Nyonya Tiba-Tiba Bucin

"Kamu jangan mempengaruhi Lareyna dengan omong kosongmu itu. Ayden itu nggak tulus pada Reyna, dia hanya ingin hartanya saja. Asisten itu tak ubahnya seperti anjing penjilat. Suatu saat nanti dia juga akan menggigit tuannya. Jangan Reyna, jangan dengarkan Retha, dia hanya akan menyesatkan hatimu saja."

Jika diingat-ingat, awal mula Lareyna membenci Ayden adalah karena Morgan selalu mengatakan Ayden adalah seorang penjilat. Semua keburukan tentang Ayden itu adalah hal yang ditanamkan Morgan dalam benak Lareyna.

Dia memang tidak pernah benar-benar mencoba mengenali Ayden, hanya termakan kata-kata Morgan yang sudah lama dikenalnya. Morgan selalu melindunginya dari orang-orang yang berusaha mendekatinya dengan alasan mereka hanya ingin menaikkan pamor keluarga mereka melalui Lareyna.

Tetapi tentang Ayden, Lareyna baru menyadarinya di kehidupan kedua ini bahwa dia tidak tahu alasan mengapa Morgan selalu mengatakan hal-hal buruk tentang Ayden.

"Aku nggak akan menyesatkan hati Reyna. Mungkin dia yang mulai menyadari kalau masih ada lelaki baik dibandingkan kamu," ujar Margaretha begitu blak-blakan.

"Jaga sikapmu, Margaretha. Kamu jangan coba mencuci otak Lareyna dengan ucapan-ucapanmu itu. Darling, kamu dengar aku saja, jangan dengarkan Retha. Dia hanya nggak begitu suka padaku sehingga dia ingin mengajakmu untuk nggak suka juga padaku," ucap Morgan.

Sungguh Lareyna tidak mendengarkan apapun perdebatan antara Margaretha dan Morgan. Dia fokus pada ingatannya tentang bagaimana dia bisa membenci Ayden tanpa mencoba mengenalnya lebih dulu.

Dia memang tahu Ayden adalah anak yang disekolahkan oleh ayahnya, Ayden juga diangkat menjadi asisten pribadi yang kuasanya hampir sama seperti kuasa ayahnya, selain itu dia tidak tahu apa-apa tentang Ayden.

Awalnya dia ingin mengakrabkan diri tetapi karena Morgan berkata bahwa lelaki seperti Ayden ini ujung-ujungnya pasti akan menjatuhkan orang yang sudah menghidupinya, makanya Lareyna begitu membencinya.

Tanpa alasan, Lareyna membenci Ayden bertahun-tahun tanpa alasan yang jelas, hanya berbekal ucapan Morgan saja.

"Aku ada kelas, bisakah kita bicara setelah aku menyelesaikan kelas hari ini?" tanya Lareyna dengan perasaan yang ... entah. Kini dia tidak merasakan perasaan menggebu-gebu seperti dulu terhadap Morgan.

Ada apa?

Bukankah setidaknya dia masih memiliki cinta pada Morgan?

Wajah Morgan yang tadinya penuh dengan kesungguhan untuk menjelaskan situasinya berubah menjadi muram.

"Kamu ragu?"

Lareyna menggeleng. "Aku hanya ingin bicara dengan tenang. Kelas satu menit lagi, kamu keluarlah dan kita akan bicara lagi dua jam dari sekarang."

Morgan mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia meraih tangan Lareyna lalu membawanya dan meletakkannya di kepalanya. Dia berjongkok agar tangan Lareyna bisa mencapai kepalanya.

"Bersumpah lah kalau kamu nggak akan membicarakan untuk mengakhiri hubungan kita. Aku nggak akan pernah rela dan aku akan terus mengejarmu, Reyna. Bersumpah lah demi cinta kita."

Dengan cepat Lareyna menarik tangannya dan Morgan mendadak merasa begitu hampa. Dia tersenyum kecut.

"Baiklah, kita akan bicara lagi dua jam mendatang. Aku menunggumu di taman belakang."

Morgan berlalu pergi, Lareyna menggigit bibirnya sebab dia merasa ingin menangis. Matanya berkaca-kaca dan itu membuat Margaretha yang melihatnya langsung mencibir Lareyna.

"Katanya ingin putus, tetapi baru melihatnya pergi kamu sudah mau menangis—"

Mulut Margaretha dibekap oleh Lareyna. Gadis itu tidak melihat di mana letak mulut Margaretha karena dia tidak melihatnya, tangannya rupanya mendarat tepat menutupi mulut cerewet sahabatnya itu.

"Aku menangis bukan karena aku sedih melihat Morgan. Aku menangis karena aku bingung, aku mencoba mencari perasaan cinta dan rasa bersalah itu tetapi aku nggak merasakan apapun. Aku sedih karena aku mendapati diriku ternyata nggak sedih saat melihat Morgan sedih."

Margaretha tertawa kencang hingga profesor masuk dan itu membuatnya cegukan sampai kelas berakhir. Dua jam Margaretha cegukan hanya karena menertawakan perasaan Lareyna.

—00—

Senyum Lareyna tidak mencapai matanya begitu dia menemui Morgan yang sudah menunggunya di taman belakang kampus. Lelaki itu menepuk ruang kosong di sebelahnya dan meminta Lareyna untuk duduk.

Lareyna duduk dan Morgan langsung merangkulnya. Mendadak Lareyna merasa risih. Dulu, jika Morgan merangkulnya seperti ini maka dia akan langsung merebahkan kepalanya di bahu kekar kekasihnya itu.

"Aku nggak bisa lama. Maaf Morgan, sepertinya aku nggak bisa bersumpah untukmu. Aku sudah memikirkan ini dan aku ingin hubungan kita berakhir. Maaf mengatakan ini tetapi aku rasa kita nggak bisa lagi bersama."

Morgan tersentak, dia menarik tangannya dari pundak Lareyna lalu menatap kekasihnya itu dengan lekat.

"Putus? Tapi aku nggak mau kita putus, Rey. Kamu bicara melantur ya? Kita sudah bersama selama beberapa tahun, mengapa kamu ingin kita putus?"

Lareyna bisa melihat mata Morgan berkaca-kaca. Dia sadar dia sudah melukai hati kekasihnya ini. Hubungan mereka sudah berlangsung selama hampir empat tahun dengan nol riwayat pertengkaran. Hubungan mereka berlangsung dengan sangat manis, tentu saja Morgan akan sangat kaget dengan keputusannya ini.

Lareyna menarik napas sedalam-dalamnya kemudian dia mengembuskannya dengan perlahan.

"Aku sudah menikah, Morgan. Aku nggak bisa bermain di dua hati—"

"Reyna! Aku mengizinkanmu menikah dengan Ayden hanya untuk satu tahun. Aku mengizinkanmu karena aku nggak mau kamu membantah ayahmu. Kita sudah sepakat kalau kamu menikah dengannya hanya satu tahun. Kamu juga nggak menyukai Ayden. Apa semua ini karena kamu terpengaruh ucapan Margaretha? Tolong jangan dengarkan gadis gila itu."

Morgan meraih kedua tangan Lareyna lalu digenggamnya dengan erat. "Lihat aku Rey, aku yang paling tulus di dunia ini sama kamu. Tolong kamu dengarkan aku saja. Aku mencintaimu."

Lareyna mengangguk pelan lalu dengan begitu lembut dia melepaskan tangannya dari genggaman Morgan. Lareyna berdiri dan melepaskan satu senyuman tipis.

Morgan merasa begitu senang tetapi senyuman yang baru saja berkembang di bibirnya itu harus pupus begitu Lareyna membuka suara.

"Aku nggak bisa lanjut sama kamu bukan karena ucapan Margaretha. Semua keputusan ini aku ambil karena aku mungkin sudah mencintai Ayden. Maafkan aku, kita nggak bisa melanjutkannya lagi."

Lareyna berlalu pergi, dia mengabaikan teriakan Morgan yang memintanya untuk kembali. Lareyna berlari hingga dia tak sengaja menabrak seseorang sehingga dia terjatuh terduduk di lantai bersama dengan orang yang ditabraknya itu.