Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 – Tiga Pemburu Aether
Ketegangan di Gerbang Akademi
Langit mendung menggantung di atas Akademi Eldamar. Gerbang utama terbuka, memperlihatkan tiga sosok berjubah hitam dengan lambang mata terbuka berwarna emas di dada mereka. Aura tekanan tak terlihat menjalar hingga ke pelosok akademi.
> “Kami dari garis keturunan Pahlawan Aether. Izinkan kami menguji... kekuatan Qi,” ucap salah satu dari mereka.
Para murid akademi terdiam. Sebagian gemetar, sebagian penasaran. Mereka tahu, para keturunan Pahlawan adalah keluarga elit yang selama ratusan tahun menjaga sistem sihir dunia.
Teles Arvion, kepala akademi, muncul di balkon utama.
> “Atas dasar apa kalian menguji murid kami?”
Pemimpin ketiganya, pria bernama Cedric Aether, melangkah maju. Rambut putih keperakannya berkibar tertiup angin. Matanya biru terang, menunjukkan darah bangsawan sihir tertinggi.
> “Atas dasar perintah dunia sihir. Qi adalah kekuatan kuno yang telah ditinggalkan. Munculnya kembali bisa… merusak keseimbangan dunia ini.”
Kaith Muncul
Sementara itu, Kaith—nama samaran Xiao Chen—berdiri di puncak menara tertinggi. Ia mendengarkan semua dari kejauhan, lalu melompat turun begitu saja.
Brak!
Tanpa mantra, tanpa sihir. Ia mendarat begitu saja di antara tiga pemburu itu dan para murid akademi.
> “Jangan mengganggu teman-temanku,” ucapnya santai.
Cedric menatapnya dingin.
> “Kaith, murid akademi. Kami ingin melihat... sampai mana Qi bisa menandingi sihir.”
Kaith mengangkat alis. “Jika aku menolak?”
Salah satu dari mereka, wanita bersenjatakan tongkat pendek, menjawab:
> “Maka akademi akan dikucilkan dari Dewan Agung Sihir Dunia. Semua akses ditutup. Semua murid akan dicabut hak pendidikannya.”
Duel yang Tidak Adil
Para murid berkumpul membentuk lingkaran besar. Rin, Elvira, dan Yoyo Party ikut menyaksikan dari tepi arena.
> “Guru… akan melawan mereka?” gumam Elvira khawatir.
> “Tidak… Guru akan mempermalukan mereka,” balas Rin dengan senyum.
Teles Arvion terpaksa mengangguk. “Kaith, bertarunglah hanya sampai mereka menyerah. Jangan… bunuh mereka.”
Kaith melangkah ke tengah arena. Ia tidak membawa senjata.
Cedric mengangguk ke dua rekannya: Silva, ahli sihir kontrol udara, dan Darin, pemanipulasi mantra gravitasional.
> “Bersama.”
Tiga lawan satu.
Serangan Petir dan Angin
Pertarungan dimulai. Dalam sekejap, arena diselimuti badai angin dan petir. Darin menciptakan ruang gravitasional yang menekan tubuh Kaith dari segala arah. Tubuh manusia biasa akan remuk dalam satu detik.
Namun Kaith… bahkan tidak goyah.
> “Begini caramu ‘mengukur’ kekuatan?”
Ia mengangkat satu tangan.
Wuuung!
Udara di sekitarnya meledak, seolah ruang terbelah.
Cedric melepaskan hujan sihir pencabut mana, tapi Kaith melangkah seperti angin, menghindar tanpa terlihat.
Satu pukulan.
Duuuum!
Silva terpental hingga menembus dinding arena.
Kedua rekannya terkejut. “Kau—kau menyentuhnya!?” Darin melepaskan mantra berat lapis ganda.
Kaith menarik napas, dan mengaktifkan Langkah Naga Abadi.
Ia muncul di belakang Darin.
> “Seranganmu… lima ratus tahun terlalu lambat.”
Brak!
Darin pingsan sebelum sempat melihatnya.
Cedric Aether: Kekuatan Sejati
Tinggal Cedric yang tersisa.
Ia menatap Kaith dengan tatapan baru—penuh kehati-hatian. Ia menurunkan tudung jubahnya. Lambang di dahi mulai bercahaya.
> “Kaith, siapapun kau… Qi-mu tidak berasal dari dunia ini, bukan?”
Kaith tidak menjawab.
Cedric merapal mantra rahasia dari garis darah Aether: "Odin’s Lament."
Langit mendadak berubah ungu. Petir turun dari angkasa, dan mantra besar segel langit muncul di atas arena.
> “Kau takkan bisa menggunakan Qi-mu selama mantra ini aktif!”
Tapi…
Kaith hanya menatap langit. Petir-petir itu membeku di udara. Qi-nya menekan langit.
> “Kau pikir dunia ini bisa membatasi aku?”
Ia mengepalkan tangan dan…
Duaar!!
Langit robek sesaat, lalu kembali normal. Segel mantra Cedric runtuh.
Kaith muncul di hadapan Cedric dalam satu langkah, menyentuh dadanya dengan dua jari.
> “Tidurlah.”
Cedric terhempas, tak sadarkan diri.
Dunia Bergejolak
Setelah pertarungan itu, Akademi Eldamar menjadi pusat perhatian seluruh dunia sihir.
Dewan Agung mengadakan pertemuan darurat. Mereka mulai mengirim penyihir-penyihir tingkat tinggi untuk "mengawasi" perkembangan Qi.
Namun… rakyat biasa mulai bertanya-tanya.
> “Apa benar sihir bukan satu-satunya kekuatan?”
“Kalau Qi bisa menyelamatkan kita dari para tiran… kenapa dilarang?”
Elvira dan Rin: Jalan Baru
Di malam hari, Elvira menatap langit dari menara timur.
Rin datang dan duduk di sebelahnya.
> “Dunia berubah, ya?”
> “Ya,” Elvira menjawab. “Dan kita ada di tengahnya.”
> “Tapi kau tak takut?”
Elvira tersenyum, menatap cincin kultivasi di jarinya.
> “Tidak… karena aku punya guru sepertinya.”
Xiao Chen di Bayang-Bayang
Kaith, atau Xiao Chen, duduk di ruangan tertutup, memeriksa peta dunia. Tanda merah muncul di lima titik berbeda—lima garis keturunan pahlawan.
> “Mereka akan datang satu per satu.”
> “Satu-satunya cara menyelamatkan dunia ini…”
Ia menggenggam pedang Qi murni miliknya.
> “…adalah mengubahnya dari dalam.”
Tiga pemburu telah tumbang, tapi perang baru saja dimulai. Dunia yang terbentuk dari darah lima pahlawan mulai bergoyang oleh kehadiran satu orang yang datang dari langit.
Dan dalam diam, para leluhur dari dunia sihir mulai bergerak… untuk menghapus ancaman bernama Xiao Chen.
