Kelahiran Senja Putri Baskara bukanlah awal, melainkan akhir.
Awalnya, ia adalah janin yang dikandung ibunya, janin yang membawa badai-badai kehadirannya merenggut nyawa kakak laki-lakinya, Fajar Putra Baskara, menghancurkan bisnis keluarga, dan melenyapkan kebahagiaan sang ibu. Sejak hari pertama dirinya hadir, Senja adalah bayangan yang dicap sebagai pembawa sial.
Satu-satunya cahaya di hidupnya adalah sang ayah. Pria yang memanggilnya 'Putri' dan melindunginya dari tatapan tajam dunia. Namun, saat Senja beranjak dewasa, cahaya itu pun padam.
Ditinggalkan sendirian dengan beban masa lalu dan kebencian seorang ibu, Senja harus berjuang meyakinkan dunia (dan dirinya sendiri) bahwa ia pantas mendapatkan kebahagiaan.
Apakah hati yang terluka sedalam ini bisa menemukan pelabuhan terakhir, ataukah ia ditakdirkan untuk selamanya menjadi Anak pembawa sial? ataukah ia akan menemukan Pelabuhan Terakhir untuk menyembuhkan luka dan membawanya pada kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Sesaat setelah meninggalkan Senja di kafe, Damar Saputra langsung menuju rumahnya. Ia harus menjelaskan sebuah keputusan yang terburu-buru dan tak terduga kepada Bagus Saputra dan Fatimah Suyoto
"Ini bukan tentang perasaan biasa, Bu, Yah," kata Damar, memegang kedua tangan orang tuanya. "Ini adalah misi perlindungan. Baskara Hadi meminta Senja lari dari Paramita sebelum beliau meninggal. Dan Senja sekarang terperangkap dalam siksaan verbal dan emosional di rumah itu."
Bagus, sang ayah, mengernyit. "Damar, menikah adalah komitmen seumur hidup. Kau tidak bisa hanya menjadikannya pelarian."
"Saya tahu, Yah. Tapi saya mencintainya, dan saya tidak akan membiarkannya hancur di sana. Saya harus menikahinya sekarang, karena itu adalah satu-satunya jalan legal untuk memutus ikatan ibunya. Saya akan menjadi Pelita yang Baskara minta untuk melindunginya."
fatimah suyoto, Ibu Damar, menatap putra tunggalnya. Ia melihat tekad yang tenang, bukan nafsu. "Ibu tidak suka ide terburu-buru ini, Nak. Tapi Ibu tahu hati anak Ibu. Jika ini adalah tindakan moral, Ibu mendukungmu. Tapi Ibu ingin melihat sendiri, apakah gadis ini benar-benar membutuhkan perlindungan secepat itu."
Dengan keraguan bercampur dukungan, keluarga Damar setuju. Pertemuan pinangan harus dilakukan secepatnya, dua hari dari sekarang.
Keluarga Damar mendatangi rumah Senja dengan sikap formal dan tegas. Di hadapan Paramita, suasana terasa dingin dan asing. Paramita menyambut mereka dengan senyum yang dibuat-buat, penuh dengan kemanisan palsu untuk menutupi sifat aslinya.
Senja, hari itu, berdandan rapi. Ia berusaha menutupi jejak-jejak siksaan terakhir ibunya, terutama bekas memar samar di sisi pipinya dengan makeup tebal. Ia duduk di samping Paramita, tegang seperti dawai yang siap putus.
Bagus, tanpa basa-basi, langsung menyampaikan tujuan mereka: meminang Senja dan menikahkan kedua anak mereka dalam waktu satu minggu.
Paramita menegang. Wajahnya menunjukkan keterkejutan. "Satu minggu? Mengapa harus secepat ini? Anakku masih berduka. Ini tidak pantas secara adat..."
"Nyonya Paramita," potong fatimah dengan tenang, "Justru karena ia berduka, kami ingin ia segera mendapatkan kehidupan yang stabil. Kami tidak ingin menunda kebahagiaan anak-anak."
Saat Paramita berdalih, fatimah mengamati Senja. Paramita, secara refleks dan palsu, meraih tangan Senja dan mengelus pipinya, seolah mereka adalah ibu dan anak yang hangat. Saat itu, fatimah melihatnya.
Pandangan fatimah menangkap ketidaksempurnaan makeup yang berusaha menyembunyikan sesuatu di pipi Senja. Senja meringis sangat tipis saat ibunya menyentuh area itu. Lebih jauh lagi, saat Paramita menggenggam tangan Senja, fatimah melihat bagaimana Senja menegang, dan fatimah sadar ada sesuatu yang ditutupi oleh lengan baju panjang Senja.
fatimah memotong dialog dan menatap Paramita dengan tatapan dingin yang tiba-tiba. "Nyonya Paramita, kami tidak bisa menunggu lebih lama. Kami ingin pernikahan dilangsungkan dalam waktu tujuh hari. Sesegera mungkin."
Nada suara fatimah kini mengandung otoritas yang tidak bisa diganggu gugat. Paramita, terintimidasi oleh ketegasan fatimah dan khawatir kebohongannya terbongkar, akhirnya menyerah.
"Baiklah. Saya tidak ingin menghalangi kebahagiaan anak saya," katanya, menelan ludah dan kemarahannya sendiri.
Begitu keluarga Damar pergi, topeng Paramita langsung robek.
Plaak!! Tamparan keras mendarat di pipi Senja, tepat di area yang sudah ditutupi makeup.
"Kau pikir kau sudah menang, Senja Putri Baskara?!" teriak Paramita, matanya memerah penuh kebencian. "Kau memanfaatkan ayahmu yang tolol itu, dan sekarang kau menggunakan laki-laki miskin itu untuk lari dariku! Kau pikir dengan kawin, kau akan bebas dari takdirmu?!"
Paramita mencengkeram rahang Senja kuat-kuat.
"Kau menghancurkan Fajar! Kau membuat suamiku mati! Kau anak pembawa sial! Dengarkan aku baik-baik, kau akan kembali ke sini, Senja! Jika suamimu yang bodoh itu membuatmu sedetik saja menderita, kau akan kembali ke sini, dan kau akan membayar semua dosa-dosamu!"
Siksaan verbal dan ancaman itu berlanjut, tetapi kali ini, Senja tidak lagi sepenuhnya hancur. Ia menutup matanya, membiarkan sakitnya, namun dalam hatinya, ia menggenggam janji ayahnya dan tekad Damar. Satu minggu. Hanya satu minggu lagi.
keesokan harinya, dengan tubuh yang nyeri namun semangat yang keras, Senja mengemas barang-barangnya secara rahasia. Ia hanya membawa sedikit: pakaian, buku-buku kuliah, dan kenangan berharga dari sang ayah.
Senja berdiri di depan cermin, mengusap bekas makeup di pipinya, melihat sekilas memar itu. Ia tahu ia tidak mencintai Damar secara romantis, tetapi ia mempercayainya dan berterima kasih karena Damar adalah Pelita yang muncul tepat waktu.
"Aku akan memanfaatkanmu, Damar Saputra," bisik Senja, matanya penuh tekad. "Aku akan menggunakan pernikahan ini untuk bertahan hidup. Tapi aku berjanji, aku akan membalas semua kebaikan dan perlindunganmu dengan kesetiaan yang tak terhingga."
Ia mengambil napas panjang. Minggu depan, Beban Kelahiran yang Tragis ini akan mulai ia tinggalkan. Ia akan menjadi istri Damar...