Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah bicara dengan sang ayah Shuwan pun meminta izin untuk kembali kekediamannya.
Sampai disana ia melihat bibi Yin dan juga Meilin sedang mondar mandir di depan pintu kediaman.
"Kalian sedang apa bibi..... Jie jie, apa koin kalian hilang?" tanya Shuwan
Mendengar suara Shuwan mereka pun berhenti jalan lalu berlari memeluk Shuwan.
"Putri kemana saja anda, hampir satu bulan anda pergi dan tidak memberi kabar kami sangat khawatir" tangis keduanya.
"Hehehe.... Maaf bibi, jie jie Meilin. Aku sedang melakukan perjalanan penting, tidak perlu khawatir. Yang penting aku sudah di sini bukan" jawab Shuwan
"Tapi putri tidak ada yang terluka atau sakit bukan, putri kenapa kurus sekali ayo kita masuk, putri mandi dan ganti baju bibi akan siapkan makanan enak" ujar bibi dengan tulus
"Meilin ayo bawa putri ke kamarnya, ibu akan memasak sekarang" pinta bibi Yin
"Baik ibu, putri mari saya bantu bersih bersih" ujar Meilin
"Baiklah ayo" jawab Shuwan lalu mereka pun masuk.
...----------------...
Keesokan harinya.
Langit Kota Kekaisaran tidak biasanya kelabu. Kabut pekat turun perlahan dari pegunungan barat, menutupi sinar matahari pagi. Pedagang mulai gelisah. Kuda-kuda meringkik. Burung gagak beterbangan dalam formasi aneh, seolah hendak kabur dari sesuatu.
Tak lama kemudian, langit pecah oleh suara teriakan dan jeritan.
Dari balik kabut, ratusan sosok hitam berkulit legam muncul. Mata mereka merah membara, tubuh mereka tinggi dan bengkok, seperti arang yang hidup. Mereka berlari ke arah pusat kota tanpa suara—hingga kekacauan meledak serentak.
Iblis Hitam.
Para penjaga kota tak sempat bersiaga. Pedang mereka hanya membuat luka kecil. Sekali terkena cakar iblis, tubuh mereka berubah kaku, mata kosong, pikiran dirasuki. Mereka berubah jadi budak iblis dalam sekejap.
Para Iblis Hitam tak mencari perang. Mereka mencari tumbal—anak-anak kecil, para gadis muda yang ketakutan, dan pemuda kuat untuk dirasuki. Satu per satu, mereka diseret, digondol, dibungkus jaring sihir dan dibawa ke kereta hitam besar yang menyerupai peti mati berjalan.
Pasar utama berubah lautan jerit. Penduduk lari tunggang-langgang. Para penjaga terbantai. Dan iblis terus maju.
Sedangkan di gerbang Istana Kekaisaran
Prajurit elit kekaisaran berbaris di depan gerbang emas. Komandan mereka, Jenderal Yao, mengangkat pedangnya tinggi. “Pertahankan istana! Lindungi Yang Mulia dan keluarga kekaisaran!”
Tapi jumlah iblis terlalu banyak. Tubuh mereka seperti bayangan yang sulit dibunuh. Jenderal Yao jatuh tersungkur, bahunya sobek. Seorang wanita muda berhasil diseret. Anak-anak pejabat tinggi ikut jadi incaran.
Dan dari balik barisan iblis, muncullah sosok tinggi berjubah hitam, tongkat tengkorak di tangannya.
Maduu.
“Berikan darah kalian untuk perjamuan sang Penguasa,” serunya lantang. “Ini bukan perang. Ini panen!”
Semua pasukan rahasia milik Shuwan dengan di pimpin Han Juan dan paman Tao serta Dai Lin, mereka membantu semua orang.
Iblis iblis semua keluar sangat banyak, semua orang ketakutan, pasukan dari Han juan sudah mati matian menahan tapi tetap saja sulit mereka bahkan hampir kalah karena bagaimana pun mereka manusia biasa.
Namun di atas langit kota…
Seekor Phoenix Api membelah awan dengan nyala emas. Di belakangnya, Phoenix Es mengepak membawa embun yang menggigilkan udara.
Dan di punggung mereka, berdiri gadis berambut perak, sorot matanya tajam, dan lengannya bersinar lembut—Shuwan Lian.
Gelang phoenix di lengannya bergetar keras. Ia menatap ke bawah, ke kota yang terbakar, dan ke istana yang hampir runtuh.
“Aku datang…,” bisiknya.
Lalu, dia melompat turun—wussshhh!—mendarat di atap istana, disambut oleh aura iblis pekat. Harimau Bo Zhi muncul dari kabut, mengaum dan langsung menyeruduk barisan iblis.
Shuwan berdiri di tengah kobaran api.
“Waktunya berburu.” seru Shuwan lalu mulai menyerang semua iblis yanga dan disana,pertempuran pun dimulai.
Dengan pedang naga di tangan kanan dan gelang phoenix bersinar di kiri, Shuwan melompat menebas satu iblis. Tubuh makhluk itu meledak jadi abu. Ia mengibaskan pedangnya, menciptakan gelombang cahaya ke arah iblis yang membawa anak-anak. Mereka jatuh, tergeletak, terbakar dan lenyap.
Phoenix Api memutari langit, membakar semua jaring hitam yang menggantung. Phoenix Es melindungi gerbang istana, menciptakan tembok es untuk mencegah iblis masuk.
Rakyat yang melihat cahaya mulai bersorak. “Putri Cahaya datang! Putri Cahaya menyelamatkan kita!”
Shuwan melesat cepat seperti panah cahaya, menyelamatkan seorang anak kecil dari cengkeraman iblis.
“Apa kamu terluka?” tanyanya.
Anak itu menggeleng cepat, lalu menangis. Shuwan tersenyum, meletakkannya di belakang barikade es.
Tapi Maduu hanya tertawa. “Kau bisa menyelamatkan mereka… tapi tidak selamanya.”
Ia menghentakkan tongkat. Dari tanah muncul monster raksasa bertangan empat—Raksasa Darah—dan langsung menghantam tembok istana hingga retak.
Shuwan berputar. “Kau mau main besar, ya?” sinis Shuwan lalu Ia meniup peluit kecil dari kristal naga. Seketika, dari langit muncul Naga Ikahi makhluk yang pernah ia taklukkan. Sayapnya membentang, tubuhnya bersinar biru keperakan. Ia mendarat di samping Shuwan dengan gemuruh tanah.
“Temani aku menghancurkan malam ini, Ikahi.” ujar Shuwan
Pertempuran pun berubah total.
Shuwan menaiki Naga Ikahi. Phoenix Api dan Es mengepung dari atas. Harimau Bo Zhi menyerbu iblis kecil di jalanan. Shuwan mengangkat pedang naga—bercahaya emas membara—dan menebas udara. Gelombang kekuatan itu menyapu seluruh barisan iblis seperti tsunami cahaya.
Iblis menjerit. Pengikut-pengikut yang dirasuki mulai terlepas dari sihir hitam. Mereka menangis, kembali jadi manusia, dan kabur ke tempat aman.
Pasukan iblis kini hanya tinggal separuh.
Maduu gemetar. “Tidak… tidak mungkin…”
Namun sebelum ia ditangkap, ia membuka portal bayangan dan masuk ke dalamnya.
“Lari kau!” teriak Shuwan. “Kau dan tuanmu akan kutemui lagi!” marah Shuwan
Tiga puluh menit kemudian, pertempuran berakhir.
Jalanan penuh puing, asap, dan tubuh iblis yang meleleh jadi lumpur hitam. Namun semua anak dan penduduk selamat. Bahkan para bangsawan yang sempat tertangkap berhasil dibebaskan. Tidak satu pun korban jiwa di pihak istana.
Kaisar turun langsung dari istana. Ia menatap Shuwan yang lututnya mulai lemas.
“Putri Cahaya…” ucapnya pelan. “Kota ini… berutang padamu.” ujar kaisar yang belum sadar jika putri cahaya adalah putri nya sendiri karena penampilan Shuwan sangat berbeda.
Shuwan tersenyum lelah. “Aku hanya melakukan tugasku, ayah.”
Kaisar yang mendengar itu mematung, "Ayah....?" tanya kaisar bingung
"Nanti aku akan jelaskan tapi tidak sekarang biar semua perg" jawab Shuwan pelan kaisar punsetuju walau ia sangat bingung
Shuwan sempat tertawa kecil. “Tapi… boleh aku minta satu permintaan?”
“Apa saja,” kata Kaisar mantap.
“Jangan biarkan Paman Tao bikin aku makan cabai naga lagi…” ujar Shuwan dan itu membuat kaisar terkejut dengan tubuh kaku.
"Putriku...?" seru kaisar sangat pelan
Sore itu, Kota Kekaisaran diselimuti cahaya hangat dari Phoenix Api yang terbang rendah.
Anak-anak bernyanyi menyebut nama Shuwan. Ibu-ibu menaburkan bunga di sepanjang jalan. Para pengikut iblis lenyap. Dan Tuan Penguasa Gelap, yang mendengar kabar kekalahan, menghilang tanpa jejak—murka dan memendam dendam baru.
Sesampainya di istana dan hanya ada kaisar serta Han Juan sedang yang lain sedang mengurus Kejawanan setelah perang.
Tiba tiba Shuwan merubah penampilan nya kembali menjadi Shuwan yang seperti biasanya.
Kaisar dan Han Juan sangat shock melihat itu.
"Shuwan....!!!" Seru mereka berdua.
Bersambung