API ASMARA OM EZAN

"Vani, kenapa kamu...

"Maaf aku terlambat!" Fani baru saja ingin protes pada adik iparnya itu. Namun, nyatanya tepat saat itu Ezan muncul.

"Ezan, akhirnya kamu datang. Lihatlah, siapa yang tante bawa untuk makan malam bersama keluarga kita !!"

Ezan menatap tajam ke arah Vani dan juga perempuan yang ada di sampingnya. Namun kedua perempuan itu tidak menyadari bahwa tatapan Ezan yang menatap mereka dengan tatapan marah.

Perempuan yang sedang bersama Vani pun masih tersipu malu-malu.

"Tante, apa telinga tante kurang jelas..makan malam kali ini hanya untuk keluarga inti. Bukan untuk orang luar !! Jadi, kenapa tante membawa perempuan ini !!"

Vani dan perempuan yang bernama Sisi itu pun langsung menatap wajah Ezan dengan tatapan heran.

"Ezan, Sisi itu calon yang terbaik untuk kamu ! Dia wanita yang baik, kariernya juga bagus. Kamu cocok untuk menjadi suami istri!"

Ezan melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Itu menurut Tante, aku katakan sekali lagi sama tante, Ezan sudah punya pilihan sendiri. Bahkan dia lebih baik dari perempuan ini, jadi..nggak perlu susah payah untuk menjodoh-jodohkan kami.Mengerti?"

"Ezan....

"Diam, kamu nggak ada hak untuk bicara disini. Sekarang, kamu mau pergi dari sini dengan suka rela atau aku harus memanggil security untuk menyeret kamu dari sini!!"

Ezan benar-benar muak dengan tantenya itu. Sudah berapa kali dia bilang dia menolak perjodohan yang tantenya ajukan.

Mendengar ucapan Ezan, Vani pun langsung kesal di buatnya.

"Ezan, keterlaluan kamu !!"

"Ya, memang aku keterlaluan. Tapi, lebih keterlaluan Tante yang tetap bebal buat tidak lagi menyodorkan dia untuk Ezan, sekarang suruh dia pergi dari sini. Kalau memang Tante nggak terima, Tante juga boleh keluar sekalian dengannya !!"

"Kamu ..

"Vani !! Lakukan apa yang Ezan katakan. Apa kamu mau papa sendiri yang menyeret kamu dari ruangan ini jika masih menentang Ezan !!" mendengar ancaman tuan Hutama, Vani pun dengan terpaksa harus melakukan apa yang keluarganya katakan.

"Ayah...

"Kamu benar-benar jahat Ezan, aku nggak terima dengan apa yang kamu lakukan, ingat itu !!"

dengan kesal dan dengan menghentakkan kakinya Sisi akhirnya terpaksa keluar dari ruangan itu dengan wajah yang marah.

"Sisi, maafkan tante..

Sisi yang sudah kesal pun langsung melangkah pergi tanpa memperdulikan ucapan Vani. Sementara itu, Ezan dengan santai melangkah ke arah di mana Gita dan Bara berdiri.

"Sorry, kalian harus menyaksikan drama memuakkan ini."

"Nggak masalah bro, kami ngerti. Bukan begitu Git?"

Gita yang sedari tadi hanya diam dan sibuk dengan pikirannya nya sendiri di buat terkejut saat Bara yang menyenggol bahunya membuat dia tersadar dari lamunannya. "Ya..kenapa Om, Gita..

"Sudahlah, mungkin Gita shock lihat semuanya tadi. Maaf ya nak, kamu harus melihat semuanya." Fani ibu Ezan pun menepuk bahu Gita membuat gadis itu tersenyum canggung.

Melihat keakraban kakak iparnya dengan perempuan asing di sampingnya,Vani merasa tidak senang. Apalagi, Ezan tidak mempermasalahkan kehadiran perempuan asing itu dan juga wajah yang tak asing bagi Vani yaitu sahabat Ezan yang selalu menampilkan wajah dingin nya.

"Ya sudah, sekarang kita siap-siap makan siangnya. Waktu nya pun sudah lewat." Ezan memberikan kode pada Bara untuk duduk di dekat nya. Lalu Bara pun menarik tangan Gita untuk duduk tepat di samping Ezan.

"Ezan...

" Kita makan dulu tante, setelah itu..baru kita bicara. Ada hal yang juga akan aku bicarakan dengan kalian semuanya." Ezan lebih dulu memotong ucapan Vani sebelum dia bicara lebih banyak lagi.

Mendengar teguran dari Ezan, Vani pun akhirnya mengikuti ucapan ponakannya itu.

Semua gerak gerik Ezan tak luput dari penglihatan Vani. Bahkan interaksi Ezan dengan Gita yang membuat Vani menyipitkan matanya dan bahkan sampai melebarkan matanya. Sedangkan seperti biasa, Bara yang selalu dingin pun tak luput dari perhatian Vani.

Vani memang belum mengenal keponakan Bara. Dalam hati Vani ada rasa penasaran karena adanya gadis muda yang hadir di acara makan siang kali ini.

Setelah melihat anggota keluarga nya sudah menyelesaikan acara makan siang mereka , Ezan pun akhirnya angkat bicara untuk mulai pembicaraan yang akan dia sampaikan.

"Terimakasih semuanya sudah datang disini. Aku sengaja mengundang keluarga inti saja karena memang aku nggak ingin banyak yang ikut campur dengan apa yang akan aku lakukan.

Ezan terlihat menjeda ucapannya dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan perlahan. Dia menatap ke arah Bara dan reaksi Bara pun hanya mengangguk kecil pada sahabatnya itu.

"Mungkin kalian penasaran kenapa sahabat ku Bara, dan gadis yang ada di samping ku ini diijinkan untuk mereka bergabung dengan kita untuk makan siang. Kalian sudah dengar rencana pernikahan ku lusa. Maka dari itu, aku akan perkenalkan gadis yang ada di samping ku. Namanya Gita, dia keponakan Bara sahabat ku. Aku akan menikah dengan Gita lusa."

Uhuk uhuk uhuk

Prak..

Vani yang masih menyantap makan siangnya, mendengar ucapan Ezan langsung terbatuk-batuk dan melepaskan sendok dan garpu yang dia pegang begitu saja.

Sedangkan kedua orang tua Ezan dan kakek Ezan bersikap biasa walaupun memang mereka begitu terkejut dengan ucapan Ezan barusan.

"Jadi, Gita calon menantu mama?" dengan senyum tipis Fani menanggapi ucapan putranya.

"Iya ma, Gita gadis yang aku pilih untuk menemaniku sampai akhir hayat nanti.

"Hahh!! Kamu nggak salah, anak kecil seperti dia...bisa apa? Bahkan dia pasti hanya bisa senang-senang dengan teman-teman nya. Lihat saja, pasti dia hanya akan menghabiskan hartamu saja Ezan !!" terdengar Vani memprotes keputusan Ezan yang akan menikahi gadis yang dia anggap terlalu muda dan tidak bisa apa-apa. Sedangkan dia menyodorkan perempuan yang jauh lebih baik dan lebih dewasa dari Gita, di tolak mentah-mentah oleh Ezan.

"Selama dia sanggup menghabiskan nya, buatku nggak masalah. Kalaupun kalian nggak setuju dengan rencana pernikahan kami, aku nggak akan peduli."

Keputusan Ezan yang kekeh menikahi Gita membuat Vani geram. Ditambah lagi dengan reaksi kedua orang tua Ezan dan bahkan reaksi ayahnya sendiri atau kakek Ezan.

"Ayah, Bayu, kalian nggak mendukung rencana gil* Ezan kan?"

Bayu yang mendengar ocehan adiknya itu hanya bisa membuang nafas kasarnya. "Apapun keputusan Ezan, aku yakin dia sudah memikirkannya dengan matang. Kalaupun soal umur Gita yang masih muda, itu tidak menjadi halangan Ezan menikahi nya. Gita bukan anak kecil lagi, bahkan dia sudah melewati fase remaja. Kami yakin Gita bisa mendampingi Ezan."

"Lalu kakak ipar juga mendukung rencana Ezan juga?"

Fani mengangguk dan menatap lembut ke arah Gita.

"Aku yakin,Gita akan menjadi istri Ezan yang baik . Bahkan dia akan menghadirkan dunia baru bagi Ezan."

Vani mendengar penuturan kakak dan kakak iparnya benar-benar dibuat tak puas hati. Bahkan saat memandang gadis muda itu, tak ada aura yang spesial dari dirinya tapi, kenapa Ezan lebih memilih gadis biasa bahkan seorang yatim piatu.

To be continued...