NovelToon NovelToon
Mahar Untuk Nyawa Ibu

Mahar Untuk Nyawa Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Asmabila

Raina tak pernah membayangkan bahwa mahar pernikahannya adalah uang operasi untuk menyelamatkan ibunya.

Begitupun dengan Aditya pun tak pernah bermimpi akan menikahi anak pembantu demi memenuhi keinginan nenek kesayangannya yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan.

Dua orang asing di di paksa terikat janji suci karena keadaan.


Tapi mungkinkah cinta tumbuh dari luka, bukan dari rasa????

Tak ada cinta.Tak ada restu. Hanya diam dan luka yang menyatukan. Hingga mereka sadar, kadang yang tak kita pilih adalah takdir terbaik yang di siapkan semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kembali dingin

Rumah itu masih sama. Dingin, rapi, dan terlalu sunyi untuk disebut rumah.

Raina turun dari mobil perlahan. Wajahnya bersih, tenang, tapi tanpa sedikit pun kehangatan. Dika membawakan koper kecilnya, dan membukakan pintu depan. Aroma pengharum ruangan menyambut mereka—steril, mahal, tapi kosong.

Di dalam, Aditya berdiri di ruang tamu. Kemeja putihnya tergulung di lengan, dagunya belum bercukur rapi, tapi tetap tampak terjaga. Ia berdiri tegak seperti biasa, tapi sorot matanya kehilangan wibawa dingin yang selama ini ia banggakan.

Mereka saling menatap. Tapi tak ada langkah maju. Tak ada pelukan. Bahkan tak ada senyum.

“Selamat datang,” ucap Aditya akhirnya. Suaranya berat, datar. Formal, seperti menyambut tamu.

Raina mengangguk pelan, menaruh tas tangannya di atas meja. “Terima kasih sudah mengirim mobil.”

Senyap kembali turun di antara mereka. Hanya suara jarum jam yang bergerak di dinding, mengisi ruang dengan detak waktu yang terasa terlalu keras.

“Bagaimana acaranya...apakah semuanya berjalan lancar?” tanya Aditya, ragu.

Raina menoleh perlahan, menatapnya tanpa ekspresi. “Sangat lancar, ”

Aditya terdiam. Jawaban singkat_nya itu_menghantamnya lebih keras dari teriakan. Dingin. Jauh. Penuh batas.

“Raina,” katanya pelan.

“Ya?”

“Mas... minta maaf.”

Raina duduk di sofa, menyilangkan kakinya dengan tenang. Matanya menatap ke arah vas bunga di meja, bukan pada pria yang berdiri di depannya. “Sudah disampaikan melalui asisten Dika. Sudah diterima.

Aditya menatapnya lama, seolah mencari celah untuk menyusup ke hati yang dulu pernah terbuka penuh untuknya. Tapi sekarang, hatinya seperti tembok batu yang ia bangun sendiri, bata demi bata, dengan jarak dan pengabaian.

"Mas tahu seharusnya mas datang,sekali lagi maaf,,,,,"

Raina menoleh cepat, untuk pertama kalinya memotong.

“Tapi mas tidak datang.”

“Yang mas pilih temani... bukan saya.”

Suaranya tidak meninggi, tapi cukup menusuk. Aditya tidak bisa berkata apa-apa.

Aditya tidak menyangka Raina tau alasannya tidak menyusulnya bukan karena pekerjaan.

"Kamu istirahatlah_pasti lelah.Nanti kita bicara lagi dengan kepala dingin, " ucap Aditya sembari menyambar kunci mobil kemudian pergi meninggalkan Raina yang seharusnya di bujuk.

...----------------...

Malam terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu kamar menyala redup, jam dinding berdetak lambat, dan udara dingin menelusup dari celah jendela. Raina berbaring sendiri di ranjang besar, tempat yang dulu pernah jadi saksi upaya perbaikan, tapi kini kembali kosong—tanpa Aditya.

Aditya memilih tidur di kamar sebelah. Alasannya: memberi ruang. Tapi bagi Raina, itu hanya pengulangan dari siklus yang sama—jarak yang diciptakan tanpa bicara, lalu ditutup dengan alasan-alasan sopan yang menyakitkan.

Di sisi tempat tidur, tergeletak selembar kertas kontrak. Raina menatapnya tajam, seperti menatap borgol yang tak terlihat di pergelangan tangannya.

Dua miliar rupiah. Itu harga kebebasannya.

Bukan hanya itu. Ia juga harus menyiapkan pengacara, berjaga-jaga kalau Aditya—atau keluarganya—mencari celah untuk mempermalukannya secara hukum.

Raina menarik napas panjang, menatap langit-langit.

"Pernikahan ini… bukan tempat aku hidup. Hanya tempat aku bertahan."

Selama ini ia mencoba. Ia bertahan, berharap ada cinta yang tumbuh, atau setidaknya rasa saling menghargai. Tapi yang ada hanyalah hubungan yang tak pernah ia menangkan.

Kini, ia sadar… kalau ingin bebas, ia harus membebaskan diri sendiri.

Ia duduk tegak di ranjang, matanya tak lagi lelah. Ia menyalakan ponsel, membuka catatan kecil, dan mulai mengetik.

"Target: 2 miliar.

Waktu: satu tahun.

Cara: kerja atau bisnis. Apapun yang halal, bermartabat, dan tak membuatku kembali bergantung."

Pagi nanti, ia akan mulai menyusun rencana. Ia punya latar belakang pendidikan, punya kemampuan komunikasi, dan yang terpenting: punya alasan kuat untuk berdiri.

Malam itu, Raina tidak menangis. Ia tidak butuh simpati. Ia hanya butuh keberanian—dan kini, perlahan, keberanian itu sedang tumbuh. Di tengah sunyi, di tengah luka, dan di balik kata-kata yang tak pernah Aditya ucapkan, ia mulai mengumpulkan dirinya kembali.

Dan ketika waktunya tiba… ia akan keluar dari pernikahan ini bukan sebagai korban, tapi sebagai perempuan yang memilih hidupnya sendiri.

Setelah lulus SMu, eyang Laksmi membiayai kuliahnya.Meskipun berat bekerja serabutan sambil nyambi kuliah, hingga akhirnya Ia bisa menikah dengan Aditya.Kuliahnya masih tetap berlangsung, dan ia lulus dengan nilai cumlaude.

Raina teringat Frida, minggu besok bukankah keduanya sudah membuat janji untuk pergi motoran ke pantai? Sekalian Raina mau minta bantuan sama Frida untuk membantunya mencari pekerjaan.

Raina akhirnya bisa tertidur dengan nyenyak, setelah merasa menemukan titik terang.Tidurnya pulas sepertinya mimpinya pun indah.Dalam temaram lampu kamar, diam-diam Aditya masuk menyelinap ke kamar Raina. Ia selimuti tubuh istrinya, juga anak rambut yang menutupi wajahnya.Di kecupnya pelan pipi manis Raina.

"Maafkan mas, maafkan karena sudah terlalu banyak mengecewakanmu." ucap Aditya lalu kembali menutup pintu kamar Raina.Ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat istrinya, sekalipun ia sangat ingin.Ingin memeluknya sepanjang malam dan bercinta sampai larut pagi seperti malam-malam yang pernah berlalu.

...----------------...

Pagi itu langit Jakarta sedikit mendung. Udara terasa berat, seolah mencerminkan suasana hati di dalam rumah itu. Di meja makan, dua piring sarapan telah disiapkan. Telur rebus, roti panggang, dan teh hangat. Semuanya terhidang rapi. Terlalu rapi, bahkan.

Aditya duduk di sisi kanan meja, matanya menatap roti di piringnya seolah tak benar-benar ingin memakannya. Di seberangnya, Raina duduk tenang, menyendok potongan buah pelan-pelan. Hanya suara sendok dan piring yang saling bersentuhan. Tak ada percakapan. Tak ada sapaan pagi.

Seperti dua orang asing yang terjebak dalam peran suami istri.

Raina melirik sekilas ke arah Aditya. Ia tampak kelelahan, namun tetap menjaga raut wajah dinginnya. Sudah lama mereka tidak berbicara benar-benar bicara. Hanya ucapan seperlunya, dan bahkan itu pun kini mulai menghilang.

Setelah beberapa menit, Raina meletakkan sendoknya dan berkata dengan nada pelan dan sopan:

“Aku mau keluar sebentar siang ini. Frida ngajak ketemu.”

Aditya mengangkat wajahnya, tidak kaget, tidak juga penasaran. Ia hanya mengangguk perlahan. Jawabannya datang tanpa suara, hanya sebuah anggukan kecil—hati-hati, seolah takut gerakannya salah tempat.

Raina tidak menuntut lebih. Ia tahu, hubungan mereka kini telah kembali ke bentuk yang paling kaku dan dingin: formalitas tanpa jiwa. Seperti dua karyawan di kantor yang berbagi ruangan tapi tak saling mengenal.

Ia berdiri perlahan, membereskan piringnya. Tak satu pun dari mereka mencoba memperpanjang waktu bersama. Tak ada senyum, tak ada sentuhan.

Hanya keheningan yang terasa lebih keras dari kemarahan.

Dan pagi itu pun berlalu, seperti pagi-pagi sebelumnya—sepi, kosong, dan membekukan.

1
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄHIAT🙏
suamimu mulai jth cnt raina
Asma Salsabila: Terimakasih sudah mau mampir di karya receh saya, jangan lupa tinggalkan Like, comen& vote yah 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!