Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.
Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.
~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa
~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.
Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Kekhawatiran Raka
Sudah tahu jika sang suami akan pulang terlambat namun Denisa masih terus memaksakan diri untuk menunggu. Meski dirinya memang menurut untuk tak memasak makan malam ini dan dia hanya membeli ditempatnya bekerja untuk dibawa pulang namun tidak dengan istirahat lebih dulu. Gadis itu masih bersikukuh untuk tetap berada di ruang tengah untuk menunggu kedatangan Raka hanya demi bisa mencium tangannya. Satu hal yang membuat hatinya merasakan bahagia yang luar biasa.
Matanya sudah meredup dan seolah tak mampu lagi untuk terbuka. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun Denisa masih berada disana. Mata sayunya perlahan lahan menutup rapat dan dia mulai kehilangan kesadarannya masuk ke dalam mimpi.
Sementara Raka yang memang telah meminta Denisa untuk tak menunggunya tentu saja sedikit tenang. Lelaki tampan tersebut bahkan sempat mampir ke sebuah coffee shop untuk sekedar menikmati secangkir kopi guna sedikit menghilangkan pening dikepalanya.
Terlalu banyak hal, kejadian dan kemungkinan kemungkinan yang berada di otaknya membuat Raka benar-benar memerlukan waktu untuk menenangkan diri.
Setelah 1 jam lamanya, Raka kembali lagi melajukan mobilnya secara perlahan menuju ke apartement nya bersama Denisa. Tak hanya lelah fisik, perjalanan ke luar kota seorang diri ini juga menyita pikirannya.
Hubungan dengan sang mama dan kedua adik kembarnya yang tak lagi membaik semenjak peristiwa yang menimpa ke dua orang tua mereka itu mencuat dan bahkan hingga perceraian pun terjadi. Di tambah dengan bantahan serta pembelaan pembelaan yang dilakukannya pada sang kekasih membuat ke tiga orang keluarganya itu membencinya.
Sang kekasih?
Raka menggelengkan kepalanya pelan. Masih pantaskah dia menyebutkan dengan lantang jika Laras adalah kekasihnya? gadis yang dicintainya selama 4 tahun ini dengan segenap hati dan jiwanya?.
Tak ada jawaban dan Raka sendiri pun sangat yakin jika dirinya tak akan menemukan jawaban itu dalam waktu dekat ini. Butuh waktu yang entah akan berapa lama untuknya bisa menghapuskan cinta yang telah tertanam kuat di hatinya itu.
Raka mengeraskan genggamannya pada stir mobil. Hatinya kacau sekacau lalu lalang kendaraan yang melintas di depannya kali ini. Semrawut bagai ikan yang berlomba mencari tempat untuk bersembunyi dan berlari saling mengejar untuk berebut makanan yang sebenarnya bisa dipastikan cukup meski harus berbagi.
Huuft
Hembusan nafas pelan terdengar sangat berat. Raka kembali melajukan kendaraannya setelah lampu hijau menyala. Hanya tinggal melewati satu lampu merah lagi dirinya akan sampai di apartemen. Diliriknya jam yang melingkar di lengan kirinya sekilas. Saat ini jam telah menunjukkan lewat tengah malam.
"Pantas saja sudah sedikit lengang, ternyata sudah sangat larut. Tapi mataku belum ngantuk begini, apa karena kopi yang tadi ku minum ya." Monolognya pada diri sendiri.
*
*
*
Ceklek.
Pintu terbuka perlahan, Raka menggelengkan kepalanya pelan ketika menyadari jika semua lampu masih menyala. Tanpa pikir panjang, Raka segera menekan tombol untuk mematikannya.
Langkahnya terhenti ketika sampai baru sampai di samping tangga. Perasaan tak enak tiba-tiba menyeruak dalam dadanya. Di tengoknya kamar Denisa yang berada di sebelah kiri ruang makan. Kamar yang sebenarnya di peruntukan buat pembantu yang akan membantu mereka berdua. Berhubung hubungan keduanya yang memang tak baik sejak awal menjadikan kamar tersebut menjadi kamar Denisa selama mereka menikah hingga hari perceraian itu tiba nantinya.
Lampu yang masih menyala terang tentu saja terlihat dari sela pintu. Raka berjalan mendekat hanya ingin memastikan jika Denisa telah beristirahat. Di bukanya perlahan pintu itu dan tatapannya tertegun untuk beberapa saat ketika melihat kamar dalam keadaan kosong. Lebih tepatnya masih rapih seolah belum ada seorangpun yang masuk ke sana.
Lalu di mana Denisa?
Raka membuka lebar pintu kamar dan mengecek kamar mandi yang ternyata juga kosong. Raka mengusap wajahnya kasar. Pikiran buruk pun memenuhi pikirannya kali ini. Bahkan masalah Laras pun tak lagi ada dipikirannya kali ini, entah menguap kemana yang jelas dalam benaknya hanya ada Denisa dan Denisa. Dimana gadis itu berada saat ini.
Dengan langkah tergesa Raka kembali menyalahkan lampu dan berniat untuk kembali keluar guna mencari keberadaan Denisa meski dirinya tak tahu harus kemana.
Langkah Raka terhenti, diraihnya ponsel yang berada disaku celananya. Benda itu tenang sejak tadi setelah dirinya tiba di kantor Frans. Gelengan kepala nampak jelas disana melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Laras, namun tak ada satupun dari Denisa. Istrinya itu memang tak pernah menghubunginya lebih dulu karena memang itu adalah larangan keras darinya. Mengingat semua itu Raka kembali menghela nafas, hanya itu yang bisa dirinya lakukan untuk membuang sedikit sesak karena kebodohan yang telah dia lakukan selama ini.
Raka kembali fokus mencari nomer ponsel Denisa yang dia sendiri lupa menyimpan nya dengan nama apa. Namun dirinya terkekeh perlahan ketika mulai mengingat nama Denisa di kontak yang disimpannya.
"Si Biang Kerok."
Adalah nama kontak yang disimpannya untuk Denisa. Raka kembali menggeleng mengingat kelakuannya sendiri. Di tekannya nomer Denisa, terdengar nada tunggu sebelum kemudian terdengar nada dering samar di telinga Raka. Dahi lelaki tampan dengan tubuh tinggi tegap tersebut berkerut.
Raka berjalan perlahan mencari sumber suara dari nada dering ponsel Denisa. Di dapur, benda pipih itu berada di atas meja makan. Raka kembali mengusap wajahnya kasar. Dia berharap bisa menemukan Denisa disana namun nyatanya nihil.
"Aku belum memeriksa seluruh penjuru apartemen. Ponselnya berada disini itu artinya Denisa masih berada disekitar sini."
Raka bergegas ke ruang belakang dimana tempat itu merupakan tempat Denisa menjemur pakaian dan bersantai jika sedang libur bekerja. Raka kembali masuk ketika merasa sosok yang dicarinya tak berada disana. Lantai 2 menjadi tujuannya kali ini, tak hanya ruang kerja dan ruang gym yang di bukanya namun kamar yang ditempatinya sendiri pun Raka periksa.
"Dimana kamu sebenarnya, Denis?" Raka mengacak rambutnya frustasi.
Diliriknya jam yang telah menunjukkan pukul setengah 3 pagi. Itu artinya sudah lebih dari 2 jam dirinya berkeliling meski hanya di apartemen untuk mencari keberadaan Denisa. Hanya satu tempat yang belum Raka datangi yaitu ruang tengah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai tempat pemiliknya untuk menonton.
Mata Raka membulat sempurna melihat Denisa yang sedang tertidur disana dengan kepalanya menyandar di meja sedang tubuhnya terduduk di lantai beralaskan karpet bulu. Denisa nampak nyenyak, terbukti dengan tak terganggunya dia meski Raka sedari tadi berjalan cepat dari satu sudut ke sudut lain apartemennya.
Senyum di bibir Raka terukir indah. Hatinya yang berdebar sedari tadi dengan perasaan cemas yang kentara kini merasa lega. Perlahan diusapnya kepala Denisa pelan.
"Sudah ku bilang jangan menungguku kenapa masih membantah?" Gumamnya pelan, sangat pelan hingga hanya dirinya yang mendengar karena tak ingin mengusik tidur Denisa yang nampak pulas.
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
gass yok
ibu telat 🤭🤭
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit