Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jepit
Kini, sudah tidak ada omongan akan hal buruk Theresia lagi. Walaupun bukan benar-benar tuntas, setidaknya hal ini tidak terjadi lagi suatu saat nanti.
Sekarang Theresia dan Erga sedang menghadap Bunda yang membawakan mereka bekal. Namun wajah mereka tampak lelah.
"Hhm? Kenapa kalian gitu? Ada sesuatu lagi?" tanya Bunda yang mulai khawatir.
"Enggak kok, Bun. Cuman akhirnya semuanya selesai," jawab Erga dengan tersenyum tipis.
"Lho? Udah selesai?" Bunda langsung mengembangkan senyumannya dan menatap putranya yang mengangguk. "Gimana-gimana? Ceritain ke Bunda, dongg.."
"Nanti aku ceritain, tapi ini kok bekalnya tiga? Buat siapa? Jangan-jangan..."
"Buat Nak Bhaskar."
Sudah Erga duga. Setelah Theresia yang kecantol Bhaskar, sekarang Bundanya yang kena.
"Ngapain buat bocah itu sih, Bun? Lagian dia bisa makan sendiri juga."
"Wahh, makasih ya, Tan?"
Sontak Erga dan Theresia terkejut dengan Bhaskar yang tiba-tiba ada di tengah-tengah mereka.
"Sama-sama, akur ya kalian?"
Bunda tampak senang dengan kehadiran Bhaskar hingga membuat Erga sedikit cemburu.
"Bunda pilih aku atau dia?" Erga menunjuk Bhaskar yang hanya tersenyum diam.
"Kamu kan anak Bunda, Bunda cuman seneng aja lihat Bhaskar. Eh? Kalian masuk gih, nanti makannya malah keburu bel masuk. Nak Bhaskar jangan lupa makan juga, ya? Theresia juga, sayang."
"Iya, Tan, makasih," jawab Theresia dan Bhaskar bersamaan.
Setelah Bunda pergi Erga berjalan terlebih dahulu dengan sengaja menyenggol bahu Bhaskar.
"Cemburu lo? Ya elah, anak Bunda gitu amat," ejek Bhaskar.
"Tck! Diem lo! Atau nggak usah ikut makan, biar gua makan sekalian." Erga menunjuk Bhaskar yang langsung mengangguk patuh.
Ketika berjalan menuju kelas, semuanya kembali seperti normalnya. Meskipun tadi pagi masih ada beberapa omongan-omongan yang membicarakan postingan vidio tersebut, tetapi sekarang semuanya sudah jelas dan tidak ada lagi yang dipermasalahkan karena mereka menganggapnya kesalahan pahaman dari candaan yang berlebihan.
Di sisi lain, Linsi sibuk memainkan ponselnya dengan menyanggah dagunya. Lagipula ia tidak punya teman lagi untuk diajak berbicara.
"Ohh, cuman candaan doang."
Linsi langsung mendongak ke arah gadis yang memakai jaket baseball. Lalu kembali ke layar ponselnya lagi.
"Tapi gua juga nggak mau lo balik ke circle kita," ucap gadis itu lagi.
"Yaudah, gua juga ogah balik ke kalian lagi. Nggak ada gunanya juga, gua bisa sendirian tanpa temen yang sok-sokan kek lo pada." Linsi berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Dih." Gadis itu langsung pergi dan tidak lagi bersama Linsi.
...••••...
Erga baru saja keluar dari kelasnya dengan membawa tas bekal yang sudah kosong untuk menjemput Theresia. Akan tetapi, ada yang menghalangi jalannya.
"Ngapain lo? Mau berencana gangguin There lagi?" Erga menatap seorang gadis yang ternyata Flora di depannya.
"Gua... gua suka sama lo, Kak."
Sontak Erga terkejut. Bahkan ada seseorang yang bersembunyi di balik dinding saat mendengar ada yang mengungkapkan perasaannya kepada Erga. Itulah Bhaskar.
"Ha? Aneh lo, baru juga gua tahu lo kemarin. Sekarang tiba-tiba nyatain perasaan."
"Tapi gua udah suka sama lo sejak MOS sekolah, maaf kalau gua gangguin There waktu itu. Gua nggak tahu kalau There itu sepupu lo juga."
"Terus? Kalau There bukan sepupu gua, lo masih tetap gangguin dia? Makasih, dan maaf karena gua nggak suka cewek yang jahat."
Erga langsung meninggalkan Flora yang diam karena mendapatkan penolakan. Sementara itu, Bhaskar menahan tawanya di balik dinding dan tidak sadar jika ada yang menatapnya aneh.
"Kayaknya ada yang nguping, mana di vidioin lagi," sindir Mona yang sejak tadi bingung dengan sikap Bhaskar.
"Terserah gua lah. Oh, iya, btw makasih udah Vidioin gua sama yang lainnya kemarin. Bagus juga vidio lo, nggak goyang-goyang kameranya."
Mona langsung mengibaskan rambutnya dengan percaya diri. "Makasih, gua emang anak fotografer, mangkanya bagus."
"Iyain dah, dan karena lo mau bantuin gua cari tahu tentang There sebelumnya."
"Ya... gua nggak bantu banyak cuman keberuntungan lo aja yang tiba-tiba dapat sekelas sama There."
"Kalau gitu gua duluan ya? Bye."
Bhaskar pun pergi dari Mona dan mengikuti Erga sebelum laki-laki itu terlalu jauh.
Ketika sudah dekat, Bhaskar langsung mengejutkan Erga, tetapi tidak berefek pada laki-laki itu.
"Ciee, ada yang nyatain perasaannya ke elo.. mana dia udah pendam perasaannya sejak MOS, giliran dinyatain langsung ditolak mentah-mentah."
Seketika Erga menghentikan jalannya dan menatap Bhaskar. "Dari mana lo tahu?"
Bhaskar menunjukkan hasil rekaman vidionya ke Erga yang langsung ingin meraih ponselnya. Beruntung Bhaskar bisa menghindari tangan Erga.
"Eits! Nggak bisa. Lumayan buat bahan ancaman."
Ia langsung berlari saat Erga hendak mengambil ponselnya ke perpustakaan.
Theresia sudah bilang kepada keduanya jika ia akan ke perpustakaan sebelum pulang sekolah untuk meminjam buku. Dan saat Bhaskar masuk, itu membuat suasana pecah. Yang awalnya sangat tenang langsung membuat grasak-grusuk ruangan karena kedua laki-laki itu berlarian.
Perpustakaan memang sedang sepi pengunjung karena akan tutup. Tetapi berkat Bhaskar dan Erga, suasananya menjadi ramai.
"Hapus nggak!"
Bhaskar langsung menjulurkan lidahnya untuk membuat Erga semakin kesal dengan ulahnya. "Enggak mauu, biar gua tunjukin ke nyokap lo sih kalau bisa."
Lelah dengan keduanya, Theresia langsung menyahut ponsel Bhaskar karena itulah sumber permasalahannya. Akan tetapi, setelah melihat vidio yang ditampilkan di layar ponselnya Bhaskar. Theresia justru bekerja sama untuk menggoda Erga.
"Ada pengagum rahasianya ternyata," ujar Theresia dengan tersenyum usil.
"Ekhm! Jika selesai langsung keluar, saya mau kunci perpustakaan lima menit lagi," ucap penjaga perpustakaan yang sudah bersiap untuk pulang.
Buru-buru Theresia mengambil bukunya untuk ia pinjam ke meja depan dan tidak mengindahkan Erga dan Bhaskar yang masih berlanjut.
"Udah deh, gua mau pulang dulu." Bhaskar memasukkan ponselnya ke saku celananya dan pergi begitu saja dari perpustakaan.
Theresia yang baru saja keluar juga dikagetkan dengan Bhaskar yang tiba-tiba keluar dengan cepat karena menghindari Erga yang mengejarnya. Laki-laki itu memang tidak akan berhenti jika keinginannya tidak terpenuhi jika seperti ini.
Bhaskar bisa-bisa akan seenaknya kalau masih menyimpan Vidio tersebut.
"Gua bilang hapus!"
"Gua bilang juga nggak mau!" balas Bhaskar.
Theresia menghela napasnya melihat kedua laki-laki itu terus berlarian kesana-kemari tanpa henti. Akan tetapi, ada kejadian yang tidak terduga setelah itu.
Erga yang ingin menarik Bhaskar justru menarik baju bagian depan laki-laki itu dengan kuat sehingga sobek dan beberapa kancing terlepas, lalu menampilkan dada Bhaskar tepat di hadapan Theresia.
"Gila ya lo? Ini baju juga baru gua dapet setelah pindah, udah lo robek aja." Bhaskar mendengus kesal melirik dadanya yang terpampang.
"Kan ada baju satunya, gua ganti rugi deh. Tapi hapus dulu vidionya."
Merasakan ada yang aneh, Erga dan Bhaskar langsung menoleh ke Theresia yang terdiam menatap Bhaskar.
"Re?" panggil Bhaskar.
Gadis itu langsung berbalik dengan wajahnya yang malu. "Lo mau pulang dengan kondisi baju kayak gitu?"
"Iyalah, mau gimana lagi? Gua nggak bawa ganti."
Erga menahan tawanya jika melihat Bhaskar pulang dengan kondisi seperti itu. "Kayak om-om cabul."
Untungnya sekolah sudah sepi sejak tadi. Jika tidak, Bhaskar akan malu dilihat orang-orang banyak. Apalagi sampai Pamannya tahu.
"Astaghfirullah, Bhaskarrr, itu kenapa baju kamu? Bawa baju ganti nggak?" tanya Bu Rifa yang hendak pulang juga.
"Enggak, Bu," jawab Bhaskar sambil memegangi bajunya yang robek agar menutupi dadanya, sementara Erga masih menahan tawanya.
"Nih, Bu Rifa nggak bawa peniti, ini jepit rambut punya anak ibu yang ada di tas sejak kemarin. Kamu pakai aja dulu."
Erga benar-benar harus menahan tawanya karena melihat Bu Rifa yang menyerahkan jepit rambut milik anaknya yang berwarna pink dengan adanya kepala kartun di ujungnya.
"Eh? Enggak perlu, Bu. Saya nggak apa-apa, kok. Nanti anaknya ibu nangis nyariin kalau dikasih ke saya." Bhaskar ingin mengembalikannya, tetapi Bu Rifa menolak.
"Kalau gitu kamu kembaliin aja besok. Ibu pulang dulu ya? Kalian hati-hati di jalan."
Wanita itu langsung pergi meninggalkan Erga, Bhaskar, dan juga Theresia yang berbalik lagi untuk menundukkan kepalanya dengan tersenyum ramah.
Ketika Bu Rifa sudah menjauh, Erga langsung tertawa kencang melihat Bhaskar yang benar-benar akan menggunakan jepit rambut tersebut untuk menyatukan sobekan bajunya.
Theresia juga tertawa, tetapi ia tahan. Berbeda dengan Erga yang sudah tidak kuat untuk menahannya. Diam-diam ia juga memotret Bhaskar tanpa sepengetahuan laki-laki itu.
"Ngapain lo fotoin gua?" Bhaskar langsung melirik Erga yang menahan tawanya untuk mengambil foto yang bagus.
"Bagus, kok. Buat anak, cucu lo nanti."
"Kalau gitu ke rumah gua aja dulu, biasanya kalau jam segini nggak terlalu rame. Mungkin ibu-ibu komplek yang lagi ngumpul di persimpangan buat arisan."
Erga langsung terdiam mendengar Theresia yang menawarkan Bhaskar ke rumah. "Kok lo ajak dia sih, Re? Ngapain juga dia ke rumah?"
"Gua cuman mau balikin bajunya yang sempat gua pinjam. Waktu itu gua dibawa ke rumahnya karena hujan," ucap Theresia pelan di akhirnya.
"Ha? Lo ke rumah nih bocah? Ganti di rumah dia? Berdua? Hujan-hujan?" Erga langsung menarik kerah baju Bhaskar dan menatapnya dengan serius. "Lo apain There? Kenapa dia ke rumah lo begitu aja, HAH? Dia nggak akan mudah ke rumah orang lain kalau nggak ada hal yang benar-benar serius."
"Nggak gua apa-apain kok." Bhaskar langsung tersenyum usil dengan melirik Theresia sebentar dan kembali ke Erga yang naik darah. "There cuman tidur ke kamar gua bentar, terus ganti baju di sana."
"Sialan lo!" Erga terlalu terbawa dengan omongan Bhaskar yang diartikan lain olehnya.
"Ngapain lo bilang kayak gitu... lo juga! Jangan mikirin hal aneh-aneh sama omongan Bhaskar, Gaaa." Theresia menarik telinga keduanya dengan keras hingga mereka merintih kesakitan.
"Gua nggak ngapa-ngapain, dia nolongin gua waktu itu. Udahlah, gua mau pulang." Theresia pergi terlebih dahulu karena kesal.
...••••...
...Bersambung....