Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Suparman mematung di depan rumahnya, mata terbelalak saat melihat deretan mobil mewah berhenti mendadak di halamannya. Satu persatu penumpangnya turun, lengkap dengan rombongan pengawal berbadan kekar yang tampak siaga.
Namun, yang membuat hati Suparman serasa terhempas ke lantai adalah sosok robbi Saputra yang turun bersama mantan istrinya. Napasnya tercekat, dadanya naik turun hebat menahan kejutan itu.
Keterkejutan tidak hanya di alami oleh Suparman, tetapi Caroline juga tidak kalah terkejut, dia bahkan langsung menatap tajam ke arah viola yang terlihat salah tingkah.
" Viola dimana ginseng yang kamu katakan?" tanya seorang pria tua keturunan Chinese yang mirip dengan viola.
Tanpa menjawab pertanyaan kakeknya, viola hanya melirik ke arah ginseng yang terletak di kursi, viola juga sebenarnya tidak kalah terkejut dengan Suparman dan Caroline, dia tidak menyangka kalau sahabat kakeknya adalah Doni Saputra yang merupakan kakek dari Robbi Saputra.
Andai viola tau bahwa sahabat kakeknya adalah Doni Saputra, dia tentu saja tidak akan menyuruh kakeknya untuk datang kerumah Suparman, namun semua itu sudah terjadi, viola hanya bisa berharap Tidak akan terjadi sesuatu yang diluar perkiraannya.
Kakek viola yang bernama Chandra lee, dengan teliti memeriksa ginseng yang tergelatak di atas kursi, setelah cukup lama dia memeriksanya. Kakek viola langsung menghampiri Doni Saputra.
" Tuan Doni, walaupun ginseng ini hanya berusia sekitar sembilan puluh tahun, tetapi sudah sangat cukup untuk membuat ramuan tradisional untuk menyembuhkan penyakit anda, dan harga ginseng ini sekitar lima milyar." ucap Chandra lee dengan penuh semangat.
Chandra lee tidak menyangka jika dirinya masih bisa melihat ginseng liar yang cukup tua, karna dijaman modern seperti sekarang, sudah sangat jarang terdapat ginseng liar yang bisa tumbuh hingga usia sembilan puluh tahun.
Doni Saputra sangat lega mendengar kata-kata dari tabib Chandra, karena ia sempat frustrasi mencari ginseng berusia tua yang memang langka. Kini, dengan adanya ginseng tua di depannya, ia semakin yakin dapat pulih dari penyakitnya.
Sebagai kepala keluarga Saputra, Doni belum ingin mengundurkan diri dari posisinya, karena ia merasa belum menemukan penerus yang tepat untuk menggantikannya.
Sebagai keluarga yang terlibat dalam dunia mafia, Doni harus sangat selektif dalam memilih penerusnya, karena kesalahan pilihan dapat menghancurkan apa yang telah ia bangun selama puluhan tahun.
" Nak, berapa kamu ingin menjual ginseng ini kepadaku? Katakan saja, berapapun harganya pasti saya bayar." ucap Doni sambil melirik ke arah Suparman.
" Bawa saja kek, tidak usah dibayar. Anggap saja sebagai kompensasi terhadap hidup Linda yang selama satu tahun lebih menderita bersama bajingan itu." sahut Robbi membuka suaranya sebelum Suparman berbicara.
Robbi tentu saja tidak akan membiarkan Suparman hidup tenang, dia akan terus menerus membuat hidup Suparman menderita dan langkah pertamanya di mulai saat ini.
" Apa maksudmu nak?" tanya Doni sambil tersenyum licik.
" Bajingann itu adalah mantan suami calon cucu menantu kakek, selama hidup bersamanya Linda sangat menderita, ginseng itu bisa kita anggap sebagai kompensasi terhadap penderitaan Linda selama ini." balas Robbi sambil tersenyum mengejek ke arah Suparman.
" Robbi..! Kamu jangan keterlaluan ya? Suparman telah susah payah untuk mendapatkan ginseng itu, kamu jangan seenaknya merebut ginseng itu. Kalau kamu tidak mau membayar kembalikan ginseng itu kepada Suparman." teriak viola dengan mata berkaca-kaca.
Viola tentu tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Robbi Saputra, karena jika hal itu terjadi maka dirinyalah yang paling bersalah terhadap Suparman. Karena bagaimanapun juga dialah yang meminta agar kakeknya datang kemari.
" Tabib Chandra..! Katakan kepada cucumu untuk tidak ikut campur masalah keluarga Saputra, sebaiknya kita kembali karena anda masih perlu membuatkan ramuan untuk saya." ujar doni Saputra sambil berjalan menuju mobilnya dengan ginseng milik Suparman di tangannya.
Suparman hanya terdiam sambil menatap tajam ke arah Doni Saputra, sebenarnya dia bisa saja menggunakan kekuatan dari kolor saktinya untuk menghadapi mereka semua, namun Suparman merasa bahwa hal itu belum waktunya untuk dia lakukan.
Suparman memiliki rencananya sendiri untuk membalas perbuatan keluarga Saputra, dia bersumpah akan membalas seratus kali lipat dari kerugian yang dia derita sekarang.
" Cihhhh.. apa kamu lihat Parman, inilah yang dinamakan kekuatan, dengan memiliki kekuatan kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau." ucap Linda sambil meludah ke hadapan Suparman.
" Sudahlah sayang, tidak pantas orang seperti kita untuk terus berada di sini, lebih baik kita pergi sekarang." balas Robbi sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Linda dan mengajaknya untuk memasuki mobil.
Chandra Lee hanya bisa menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka bahwa keluarga Saputra begitu licik dan enggan membayar ginseng tersebut.
Chandra sangat menyesal telah membawa Doni Saputra ke sini, terlebih saat melihat wajah cucunya yang sudah basah oleh air mata. Dia sangat mengerti perasaan cucunya, namun tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengikuti keluarga Saputra kembali ke dalam mobil.
" Maafkan aku, Man. Ini semua salahku. Jika aku tidak meminta kakek untuk datang ke sini, pasti semua ini tidak akan terjadi," ujar Viola sambil memeluk tubuh kekar Suparman dan menangis tersedu-sedu.
" Tidak apa-apa, Vio. Semuanya sudah terjadi dan kamu tidak perlu merasa bersalah," balas Suparman sambil mengusap punggung Viola untuk menenangkannya.
" Man, aku akan mengganti uang ginseng itu sebanyak lima miliar. Bagaimanapun, ini semua salahku," raung Viola semakin keras, menangis di pelukan Suparman.
" Tidak perlu viola, jika kamu masih menganggap aku sebagai temanmu, lupakan masalah ini sekarang, lebih baik kita kembali makan daging kelinci dan burung pegar bakar, daripada dihabiskan oleh Caroline sendirian." balas Suparman sambil melirik ke arah Caroline yang tengah asik menikmati daging kelinci bakar.
" Caroline, kenapa kamu masih santai makan. tanpa merasa sedih atas nasib Suparman?" tanya Viola sambil mengusap air matanya.
" Mengapa aku harus bersedih sedangkan Suparman sendiri tidak sedih? Hanya kamu yang menangis di antara kita. Viola, Suparman sudah terbiasa hidup dalam kekurangan, jadi tidak masalah jika dia tidak mendapatkan uang banyak. Aku yakin tidak lama lagi Suparman akan membuktikan diri dan membungkam keluarga Saputra yang sombong itu," jawab Caroline dengan tenang.
Suparman hanya bisa tersenyum mendengar perkataan dari Caroline, tidak ingin melihat viola terus menangis. Suparman langsung mengajak mereka kembali makan dan bercanda dengan santai.
Tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan mood dari viola, mereka pun kembali dalam suasana santai seperti sebelum keluarga Saputra datang.
" Man, Aku mau pulang terlebih dahulu, hari sudah sore dan perutku juga sudah kenyang, akhir pekan kamu harus mengajak aku untuk berburu. Viola, kamu mau ikut pulang apa masih mau disini." ucap Caroline sambil menyalakan sebatang rokok mentol di tangannya.
" Aku masih ingin disini Carol, kamu pulanglah dulu." balas viola sambil tersenyum manis.
" Benar, kamu memang sebaiknya disini terlebih dahulu, kalau perlu kamu disini selamanya untuk menemani Suparman." sahut Caroline sambil berjalan menuju mobilnya.
Setelah kepergian Caroline, Suparman langsung membereskan tempat makan mereka, begitu semuanya beres dia langsung mengajak masuk viola kedalam rumah.
" Vio, aku mandi dulu ya? Badanku sudah bau keringat dari pagi." ucap Suparman begitu mereka memasuki rumah.
" Jangan lama-lama, Man?" balas vio sambil memainkan hpnya.
Tanpa membuang waktu, Suparman segera masuk ke kamarnya untuk mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi di belakang rumah. Tidak lama kemudian, dengan handuk melilit pinggang, dia kembali ke kamarnya.
Suparman tidak menyadari bahwa Viola terus menatapnya dengan kagum. Viola terkejut melihat tubuh atletis Suparman, terutama enam 'roti sobek' yang tampak di perutnya, membuatnya merasa bercampur aduk. Untuk mengalihkan perhatiannya dari tubuh Suparman, Viola memilih untuk fokus menonton video viral di ponselnya.
" Vio, apa kamu mau aku buatkan kopi lagi?" tanya Suparman setelah selesai memakai pakaian.
" Boleh Man, tetapi jangan manis-manis." balas viola sambil tetap fokus dengan ponselnya.
Suparman dengan cekatan langsung menuju dapur untuk membuat dua gelas kopi hitam, Suparman sebenarnya heran dengan viola dan Caroline yang ternyata menyukai kopi hitam, sangat berbeda dengan anak orang kaya yang dia kenal.
Setelah selesai membuat dua gelas kopi panas, Suparman langsung kembali keruang tamu sederhana miliknya.
" Kopinya vio," ucap Suparman sambil meletakan dua gelas kopi di meja dan kemudian dia duduk di samping viola.
Suparman sangat terkejut ketika tiba-tiba Viola berpindah ke pangkuannya dan langsung mengajaknya beradu mulut dengan intens.
Suparman, yang berpengalaman, segera menyadari bahwa ini adalah pengalaman pertama bagi Viola. Meskipun awalnya terkejut dengan tindakan Viola, Suparman yang baru saja menduda dua hari lalu, tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
Dengan lembut, Suparman membalas serangan viola sambil terus beradu mulut dan lidah. Tangan Suparman dengan hati-hati mencoba mengeksplorasi, menyentuh dengan lembut buah mangga yang Viola bawa.
Viola, yang sudah larut dalam gelora asmara, langsung membantu Suparman dengan menyiapkan buah mangga miliknya untuk dinikmati oleh Suparman.
Viola sendiri sebenarnya bingung dengan apa yang dia lakukan, namun karena sudah mencintai Suparman sejak SMA, dia merasa ini adalah kesempatan untuk lebih dekat dengannya.
" Vio, bolehkah aku memakan buah mangga yang kamu miliki?" tanya Suparman dengan wajah penuh harap.
" Makanlah, Man. Aku memang sengaja menyediakannya untukmu," balas Viola dengan senyum manisnya.
Baru saja Suparman hendak menyantap buah mangga milik Viola, tiba-tiba ponsel Viola berdering nyaring. Mereka saling pandang dan tersenyum.
" Aku angkat ya, Man? Siapa tahu penting," kata Viola sambil mengangkat panggilan dari kakeknya.
" Man, kakek minta aku pulang sekarang. Dia juga minta maaf atas kejadian yang menimpa kamu. Kakek bilang dia siap ganti rugi untuk ginsengmu yang dirampas oleh keluarga Saputra," jelas Viola sambil merapikan pakaiannya.
" Tidak perlu, Viola. Aku sama sekali tidak menyalahkan kamu atau kakekmu. Biar ini jadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati di masa depan," jawab Suparman dengan santai.
Suparman tentu tidak akan melibatkan viola dan kakeknya, karna dia sudah memiliki rencana tersendiri untuk memberikan pelajaran kepada keluarga Saputra.
" Baiklah, aku harus pulang sekarang. Terima kasih atas pengalaman pertama yang sangat berkesan ini," bisik Viola sambil mengecup bibir Suparman.
" Sama-sama, Viola. Aku juga berterima kasih. Aku sama sekali tidak menyangka kamu, yang dulu sering menangis meski sudah SMA, bisa begitu berani," goda Suparman sambil tersenyum penuh arti.
" Kalau kamu mengatakan hal seperti itu lagi, aku tidak akan mau melakukannya lagi denganmu," balas Viola sambil tersipu malu.
Suparman hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku viola yang berjalan ke mobilnya dengan terburu-buru.
Setelah viola meninggalkan rumahnya. Suparman pun langsung masuk kedalam rumah untuk menyiapkan aksi balas dendamnya kepada keluarga Saputra.