Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Yang Salah, Bukan Dia!
Setelah beberapa bulan, akhirnya keadaan Verina juga benar-benar pulih. Beberapa kali melakukan pemeriksaan pada Dokter untuk mengecek keadaannya, akhirnya dia mulai bisa beraktivitas kembali.
Verina tersenyum saat dia keluar dari rumah dan melihat Brian yang sudah menunggunya. "Hai, selamat pagi"
"Pagi, kita akan berangkat sekarang. Kamu sudah siap 'kan?"
Verina mengangguk, dia masuk ke dalam mobil ketika Brian sudah membukakan pintu mobil untuknya. Saat mobil sudah mulai melaju, Verina mulai merasa tegang, tangannya saling bertaut gelisah.
"Ini pertama kali lagi aku bertemu keluarganya, tapi apa tidak papa?" tanya Verina.
"Tidak papa, ini permintaan dari orang tuanya. Dan aku juga tidak bisa menolak, kamu hanya perlu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang menjadi keputusanmu"
Verina mengangguk paham, kemarin malam tiba-tiba saja Brian datang dan memberi kabar jika orang tua Lion ingin bertemu dengannya. Awalnya Verina menolak, tapi Brian menjelaskan jika dia harus bertemu mereka dan menjelaskan semuanya. Jangan sampai membuat semuanya terus berlarut dalam kesalahpahaman.
Ketika sampai di depan rumah mewah ini, Verina terdiam. Tubuhnya membeku, kakinya seolah berat untuk melangkah. Sudah berlalu beberapa tahun sejak dia terakhir kali mengunjungi rumah ini. Verina menoleh saat merasakan tangannya yang digenggam, dia tersenyum pada Brian yang mengenggam tangannya.
"Kamu pasti bisa menjelaskan semuanya, aku tetap berada disampingmu"
Verina mengeratkan genggaman tangannya pada Brian, dia menghembuskan nafas panjang. "Baiklah, aku akan menuntaskan semua yang telah aku mulai. Aku haus menyelesaikan semuanya"
Perlahan Verina melangkah masuk ke dalam rumah ini. Mengangguk hormat pada kedua orang tua Lion yang sudah menunggu mereka. Duduk di ruang tengah, tangan Verina sudah terasa dingin dan berkeringat.
"Mungkin kamu sudah tahu dan mengira kenapa kami tiba-tiba ingin bertemu" ucap Mama Niviana.
Verina mengangguk, tangan di atas pangkuannya semakin saling bertaut dengan gemetar. "Em, ma-maafkan aku Om, Tante. Saat itu, aku hanya berpikir jika aku belum siap menikah dan aku merasa jika diantara aku dan Lion tidak benar-benar menemukan kecocokan. Sekali lagi maafkan karena aku sudah mengacaukan semuanya, maafkan segala kesalahan atas keegoisan aku"
"Untuk apa dia disini?"
Suara bariton mengejutkan semua orang, Mama dan Papa cukup terkejut karena Lion yang tiba-tiba berada disini. Mama langsung berdiri melihat anaknya berjalan tegap dengan wajah yang tidak bersahabat ke arah mereka.
"Lion, jangan emosi dulu. Mama dan Papa memanggilnya hanya untuk meluruskan semua kesalahpahaman yang ada"
"Tidak perlu, yang jelas aku menyesal pernah mengenalnya!"
Verina menunduk dengan mata berkaca-kaca, mendengar ucapan Lion seharusnya memang wajar saja Lion berkata seperti itu, tapi tetap terasa menyakitkan baginya.
"Tidak ada yang perlu di sesali atas semua yang sudah terjadi" ucap Brian tenang.
Lion menoleh dan menatap pada Brian yang duduk disamping Verina, lalu dia melihat tangan Brian yang memegang tangan Verina di atas pangkuannya.
"Ah, apa ini pria yang membuatmu pergi meninggalkan aku ya"
Verina menggeleng, dia sedikit bingung kenapa Lion terlihat begitu marah sekarang, padahal di pertemuan terakhir kali mereka di rumah sakit, Lion terlihat lebih tenang dan bisa menerima semuanya.
"Bukan Lion, dia hanya temanku. Kamu jangan menuduhnya, aku meninggalkanmu di hari itu, murni karena keputusan aku"
"Sebaiknya kau menghilang dari dunia ini, dan jangan pernah muncul di depanku lagi. Karena hal yang paling aku sesali hanya satu, bertemu denganmu dan mengenalmu hingga aku tega menyakiti perempuan yang sama sekali tidak salah, bahkan begitu tulus mencintaiku. Aku telah menyia-nyiakannya" lirih Lion di akhir kalimatnya, ada sebuah nada getir dari ucapannya.
"Aku minta maaf atas semua kesalahan aku yang telah menghancurkan hidup kamu, Lion. Aku minta maaf akan hal itu"
"Tapi kau sudah membuatnya pergi, bahkan dia rela mendonorkan satu ginjal untuk kamu hanya karena dia berpikir dengan aku kembali padamu, aku akan bahagia"
Verina langsung mendongak, menatap Lion dengan terkejut, air mata berhasil lolos. "Maksudnya? Lion apa yang kamu katakan?"
Lion menatap Verina dengan tersenyum sinis. "Yang menjadi pendonor untuk kamu adalah dia ... istriku, Airin. Dan dia hanya berpikir kamu harus sembuh agar bisa kembali padaku dan aku akan bahagia jika kembali denganmu. Bodoh, memang semuanya salahku"
Verina terdiam dengan tubuh membeku, air mata mengalir deras di pipinya. "Ya Tuhan, jadi dia yang melakukannya. Siapa dia sebenarnya, Lion? Siapa yang menjadi istrimu, sampai dia rela melakukan itu hanya untuk membuatmu bahagia dalam pikirannya"
Lion tersenyum tipis dengan air mata yang lolos begitu saja, segera dia usap dengan kasar air matanya. "Ya, dia memang seorang malaikat yang terlalu sial harus menikah denganku"
"Kamu memperlakukan dia tidak baik?"
"Aku menjadikan dia istri dari bayang-bayangmu, Vei! Karena saat itu aku hanya benci, melihatnya, marah menatap matanya, karena semua yang ada dalam dirinya hanya mengingatkan aku padamu. Seseorang yang menghancurkan hidupku, meninggalkan aku tanpa sepatah kata"
Verina terisak, dia menatap Lion dengan tidak percaya. Membayangkan perempuan lain yang harus menanggung kemarahan dan kebencian Lion yang seharusnya untuk dirinya.
"Lion, kenapa kamu melakukan ini? Dia bukan aku, seharusnya bukan dia yang mendapatkan perlakuan buruk itu, tapi aku. Maafkan aku... hiks.. Maafkan aku"
Verina menunduk dengan tangan menutup wajahnya. Bahunya bergetar hebat, dia menangis sejadi-jadinya. Membayangkan seorang perempuan yang tidak bersalah, tapi harus menanggung sebuah kebencian dari pria yang menjadi suaminya, karena kesalahan Verina sendiri.
"Ya, aku memang terlalu bodoh. Seharusnya bukan dia yang mendapatkan perlakuan itu. Bukan dia yang harus mendapatkan kemarahan dan rasa benci dariku. Tapi kamu!" tekan Lion.
Verina menangis terisak, dia mendongak dan menatap Lion dengan mata basahnya. Perasaan bersalah semakin membelenggu hatinya, bukan hanya tentang dia yang pernah meninggalkan Lion, tapi juga perasaan bersalah para perempuan yang menjadi istri Lion dan harus menanggung akibat dari kesalahannya.
"Dan dimana dia sekarang? Lion, aku ingin meminta maaf padanya. Aku ingin bersujud di kakinya, karena kesalahanku dia yang harus menanggung lukanya... Hiks.. Dimana dia, Lion? Jawab aku!"
Verina memegang jas yang dipakai Lion dan sedikit menariknya saat dia bertanya dimana keberadaan Airin. Verina ingin bertemu dengan wanita malang itu.
"Seandainya aku tahu dia berada dimana, mungkin aku duluan yang akan berlutut dan meminta maaf padanya. Sayangnya, aku tidak tahu dimana dia sekarang. Dia sudah lelah dan akhirnya menyerah"
Verina menangis semakin keras, dia menarik jas Lion dengan emosinya. "Lion, kenapa kamu melakukan ini? Aku yang salah, hukum aku, siksa aku, jangan orang lain. Dia perempuan yang sangat hebat..hiks.. Lion, kamu salah jika menyiksanya. Karena semuanya salahku, bukan dia"
"Aku tahu, tapi semuanya sudah terjadi, dan apa yang bisa aku lakukan sekarang"
Verina memukul lengan Lion dengan tangisan yang tidak berhenti. "Maafkan aku karena sudah membuat hidup seorang perempuan hancur... Hiks.."
Papa, Mama, dan Brian hanya bisa diam. Membiarkan keduanya saling meluapkan emosi masing-masing.
Airin, semuanya tidak seperti yang kamu bayangkan. Dalam hati Brian merasa bersalah karena dia ikut andil membuat Airin pergi.
Bersambung
Emang nya nggak capek Rin 😠😠😠
pertemuan yang ku impian akan menjadi kenyataan sebentar lagi.. semoga saja...!!
jujur aku juga ikutan capek..ngikutin kalian berdua tauk..lari kesana kemari,gk peduli lewat gorong2 juga aku ikutin.. ayolah kpn ini berakhir nya,aku juga nunggu adegan romantis kalian.., kpn pny bebi klo terus begini...??
tetapi don't give up juga laki laki loh bukan fencong
Permasalahan nya tidak akan selesai Rin kalau kamu selalu lari dan lari lagi