Clara seorang gadis cantik yang terpupuler dikampusnya, hidupnya bagaikan seorang pemeran sinetron yang mempunyai lika-liku dan masalah kehidupan yang tidak ada habisnya, pacarnya menghiantinya dan akhirnya dia harus rela menikahi orang yang tidak dia cintai demi bertahan hidup. Bagaimana kisah selanjutnya..? Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvani Rosita Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 Suamiku Bossku
Clara masih terdiam didepan pintu kamar, terdengar suara desahan kiran dari dalam.
"Kiran aku udah mau keluar..!" Suara William terdengar keras dan bersemangat.
"Tunggu William... kita barengan keluarnya." Desahan Kiran terdengar semakin kuat.
"Kiran aku udah nggak tahan ahhhhh.... Kiran maafkan aku, kali ini aku sudah ngak tahan untuk menahannya."
Kreekkkk... Suara pintu terbuka.
"Clara...? William dan Kiran bersamaan terkejut melihat kehadiran Clara didepan pintu. Dengan cepat William memakai celananya dan menghampiri Clara yang masih terpaku ditempatnya.
"Sayang dengarkan dulu penjelasanku... " William memegang tangan Clara tapi tangannya ditepis oleh Clara.
Praaaakkkk... Tamparan keras mengenai pipi William. Air mata Clara terus mengalir dan bibirnya seakan terkunci tidak mampu untuk mengatakan apapun.
Clara membalikkan badannya dan pergi meninggalkan William. William berusaha menahan Clara di depan pintu keluar.
"Clara ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aku dan Kiran tidak sengaja melakukannya, aku hanya terbawa perasaan karena kemarin kamu...." William menarik tangan Clara kembali dan memohon kepadanya. Tapi belum selesai dia bicara...
Praakk, Praakk, Praakk, Praakk, Praakk, Praakk, Praakk...Tamparan keras melayang sebanyak 7 kali dipipi William. "Itu untuk rasa sakit hatiku karena telah menghabiskan waktu dengan sia-sia selama 7 tahun bersamamu."
Clara benar-benar pergi dengan menyeret tas besarnya naik kedalam angkot, semua orang menatapnya karena dia sudah seperti orang gila berkeliaran. Mukanya pucat, rambutnya acak-acakan dan pakaian kusut. Ini pertama kali dalam hidupnya dia tampil didepan umum dengan penampilan yang sangat berantakan. Clara terkenal perfect kalau bicara soal penampilan dan itu menjadi daya tarik terbesarnya.
Terdengar suara perempuan disampingnya berbicara dengan setengah berbisik. "Kasian banget itu perempuan, padahal cantik lho tapi gangguan jiwa."
Pikirannya yang kacau tidak lagi memperdulikan orang yang ada disekitarnya. Setelah sekian lama dia melamun akhirnya terbesit dalam pikirannya dia akan pergi kemana. "Yah..hanya dia yang bisa meolongku sekarang, biar jadi babu sekalipun aku rela."
Clara sudah berada di area apartemen Cakra. Seorang satpam datang mendekatinya.
"Hei, pergi dari sini. Gembel dilarang masuk area ini." Satpam itu berteriak padanya.
"Apa, gembel? aku bukan gembel aku dan Pak Cakra adalah... " Clara bingung akan menjawab apa. "yah memang aku sudah seperti gembel yang berkeliaran sekarang."
"Cepat pergi atau aku akan menyeretmu dengan kasar dari sini." Ucap satpam yang sudah menarik tangannya dengan kasar.
"Lepaskan dia !" Cakra bersuara dari dalam mobil dan akan masuk keparkiran.
"Itukan aku sudah bilang, aku ini bukan gembel." Clara berbicara kepada satpam itu sambil menjulurkan lidahnya.
Clara sudah mengikuti Cakra dari belakang dan menyeret tas besarnya masuk.
"Mengapa kamu kembali?" Cakra berbicara dengan wajah datar dan Clara sudah duduk di sofa.
Clara mengeluarkan bakat aktingnya dan mulai berjongkok dibawah kaki Cakra yang sedang berdiri didepannya. "Mas aku minta maaf tadi sudah berbicara kasar padamu, aku benar benar minta maaf mas."
"Aku sudah maafkan, sekarang pergilah. Aku lagi capek dan malas diganggu." Cakra berbicara sambil melepaskan dasinya.
"Tapi mas bolehkah aku tinggal disini untuk sementara waktu? please mas, aku mohon. Hanya kamu yang bisa menolongku sekarang mas." Clara kembali memohon dikaki Cakra dengan mengeluarkan bakat aktingnya yang sudah lama dia pendam.
"Tidak boleh." Cakra menjawab singkat.
"Mas aku mohon, jadi babu mas Cakra juga boleh. Yang penting aku mas izinkan tinggal disini." Clara masih terus memohon sambil berpikir kemungkinan terburuk yang akan dia hadapi jika Cakra tidak mengizinkannya tinggal di apartemennya.
"Kalau aku bilang tidak boleh yang tidak boleh, cepat pergi atau aku akan memanggil satpam untuk menyeretmu !" Cakra melepas paksa tangan Clara dari kakinya.
Akhirnya Clara benar-benar menangis dengan rasa kecewa. Dia menyeret tasnya keluar dari apartemen milik Cakra...