follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Kehidupan Aruni di Jakarta yang mulai menemukan ritme baru membuatnya menemukan kebahagiaan yang lebih berarti. Pagi hari, ia disibukkan dengan mengajar di sekolah dasar. Senyum ceria anak-anak dan semangat mereka dalam belajar menjadi pelipur lara terbaik baginya. Ia mencurahkan seluruh energinya untuk mendidik, membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, dan memastikan setiap murid mendapatkan perhatian yang layak.
Rekan-rekan guru juga menyambutnya dengan hangat, membuatnya merasa diterima dan dihargai. Mereka sering berbagi cerita dan tips mengajar, menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
"Bu Aruni, pelajaran hari ini seru sekali!" seru salah satu muridnya dengan mata berbinar.
Aruni tersenyum. "Alhamdulillah, Nak. Kalian memang anak-anak hebat."
"Besok kita melakukannya lagi, ya bu."
Setelah pulang sekolah, Aruni akan kembali ke rumah Tante Dina. Ia membantu pekerjaan rumah tangga seperlunya, berbagi cerita dengan Tante Dina tentang hari-harinya di sekolah, dan menikmati waktu istirahat di teras yang sejuk. Sesekali, ia juga menyempatkan diri membaca buku atau menonton acara televisi bersama Om Amar dan Tante Dina juga si kecil Rubby yang membuat suasana semakin berwarna.
Kehadiran mereka memberinya rasa aman dan keluarga yang sangat ia butuhkan saat ini. Walau Aruni sendiri juga sering menghubungi kedua orang tuanya untuk sekedar bertanya kabar.
Di sisi lain, Rico menjalani rutinitasnya saat ini sebagai seorang direktur utama, di sebuah perusahaan properti. Selain sebagai seorang konten kreator dia adalah seorang direktur utama. Ia sering menghabiskan waktu di kantor pusat perusahaannya atau berkeliling tempat indah yang untuk kontennya.
Salah satu karyawannya yang bekerja di bagian pemasaran. Bisa di bilang Om Amar adalah seorang manager pemasaran di perusahaan Rico.
Suatu siang, Rico sedang makan siang di kafe kantor bersama Om Amar. Meskipun Rico adalah atasan Amar di perusahaan, hubungan mereka lebih dari sekadar atasan dan bawahan. Mereka berdua adalah teman baik sejak bertemu beberapa tahun lalu. Amar membantu Rico saat pria itu tersesat di hutan saat sedang menikmati keindahan alam.
Dan saat itu Rico berteman baik dengan Amar, bahkan menawarinya pekerjaa saat tau kalau Amar baru menjadi korban pengurangan tenaga kerja. Bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar jam kerja.
"Bagaimana kabarmu, Mar? Sepertinya sedang banyak yang harus kamu kerjakan, ya," sapa Rico sambil menyendok nasi.
Om Amar tertawa. "Beginilah, Ko. Tumpukan pekerjaan tidak pernah habis. Tapi ya dinikmati saja. Kalau aku tidak bekerja, bisa-bisa aku dipecat sama atasanku. " ucapnya sambil terkekeh, "Sekarang aku juga tidak terlalu memikirkan istriku dirumah sendiri dengan Rubby, karena ada Aruni yang menemani mereka. Aku sedikit terbantu dengan kehadirannya di rumah dan bisa lembur untuk mendapatkan tambahan. "
"Cih, "
Rico tersenyum sinis namun senyum itu berubah menjadi senyum tipis saat dia teringat percakapannya dengan Aruni beberapa waktu lalu. "Iya, Mar. ngomong-ngomong bagaimana kabar Aruni?" tanya Rico kemudian.
"Dia baik, lebih baik dari sebelumnya, dan sepertinya mentalnya sudah kembali di sini. Kasihan dia, baru pertama kali merasakan nyaman dengan seorang pria tapi harus pupus begitu saja hanya karena usia Aruni." kata Amar dengan hembusan nafas berat.
"Dan kamu tau seperti apa kehidupan di desa. Kesalahan sekecil apapun akan menjadi masalah besar. Beda dengan kehidupan di kota seperti kita yang kebanyakan lebih sibuk dengan urusan sendiri daripada ikut memikirkan urusan orang lain. "
Rico mengangguk setuju dan mengerti, kini dia tau masalah Aruni kenapa sampai pindah ke rumah om dan tantenya. Mungkin karena dia tidak ingin mendengar omongan buruk dari orang disekitarnya.
"Apa boleh kalau aku sering main kerumahmu? " tanya Rico ragu sambil tersenyum.
Om Amar mengernyit. "Ada apa ini? Senyummu beda, Ko."
Rico menatap Om Amar, ragu sejenak. Namun, ia merasa ini adalah saat yang tepat. "Sebenarnya, Mar... ada sesuatu yang ingin aku sampaikan."
Om Amar mengangkat alis, penasaran. "Apa itu, Ko?"
"Aku... aku lihat & memiliki? ketertarikan kepada Aruni, Mar," ucap Rico pelan, namun lugas. Ia menatap Om Amar, melihat reaksinya.
Om Amar terdiam sejenak, kemudian senyum lebar mengembang di wajahnya. Ia menepuk bahu Rico dengan gembira.
"Oh, jadi ini toh alasannya kamu ingin sering ke rumahku belakangan! Apa kamu serius? Jangan membuat mainan anak orang, aku tidak ingin Aruni terluka untuk kedua kalinya."
Rico ikut tersenyum. "Tentu saja, untuk apa aku menyakitinya. Sejak pertemuan kami di kereta waktu itu, ada sesuatu tentang Aruni yang membuatku tertarik. Dia berbeda."
"Aku tahu, Koh. Aruni memang gadis yang baik. Sabar, mandiri, dan pintar," puji Om Amar. "Aku senang sekali kalau kamu tertarik padanya. Dia sedang butuh sosok yang bisa membuatnya bangkit lagi. Tapi tentang usia?"
"Ck, usia bukan masalah besar. Aku tidak peduli berapa usianya. Aku serius ingin dekat dengannya, Aku benar-benar ingin mengenalnya lebih jauh," kata Rico, sorot matanya menunjukkan kesungguhan.
Om Amar mengangguk-angguk. "Tentu saja, Koh. Aku dan Dina pasti mendukung. Kalau begitu... kamu harus lebih sering lagi datang ke rumah kami."
"Aku memang berniat begitu," jawab Rico, matanya berbinar.
"Jangan hanya datang sebagai teman mainku saja," saran Om Amar, nadanya menggoda. "Sesekali ajak dia bicara lebih personal. Kalian bisa pergi jalan-jalan, makan malam. Pokoknya jalin kedekatan lebih intens."
Rico mengangguk setuju. "Ide bagus, Mar. Aku juga berpikir begitu. Tapi aku tidak ingin terburu-buru. Aruni baru saja melalui masa sulit."
"Betul sekali," timpal Om Amar. "Dia butuh waktu. Tapi kalau kamu tidak menunjukkan keseriusanmu, dia mungkin akan mengira kamu hanya sekadar ramah. Perempuan itu butuh kepastian bukan hanya sekedar kedekatan."
"Aku mengerti," Rico tersenyum. "Aku akan pelan-pelan. Tapi aku tidak akan menyerah."
"Bagus itu! Dengan menjalin kedekatan pasti akan ada sesuatu yang tumbuh nantinya," Om Amar menyemangati, yakin dengan pandangannya. "Siapa tahu, Aruni bisa menemukan kebahagiaannya bersamamu. Dan kamu juga bisa mendapatkan pendamping yang baik."
Mendengar dukungan penuh dari Om Amar, Rico merasa semakin yakin dengan perasaannya. Ia tahu, perjalanan ini tidak akan mudah. Hati Aruni masih menyimpan luka, dan ia harus berhati-hati melangkah.
Namun, ia merasa ada secercah harapan. Aruni adalah wanita yang kuat, dan Rico percaya, ia bisa menjadi sosok yang tepat untuk membantu Aruni melupakan masa lalunya dan membangun masa depan yang baru.
Tekad Rico untuk mendekati Aruni semakin kuat, didukung penuh oleh Om Amar. Namun, di tengah rencana manis ini, Aruni belum menyadari bahwa takdir sedang kembali mempermainkannya. Apakah ia akan menemukan cinta yang ia dambakan dalam diri Rico?