Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Angin dingin menyayat pipi, salju turun seperti pasir lembut dari langit kelabu. Shuwan Lian berdiri di gerbang Pegunungan Beku, mengenakan jubah tebal berlapis bulu phoenix merah yang sekarang sudah jadi salah satu simbol kekuatan yang ia miliki. Di belakangnya, Bo Zhi—yang kini membawa pelindung telinga wol karena trauma pada suhu dingin—menggerutu tanpa henti.
“Aku sudah bilang, tempat yang mengandung kata ‘beku’ jelas bukan tempat harimau tropis sepertiku…”
Shuwan hanya tertawa kecil sambil menepuk punggung sahabat setianya. “Tenang saja, katanya Phoenix Es tinggal di ujung gunung. Kita hanya perlu melewati tiga lembah, dua jurang, dan satu danau terkutuk.”
Bo Zhimenatapnya lempeng. “Hanya, ya?”
Shuwan melangkah mantap, namun wajahnya tetap menunjukkan kesungguhan. Ia tahu, ini bukan perjalanan biasa. Phoenix Es bukan makhluk sembarangan.
Legenda mengatakan makhluk itu bisa membekukan waktu, dan hanya akan muncul pada manusia dengan hati sebening salju—bukan sekadar kuat.
Di Lembah Es pertama, angin bertiup begitu kencang hingga membuat tubuh mereka nyaris melayang. Bo Zhi sampai harus menggali salju dan menanam tubuhnya separuh untuk tidak terlempar.
“Aku bukan makhluk beku!” rengeknya. “Aku harimau—bukan bola salju!” keluh Bo Zhi yang tidak terima.
Shuwan menahan tawa sambil melindungi dirinya dengan energi cahaya dari pedangnya. “Kau terlihat seperti onde-onde kelapa yang kebalik, tahu nggak?” ujar Shuwan
"Apa itu onde onde kelapa, apa itu sejenis tumbuhan atau hewan?" tanya Bo Zhi
"Itu makanan, kau Tidak akan mengerti, kau juga tidak mungkin bisa memakannya bisa bisa kau tersendat atau nyangkut di taringmu hahahaha" jawab Shuwan dengan tawanya dan itu terdengar menyebalkan di telinga Bo Zhi
Namun di sinilah, Shuwan dihadapkan pada ujian pertamanya: “Cermin Salju.”
Di tengah lembah, berdiri dinding es besar yang memantulkan bayangan. Tapi ini bukan bayangan biasa. Saat Shuwan mendekat, bayangan itu berbicara.
“Kau bukan siapa-siapa. Tanpa ibumu, kau hanyalah anak gadis biasa. Pemberontak kecil. Bayangan dari kejayaan yang sudah mati.”
Shuwan menggenggam pedangnya. “Aku mungkin bayangan, tapi aku bukan sisa. Aku kelanjutan.”
Bayangan tersenyum miring. Lalu meledak menjadi kepingan es yang melayang dan membentuk sosok Shuwan palsu—versi dirinya yang membeku, tanpa emosi.
Pertarungan pun terjadi. Bo Zhi menonton sambil mengunyah bola salju karena mulutnya membeku.
“aku tidak bisa bantu… gigiku kedinginan…” ujar Bo Zhi
Dengan satu jurus, Bayangan Menguap, Shuwan berhasil menghancurkan salinan dirinya sendiri.
Salju langsung berhenti turun. Lembah menjadi sunyi. Tiba-tiba, batu giok berbentuk sisik es muncul dari salju. Itu tanda, ujian pertama berhasil.
Namun belum sempat ia melanjutkan perjalanan, dua sosok berpakaian hitam muncul di atas jurang. Wajah mereka tertutup topeng iblis, gerakannya sehalus kabut.
“Putri Cahaya... akhirnya kita bertemu.” Suara mereka terdengar serempak, seperti bergema.
Bo Zhi melompat ke depan. “Siapa kalian?!”
“Kami adalah Si Kembar Bayangan. Utusan dari Sang Kegelapan. Kau terlalu cepat naik, jadi kami diminta mematahkan sayapmu.” ujar Si Kembar Bayangan
Shuwan menggenggam pedangnya, aura dari tubuhnya mulai berpendar. “Kalau kalian utusan kegelapan, maka aku… adalah nyala yang membakar kalian.”
Pertarungan pun pecah. Si Kembar Bayangan bergerak cepat seperti hantu. Yang satu menyerang dengan bayangan yang membungkus pedangnya seperti tinta, satunya lagi menggunakan kipas angin hitam yang bisa memutar energi.
Bo Zhi ikut membantu, namun si kembar terlalu lincah.
Shuwan memusatkan energi ke pedangnya.
“Guangyao… bimbing aku…” seru Shuwan
Dengan satu hentakan, ia menembakkan jurus baru dari Gua Cahaya Abadi, “Kilatan Jiwa, Cahaya Patah Bayangan!”
Tebasan itu menembus tanah, memecah kabut, dan menghantam tubuh si kembar.
Salah satu dari mereka terpental jauh, sementara satunya tersungkur dengan luka terbuka di dadanya.
Namun sebelum mereka benar-benar tumbang, kabut hitam menyelimuti mereka dan menarik mereka lenyap dari pandangan.
“Belum selesai, Putri Cahaya…” suara mereka menghilang bersama kabut.
Bo Zhi terengah-engah. “Mereka kuat… tapi kamu lebih hebat.”
Shuwan tidak menjawab. Ia menggenggam tangannya, mata menatap arah si kembar lenyap.
“Aku harus cepat. Kegelapan mulai bergerak.” ujar Shuwan
Perjalanan berlanjut hingga puncak Pegunungan Beku. Di sana, langit menjadi sangat biru, dan angin berhenti. Di tengah padang salju datar, bunga biru es bermekaran diam-diam.
Dari langit, butiran es turun perlahan dan membentuk lingkaran kristal.
Lalu… dari dalam pusaran cahaya es, muncul makhluk indah, tubuh burung elang dengan bulu-bulu biru keperakan, ekor panjang yang menyerupai awan salju, dan mata bening seperti kristal Phoenix Es.
Burung itu terbang melingkar, lalu mendarat di hadapan Shuwan.
Ia membuka paruhnya, dan suara yang keluar seperti melodi harpa es.
“Kau… gadis terang. Mengapa kau datang?”
Shuwan berlutut. “Aku ingin menyatukan kekuatanmu… dengan Phoenix Api. Dunia akan membutuhkan cahaya ganda saat bayangan mulai menyelimuti.”
Phoenix Es mendekat. Ia menyentuh dahi Shuwan dengan ujung paruhnya. Tubuh gadis itu langsung menggigil, lalu memanas, lalu membeku kembali—perasaan yang berputar seperti siklus musim.
“Hatimu belum seimbang,” ucapnya. “Kau panas dan dingin. Kau perlu mengerti... bukan menguasai. Tarianku... bukan untuk ditundukkan, tapi untuk didengarkan.”
Dengan itu, Phoenix Es mengepakkan sayapnya dan mulai menari di udara. Salju berubah menjadi kristal yang berkilauan.
Shuwan menutup mata, lalu mengikuti gerakan itu… bukan dengan tubuh, tapi dengan energi dalam dirinya.
Saat gerakan mereka selaras, salju di sekelilingnya ikut menari. Dan ketika tarian selesai, seekor anak Phoenix Es muncul dari tubuh induknya dan hinggap di bahu Shuwan.
“Anak ini… kini milikmu. Ia adalah jembatan kita. Gunakan bijak, cahaya kecil.” Seru Phoenix Es
"Terima kasih, aku akan menjaga dan menggunakan untuk kebaikan" ujar Shuwan
Phoenix Es pun terbang menjauh, menghilang dalam cahaya.
Saat perjalanan turun, Bo Zhi yang sudah terlalu semangat ikut menari malah tersandung batu es dan menggelinding seperti bola.
Shuwan menertawakannya sambil menahan anak Phoenix Es agar tidak ikut tertawa. “Sekarang kau jadi bola es beneran!”
Bo Zhi mendesis. “Kalau bukan karena aku tadi ganggu Kembar Bayangan, kamu udah jadi Shuwan Lian Beku di gunung!”
“Tetap saja,” Shuwan mengedikkan bahu. “Lucu sekali kamu tadi waktu goyangkan ekor ke langit.”
Bo Zhi menatap langit dengan dramatis. “Aku terlahir sebagai raja hutan, tapi nasibku berakhir jadi penari salju.”
Shuwan yang mendengar itu hanya bisa tertawa terbahak melihat bagaimana sang raja hutan tersiksa.
bersambung
