Kimmy, mahasiswi semester 3 yang nekad bunuh diri akibat ibunya meninggal. sikap bodohnya ini membawanya masuk ke rumah sakit. di rumah sakit inilah, perjumpaan Kimmy dengan seorang dokter tampan bernama Nico.
Adalah Snowdrop yang, yang berwarna putih yang hanya tumbuh di musim dingin. berawal dari bunga itu, Kimmy sering bertemu dengan Dokter Kimmy. Seiring bergulirnya waktu, Kimmy jatuh cinta pada dokter tampan tersebut.
Di tengah perasaan cintanya pada Nico, sahabatnya Max mengungkapkan cinta pada dirinya. Kimmy kebingungan karena Max yang ia anggap sebagai sahabatnya sendiri. Bersamaan itu pula tanpa Max sadari, Jeslyn sahabat karibnya diam-diam juga memendap cinta pada Max.
Sementara itu Kimmy justru resah dengan perasaannya. sebab sikap Nico yang selalu perhatian dan baik hati, tidak juga dibarengi ungkapan cinta. hingga akhirrnya kenyataan pahit pun harus dia terima. dimana Nico menganggap Kimmy sebagai adik sendiri. Sebab Kimmy mirip dengan adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enjels, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Kencan kemarin itu adalah kencan pertama yang pernah dilakukan oleh Kimmy selama 22 tahun masa hidupnya. Dia benar-benar merasakan hangatnya musim semi dengan seseorang yang disayanginya. Namun pertanyaan lain merasuki pikiran gadis itu. Ia benar benar jatuh hati pada dokter itu. Namun, apakah dokter itu merasakan perasaan yang sama dengan Kimmy.
Musim semi belum berakhir. Suasana Kembali hidup, banyak bunga-bunga liar bermekaran dan hari-hari serasa lebih Panjang. Kimmy berangkat ke kampus dengan penuh semangat sambil mengingat-ingat kenangan saat ia pergi bersama Dokter Nico. Rasanya terlalu dini untuk bahagia. Masih banyak yang belum ia ketahui mengenai dokter itu. Nico sangat baik dan sangat baik dan perhatian pada gadis itu.
“Kimmy”…!” teriak seorang gadis dari kejauhan.
Kimmy menoleh dan emndapati Jeslyn berlari ke arah nya. Kimmy menunggu gadis itu untuk pergi ke kampus bersama. Mereka sama-sama memiliki jadwal mata kuliah pagi ini.
“Kimmy… aku terlalu bersemangat untuk mendengar cerita bagaimana kencan mu dengan dokter tampan itu kemarin”.
Kimmy tersenyum sembari berjalan Santai menuju kampus. Ia mengingat-ingat sejenak.
“ Aku bener-bener senang sekali Jeslyn….” Tiba tiba dia berhenti dan sedikit berteriak histeris.
“dia menggenggam tanganku sepanjang acara festival itu dan…” ucap Kimmy menggantung
“dan..?”
“dan kemarin aku hampir saja tertabrak mobil jadi kami sempat berpelukan saat dokter Nico akan menyelamatkan aku. Kau tay jeslyn… dia sangat wangi. Aku sangat suka aroma parfum nya. Aku masih ingat sampai saat ini” terang Kimmy.
“Wahhh kau sangat beruntung Kimmy, ternyata teman ku yang satu ini sudah benar benar akan beranjak dewasa. Dia sudah berkencan” ucap Jeslyn sembari mengusap-usap poni Kimmy.
“Sebenernya aku sangat iri padamu Kimmy, kau bisa berkencan dengan orang yang kau sukai. Tapi di sisi lain aku snagat senang mendengar cerita mu. Aku menyadari bahwa saat ini kita memang sudah tidak anak kecil lagi yang hanya mengobrol tentang tugas dan kerja kelompok” ucap jeslyn sambil tersenyum.
Kedua nya terus mengobrol sampai akhirnya tiba di gerbang kampus. Mereka akan mengambil jalan masing-masing. Kimmy akan ke arah kanan karena Gedung Fakultas sebelah kanan sementara Jeslyn akan ke sebelah kiri. Tapi sebelum mereka berpisah mereka melihat Max dengan sepeda motor nya memasuki gerbang. Pria itu lanjut lurus menuju parkiran.
“Apa yang sebenernya terjadi dengan manusia es satu itu” ucap Jeslyn kesal.
“Aku juga tidak tau Jeslyn. Tapi semoga masalahnya cepat selesai ya” ucap Kimmy
“hmmmm” kata Jeslyn mengangguk “baiklah Kimmy, aku akan ke kelas dulu. Nanti kita akan berkabar lagi. Mungkin jika nanti kelas ku cepat selesai aku akan ke perpus seperti biasa. Sekalian ada buku yang ingin aku pinjam.
*********
Rooftop kampus. Disini lah Max berada. Tempat ini memang tempat favoritnya sejak ia masuk ke kampus ini. Menurutnya sangat tennag bisa ada di tempat yang tinggi dan dipenuhi hembusan angin.
“Kimmy..” pelan-pelan ia menyebut nama itu lagi. Mungkin bukan ini pertama kali nya ia menyebut nama gadis itu dengan lirih. Semenjak Kimmy menyukai Nico, suara Max yang menyuarakan nama gadis itu itu terdengar sangat parau.
“Haruskah aku mengatakan semuanya sekarang Kimmy?” haruskah ? ucap Max setengah frustasi sembari mengusap kasar wajahnya.
Lama Max memikirkannya dan hanya emmandang kosong suasana kampus. Satu keputussan akhirnya telah dibuatnya. Ia merogoh saku celana nya dan mengambil ponselnya dan emngetikkan beberapa kata dan kemudian mengirimkannya kepada Kimmy.
***********
Matakuliah Manajemen Strategi baru saja selesai. Ia hanya mengikuti satu matakuliah hari ini dan ia berencana akan pergi ke perpustakaan untuk mencari beberapa matakuliah untuk membuat laporan.
Ponselnya bergetar dan dengan segera ia membuka ponsel itu. Satu pesan Max tertera disana.
“Jika matakuliahmu sudah selesai temui aku di atap Gedung B.”
Walaupun sedikit bingung dengan isi pesan itu, Kimmy memnutuskan untuk menemui Max. namun sebelunya ia mengirim pesan ke Jeslyn.
“Jeslyn.., Max mengajakku bertemu di atap Gedung B. Apa sebaiknya kita kesana bersama?”.
“Tidak Kimmy. Sepertinya ada sesuatu yang ingin Max sampaikan padamu. Sebaiknya kau segera temui dia. Mungkin juga ini menjadi jawaban dari sikapnya akhir-akhir ini”. Jawab Jeslyn di ponsel itu.
Dengan terburu-buru Kimmy melangkah ke arah atap Kampus. Tanpa ia ketahui ada Jeslyn yang mengikutinya dari belakang.
Dengan nafas memburu, akhirnya Kimmy sampai di atap Gedung kampus itu. Memang cukup melelahkan baginya untuk naik kesana karena harus melewati beberapa lantai dengan tangga.
Kimmy melihat Max yang sedang memunggunginya. Gadis itu hanya bisa melihat punggung tegap pria yang sudah lama menjadi sahabatnya itu.
“Max….”panggil Kimmy
Max tidak emmbalikkan badannya. Dia masih tetap berdiri dengan memunggungi Kimmy.
“Maxim Alexander Pangestu” teriak Kimmy. Namun Max masih belum membalikkan badannya.
“Kimmy…” kini Max mulai berbicara. Namun sedikit parau.
Kimmy terdiam dan ia masih belum ingin menjawab Max
“Kimmy apa kau mengingat sudah berapa lama kita berteman dan saling mengenal?” tanya Max.
“Ntahlah… tapi yang jelas sudah lama sekali kan. Sejak TK mungkin? Atau bahkan sejak kita baru lahir sepertinya kita sudah kenal kan..” ucap Kimmy Santai. Karena memang kedua orangtua mereka sudah saling mengenal dan menjadi tetangga sejak mereka belum lahir. Bahkan ayah Kimmy ada rekan bisnis ayah nya Max.
“Iya… sudah selama itu kan, sudah selama itu aku menyayangimu. Apa kau tau itu Kimmy?” tanya Max yang kini membalikkan badannya.
“Max apa maksudmu. Tentu aku juga menyayangimu. Kita sudah bersahabat sejak dari ke-“
“Bukan sayang seperti itu maksudku Kimmy. Aku yakin kau paham maksudku. Aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat Kimmy”
“Max…’ucap Kimmy lirih
“Aku selalu ada disamping mu Kimmy. kau bilang kau takut bertemu dengan orang-orang baru kan? Apa kau ingat saat kita mendaftar ke Sekolah Menengah Pertama kau memaksa aku untuk mendaftar di sekolah yang sama dengan mu maka aku mendaftar di sekolah itu. Demikian juga saat kita melanjut ke Sekolah Menengah Atas. Aku menuruti apa yang yang kau minta” ucap Max.
“Apa kau tau kenapa aku ada di kampus ini dengan jurusan kedokteran? Itu karena aku ingin memenuhi keinginan mu untuk menikah dengan seorang dokter. Aku berusaha untuk ada di tempat ini Kimmy. Aku belajar dengan sangat gila untuk bisa masuk ke kedokteran ini. Karena apa? Itu karena dirimu!, itu karenamu!” ucap Max dengan putus asa.
“Dulu kau begitu keras untuk aku ada disampingmu, ikut kemana pun kau mau. Tapi sekarang dengan mudah kau katakana kau menyukai pria lain dan pergi berkencan dengannya. Apa kau tidak pernah memikirkan aku Kimmy?” ucap Pria itu sembari mencengkram bahu Kimmy.
“Jangan Sperti ini Max..Lepaskan aku” Mohon gadis itu. Ia berrusaha untuk melepaskan cengkraman tanagn Max.
“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menjawab pertanyaanku. Katakan padauk Kimmy. Apa kau benar-benar mencintai dokter itu?”
Kimmy hanya terdiam menunduktakut.
“Jawab aku !!!” teriak Max
“Aku…. Aku memang menyukainya Max” guman gadis itu.
Genggaman Max akhirnya terlepas. Max menunnduk lesu menahan perasaan sesak di hati nya.
“Maafkan aku Max”
Tak pernah sedikit pun terpikir dalam benaknya Kimmy untuk menyakiti hati sahabatnya itu. Ia menyayangi Max tapi memang dia tidak pernah berpikir untuk menjadikan Max sebagai kekasihnya. Dulu memang Kimmy sangat banyak bergantung dengan pria itu. Sejak kecil Max sudah seperti perisai bagi Kimmy. Max ada dimana pun Kimmy ada.
Kimmy membalikkan badannya dan akan segera beranjak dari tempat itu.
“Apa kau sama sekali tidak emncintaiku Kimmy?” Tiba-tiba perkataan itu keluar dari mulut Max. Seketika Kimmy menghentikan langkahnya.
“Bukankah kau bilang dulu akua da laki-laki ideal untuk kau jadikan suami?, aku akan menjadi seorang dokter Kimmy, tak bisa kah kau menungguku?” Gadis itu tertegun. Ia sama sekali tidak melupakan Max, hanya saja perkataan itu di lontarkannya sudah lama sekali saat masih duduk di bangku SD. Hati Kimmy memang sudah berubah sekarang. Kimmy bahkan sudah hampir lupa percakapan itu.
“Aku mengingatnya Max…. Ini bukan salah Dokter Nico. Aku yang salah dalam hal ini. Maafkan aku karena tidak bisa bertahan dengan perasaanku. Semuanya sudah berubah, aku hanya menganggapmu sebagi sahabat” Jawab Kimmy jujur.
Gadis itu melanjutkan langkahnya Kembali, namun Max menariknya dan memeluknya dengan sangat erat.
“Max… Lepaskan!, kumohon jangan seperti ini” Kimmy meronta-ronta dalam pelukan Max.
“Kumohon Kimmy beri aku kesempatan untuk menjadi kekasihmu” ucap Max dan saat ini max mendekatkan wajahnya berniat hendak mencium gadis itu.
“Max… kumohon jangan seperti ini” ucap gadis itu sambil menangis.
“Kenapa kau jadi seperti ini Max” ucap Kimmy sambil menangis.
Tangisan Kimmy berhasil membuat pria itu tersadar dari emosi yang tadi tidak terkendali. Max menatap gadis itu lekat-lekat. Ada rasa sakit saat melihat gadis itu menangis dan kemudia genggaman pria itu perlahan terlepas dan tanpa menunggu lama Kimmy berlari meninggalkan Max.
Max mengacak rambutnya frustasi. Ia hanya bisa dudukterdiam dia atas atap sekolah dan menahan rasa bersalahnya.
“Maafkan aku Kimmy, aku tidak bermaksud membuatmu menangis”