meja para perawat.
Perawat yang tadi mendampingi dokter Bram mengurus kepulangannya Langit Buana Herlambang langsung melangkah maju dan berkata, "Perempuan cantik dengan anak tampannya yang sukses membuat dokter Bram terus merona malu, sudah diijinkan pulang dan lusa kontrol, Dok"
"Tunggu sebentar! Sukses membuat dokter Bram terus merona malu? Si culun jomblo itu?"
Kepala ruangan yang sudah akrab dengan Gionatan sontak menepuk bahu Gionatan, "Anda juga jomblo, lho, Dok"
"Eh, tapi aku tidak culun, ya" Sahut Gionatan dengan wajah sebal.
Semua perawat dan kepala ruangan itu sontak tertawa bersamaan.
Gionatan masih menatap perawat yang tadi mendampingi dokter Bram, "Kenapa ci culun itu merona malu?"
"Oh, dokter Bram tadi salah mengira perempuan cantik di kamarnya Langit tadi adalah kakak perempuannya Langit karena perempuan itu masih sangat cantik dan imut banget dengan wajah mungil tirus dan tubuh rampingnya"
"Sial! Di mana si culun itu sekarang?" Gionatan meraup kasar wajah tampannya.
"Biasanya di jam istirahat, dokter Bram ada di kantin"
Gionatan langsung melesat ke kantin.
Gionatan menarik kursi di depan mejanya Bram dengan kasar lalu menghempaskan pantatnya di kursi itu dengan mata lasernya mengarah tajam ke Bram.
"Hiihhh!!! Kenapa Anda seram sekali dokter Gio? Makan gih makan. Anda pasti lapar banget, kan, karena muka Anda serem banget, hiihhhh" Ucap Bram dengan wajah tanpa dosa.
"Pasien kamu yang di kamar VVIP lima Cendana selatan udah balik?"
"Iya. Langit udah baik kondisinya. Tapi, lusa kontrol. Saya nggak nyangka kalau mamanya masih sangat muda dan sangat cantik dan saya mengira kalau mamanya Langit itu kakaknya Langit. Bodoh banget, kan, saya. Malu banget saya, Dok, waktu mamanya Langit bilang kalau dia itu Mamanya Langit bukan Kakaknya Langit"
Brak! Gionatan berdiri sambil menggebrak meja.
Bram sontak mendongak kaget dan menatap Gionatan dengan bingung.
"Iya, kamu bodoh banget dan untuk kebodohan kamu itu, aku kasih kamu sanksi potongan tunjangan pokok gaji kamu di bulan ini"
"Kok gitu? Kesalahan saya apa?"
"Kamu menggoda Istri orang" Ucap Gionatan dengan wajah datar lalu pergi begitu saja meninggalkan Bram yang masih melongo kebingungan.
Gionatan berjalan ke ruang kerjanya sambil ngedumel kesal, "Enak aja naksir Aylin! Dan kenapa juga Aylin belum nelpon aku? Sial! Baiklah, Ay! Aku akan ke rumah suami kamu karena kamu yang maksa aku ke sana"
Dan benar saja, bukan Gionatan kalau tidak keras kepala dan selalu mendapatkan apa yang dia mau kalau ada kesempatan di depan mata. Gionatan pergi ke rumah suaminya Aylin. Alamat suaminya Aylin Gionatan dapatkan dari berkas pendaftaran rawat inapnya Langit
Rumah besar bahkan lebih besar dari rumahnya Gionatan menyambut laju mobilnya Gionatan dari gerbang depan rumah itu hingga ke rumah utama. Gionatan berdecak sebal melihat rumah suaminya Aylin yang bak istana kerajaan itu. Jarak gerbang depan ke rumah utama saja memakan waktu lima belas menit memakai mobil.
Kalau jalan kaki bisa gempor nih kaki. Batin Gionatan sambil melajukan mobilnya dengan. perlahan karena dia menyukai pemandangan yang tersuguh apik, asri, dan indah di depannya.
"Sial! Tajir banget suaminya Aylin, ya?" Gumam Gionatan dengan wajah kesal. Entah kenapa dia merasa kalah saing padahal dia tidak berniat merebut istri orang. Dia hanya ingin penjelasan dari Aylin.
Beberapa menit kemudian, Gionatan duduk di sofa mewah berwarna merah maroon yang menghiasai ruang tamu nan megah dengan furniture super mahal bergaya klasik modern yang menjadi teman-temannya sofa maroon itu.
Suaminya Aylin yang menemui Gionatan dan itu sontak membuat Gionatan sontak berdiri dengan kepalan tangan dan wajahnya berkedut tidak suka. Gionatan memang sangat sulit menyembunyikan ekspresi dirinya kalau dirinya sedang berhadapan dengan sesuatu atau seseorang yang tidak dia sukai.
"Kenapa Anda ke sini, Dok? Ah, maafkan saya kalau saya kurang sopan. Nama saya Theodore Herlambang dan Anda?" Tanya suaminya Aylin dengan senyum ramahnya.
Gionatan menerima uluran tangan itu, "Saya Gionatan Wibisana"
"Senang bertemu dengan Anda. Silakan duduk"
Dan maaf kalau aku tidak senang bertemu denganmu. Sial! Aku benar-benar cemburu saat ini dan dadaku sesak banget nih. Batin Gionatan.
Gionatan duduk kembali dengan perlahan sambil melihat ke arah dalam.
Suaminya Aylin ikut melihat ke arah dalam sambil bertanya, "Anda ingin masuk dan memeriksa kondisinya Langit?"
Gionatan menoleh cepat ke suaminya Aylin dan terpaksa menganggukkan kepala.
"Tapi kenapa? Langit baik-baik saja dan saya sudah sewa perawat pribadi untuk Langit"
"Saya hanya ingin memastikan kalau Langit benar-benar oke kondisinya sebagai direktur utama rumah sakit dokter Zayyan. Hanya pemeriksaan rutin, emm, prosedural"
"Baiklah. Saya akan antarkan Anda ke kamarnya Langit"
Kedua pria tampan itu kemudian berdiri dan berjalan beriringan.
Gionatan lalu memperlambat langkahnya agar dia bisa berjalan di belakang suaminya Aylin karena dia ingin mengamati suaminya Aylin.
Pakai kacamata, rambutnya klimis, badannya atletis, aku lebih tinggi dari dia dan F*CK! Keunggulanku dari dia hanya tinggi badanku. Dia lebih kaya dari aku, lebih keren dari aku karena penampilannya sangat rapi, dia juga sudah memiliki istri dan anak. K*MPR*T! Istrinya itu mantan terindahku. Aku kalah telak dari pria ini. Dia bisa membahagiakan Aylin dan aku tidak bisa. Aku hanyalah mantan. Batin Gionatan dengan tangan mengepal erat dan rahangnya mengeras.
Gionatan kemudian menoleh ke kanan lalu ke kiri, di mana Aylin? Apa Aylin ada di kamarnya Langit?
"Silakan masuk!" Suaminya Aylin membuka pintu kamarnya Langit lebar-lebar dan mempersilakan Gionatan untuk masuk.
Gionatan melangkah masuk dan sontak mengulas senyum tipis di wajah tampannya saat dia bersitatap dengan bola mata cantik mantan terindahnya.
☕️ dulu buat ka author