NovelToon NovelToon
Rembulan Yang Dilupakan

Rembulan Yang Dilupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Persahabatan / Fantasi / Fantasi Wanita / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Puvi

Dibesarkan oleh keluarga petani sederhana, Su Yue hidup tenang tanpa mengetahui bahwa darah bangsawan kultivator mengalir di tubuhnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kehancuran klannya, jiwanya runtuh oleh kesedihan yang tak tertahankan. Namun kematian bukanlah akhir. Ketika desa yang menjadi rumah keduanya dimusnahkan oleh musuh lama, kekuatan tersegel dalam Batu Hati Es Qingyun terbangkitkan. Dari seorang gadis pendiam, Su Yue berubah menjadi manifestasi kesedihan yang membeku, menghancurkan para pembantai tanpa amarah berlebihan, hanya kehampaan yang dingin. Setelah semuanya berakhir, ia melangkah pergi, mencari makna hidup di dunia yang telah dua kali merenggut segalanya darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Puncak Gunung dan Pengejaran yang Kacau

Sisa hari itu mereka habiskan untuk pemulihan total. Kaki mereka terasa seperti diisi batu panas dan jarum. Setiap gerakan menimbulkan erangan. Namun, dalam penderitaan bersama itu, ikatan mereka menguat. Mereka saling memijat otot betis dan paha yang keras seperti kayu, dengan tawa cekikikan setiap kali salah satu menjerit kesakitan.

"Astaga, Lanxi, pijatanmu lebih kejam daripada lari tadi!" keluh Xuqin, wajahnya meringis.

"Semakin sakit, semakin cepat sembuh! Kata nenekku!" bantah Lanxi dengan sok tahu, sambil menekan lebih keras, membuat Xuqin melompat.

Su Yue diam saja saat Lanxi memijat kakinya, menahan rasa sakit dengan gigi terkunci. Tapi di balik itu, ada kehangatan. Perhatian sederhana ini adalah bahasa kasih yang hampir terlupakan baginya.

Keesokan harinya, mereka bangun dengan tubuh masih pegal, namun jauh lebih baik. Setelah sarapan bubur hangat dan roti kukus dari Nyonya Wei, mereka memastikan token kayu aman, lalu berangkat. Matahari pagi masih rendah, menyinari kabut tipis di atas kanal-kanal Kota Mata Air.

Di jalan menuju gerbang utara kota, mereka melihat beberapa orang, kebanyakan remaja seusia mereka, juga berjalan dengan tujuan yang sama. Ada yang tampak percaya diri, ada yang gugup, ada yang ditemani keluarga.

"Permisi," sapa Xuqin kepada sekelompok tiga orang. "Apakah kalian juga menuju ujian Sekte Qingyun?"

"Siapa lagi kalau bukan?" jawab seorang pemuda dengan suara sedikit sombong. "Hari ini hari H. Kalian bertiga? Hati-hati jangan sampai menangis di tengah jalan nanti."

Lanxi ingin membalas, tapi Xuqin menarik lengannya. "Terima kasih atas peringatannya. Mari kita berjalan bersama, setidaknya sampai ke gerbang sekte."

Mereka pun bergabung dengan kelompok kecil itu, dan sepanjang jalan, semakin banyak peserta yang bergabung. Su Yue memperhatikan mereka. Banyak yang terlihat lebih siap secara fisik, dengan pakaian yang lebih baik dan senjata sederhana di pinggang. Dia merasa semakin kecil, namun token di sakunya memberi sedikit keyakinan.

"Kita sudah selesai ujian pertama, kan? Haruskah kita datang jam sepuluh seperti kata Paman Grey?" bisik Lanxi.

"Lebih baik menunggu di sana daripada terlambat dan kehilangan kesempatan," jawab Xuqin dengan bijak. "Kita lihat saja situasinya."

Setelah berjalan hampir satu jam, mereka akhirnya tiba di depan gerbang besar Sekte Qingyun. Gerbangnya terbuat dari kayu kuno yang kokoh, diukir dengan pola awan dan gunung. Di depannya terdapat lapangan batu besar yang sudah dipenuhi ratusan calon murid. Suasana hiruk-pikuk, penuh dengan suara bicara, teriakan, dan ketegangan.

Mereka berusaha mencari Paman Grey, tapi tidak melihatnya. Sebaliknya, beberapa orang yang mengenakan jubah resmi Sekte Qingyun berwarna biru-abu dengan lambang awan di dada sedang mengatur kerumunan.

Tiba-tiba, sebuah suara yang dalam dan berwibawa, diperkuat oleh Qi, menggema di atas lapangan.

"Diam!"

Semua orang terdiam. Di atas sebuah platform batu di depan gerbang, berdiri seorang pria paruh baya berjubah biru-abu lebih mewah, dengan janggut pendek yang rapi. Dan Su Yue, Xuqin, serta Lanxi terkesiap. Itu adalah Paman Grey! Tapi kini, dalam jubah resmi, dengan aura kewibawaan yang tak tertandingi, dia terlihat seperti orang yang sama sekali berbeda.

"Aku adalah Zhang Tianhe, Pemimpin Sekte Qingyun," perkenalannya membuat kerumunan bergemuruh. "Selamat datang, calon-calon murid. Ujian penerimaan hari ini terdiri dari tiga tahap."

Dia menjelaskan aturan ujian pertama: lari menuju sebuah tiang batu di lembah sebelah timur dan kembali, dalam waktu tertentu. Peserta yang menyelesaikannya akan mendapatkan token kayu untuk lanjut ke tahap dua.

"Mereka yang sudah memiliki token," lanjut Zhang Tianhe, dan matanya yang tajam seolah menyapu kerumunan dan berhenti sejenak di arah Su Yue dan kawan-kawan, "silakan menunggu di sisi kanan lapangan. Kalian tidak perlu mengikuti ujian ini."

Mereka bertiga menukar pandangan, lalu bergegas menuju area yang ditunjuk. Beberapa peserta melirik mereka dengan iri dan penasaran.

"Bagaimana mereka sudah punya token?"

"Mereka orang dalam?"

"Lihat,mereka cuma gadis desa..."

Su Yue mengabaikan bisik-bisik itu. Mereka berdiri di pinggir, menyaksikan ratusan peserta berbaris dan kemudian, atas perintah, berlari seperti kawanan kuda yang dilepaskan. Keributan, debu, dan teriakan memenuhi udara.

Kemudian, Zhang Tianhe mengangkat tangannya. Sebuah layar besar yang terbuat dari kabut dan cahaya spiritual terbentuk di udara, memperlihatkan gambar-gambar dari jalur lari tersebut. Tampak peserta yang jatuh, yang saling mendahului, yang menyerah. Tempatnya berbeda dengan Lembah Hijau, lebih berliku dan berbatu.

"Lihat, itu seperti ujian kita, tapi lebih parah," gumam Lanxi.

"Paman Grey... maksudku, Pemimpin Zhang, memang menguji hal yang sama: ketahanan dan tekad," kata Xuqin.

Mereka menunggu selama ujian pertama berlangsung. Sekitar sepertiga peserta tampak tersingkir, kembali dengan wajah pucat dan kaki gemetaran tanpa token.

Setelah semua selesai, matahari sudah cukup tinggi. Jam sepuluh hampir tiba.

Zhang Tianhe kembali berbicara. "Sekarang, untuk kalian yang memegang token, selamat. Kalian telah melewati tahap pertama. Tahap kedua dimulai sekarang."

Dia menunjuk ke arah gunung tinggi yang menjulang di belakang kompleks sekte, puncaknya masih diselimuti kabut. "Tujuan kalian adalah puncak Gunung Cakrawala. Kalian harus mencapainya sebelum matahari terbenam."

Suasana menjadi tegang. Itu gunung yang sangat tinggi.

"Perjalanan ini tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental kalian," peringat Zhang Tianhe, suaranya berat. "Di sepanjang jalan, para tetua sekte telah memasang formasi ilusi yang dapat menyesatkan. Hati-hatilah. Juga, ada binatang spiritual tingkat rendah yang berkeliaran. Mereka tidak terlalu kuat, tetapi bisa berbahaya jika kalian lengah."

Dia mengangkat token kayu di tangannya. "Jika kalian merasa tidak sanggup, hancurkan token ini. Itu akan memanggil penjaga ujian untuk menolong kalian. Tapi ingat, menghancurkan token berarti kalian gagal. Paham?"

"Paham!" jawab para peserta yang masih bertahan, kira-kira dua ratus orang, termasuk Su Yue dan kawan-kawan.

"Maka, mulai!"

Seperti air bah, para peserta berhamburan menuju kaki gunung. Banyak yang langsung berlari kencang, ingin memimpin, mengandalkan stamina awal mereka.

"Jangan terburu-buru," nasihat Xuqin. "Kita ikuti irama kita sendiri. Gunung ini tinggi, kita harus menghemat tenaga."

Mereka memutuskan untuk berjalan cepat di belakang, membiarkan kelompok terdepan menjauh. Beberapa peserta lain juga memilih strategi serupa, membentuk kelompok-kelompok kecil di belakang.

"Kalian pikir ini piknik?" sindir seorang pemuda yang lewat sambil berlari, melihat langkah santai mereka.

"Kami pikir ini ujian ketahanan, bukan lari sprint," balas Lanxi dengan pedas, membuat pemuda itu mendengus dan melanjutkan larinya.

Setelah berjalan sekitar dua jam, mereka mencapai kaki gunung yang sebenarnya. Jalannya mulai menanjak. Di sini, mereka mulai meningkatkan kecepatan, berlari kecil di tanjakan yang landai. Mereka mulai menyusul peserta-peserta yang terlalu bersemangat di awal dan kini terengah-engah, duduk di pinggir jalan.

Tiga jam kemudian, mereka sudah berada di bagian tengah gunung. Keringat membasahi tubuh mereka lagi, tetapi pernapasan mereka masih terkendali berkat strategi awal. Mereka memutuskan beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon besar, minum dari kantong air mereka.

Tak jauh dari mereka, sekelompok lima pemuda juga sedang beristirahat. Mereka terlihat kuat, dengan otot yang terbentuk. Saat melihat Su Yue, Xuqin, dan Lanxi mendaki dan kemudian berhenti di dekat mereka, salah satu pemuda itu mengerutkan kening.

"Lihat itu, perempuan-perempuan desa bisa sampai sejauh ini juga," gumamnya, cukup keras untuk didengar.

"Jangan remehkan mereka. Lihat, mereka tidak terlihat terlalu lelah," kata temannya.

Pemuda pertama itu membuang muka, sikapnya arogan. "Apa pun, mereka hanya akan jadi penghias di bagian bawah papan peringkat nanti. Jangan jadikan mereka rival."

Su Yue mendengar itu, tetapi hanya diam. Xuqin menarik napas, menahan emosi. Lanxi menggigit bibir, matanya menyala, tetapi dia ingat nasihat untuk tidak terpancing.

Setelah istirahat singkat, mereka bangkit dan melanjutkan perjalanan, meninggalkan kelompok pemuda itu di belakang. Su Yue bisa merasakan tatapan tajam di punggungnya.

Tak lama setelah mereka masuk ke bagian hutan yang lebih lebat, suasana tiba-tiba berubah. Suara binatang dan angin seolah meredam. Mereka berjalan dalam keheningan yang menegangkan.

"Kalian, ada yang merasa aneh?" tanya Xuqin, waspada.

"Seperti... kita berjalan di tempat," kata Lanxi, ragu-ragu.

Tiba-tiba, dari balik semak belukar di belakang mereka, muncul seekor makhluk. Itu seperti serigala, tetapi bulunya lebat dan keriting seperti domba, matanya bersinar merah. Binatang spiritual tingkat rendah: Serigala Bulu Domba. Ia menggeram, air liur menetes dari taringnya yang tajam.

Untuk sesaat, mereka semua membeku. Lalu, naluri paling dasar beraksi.

"AAAAAAAAHHHHH!!!!!"

Lanxi memekik dengan suara yang memecah kesunyian, lalu tanpa pikir panjang, dia berbalik dan berlari secepat mungkin ke arah depan, melewati Su Yue dan Xuqin.

Teriakan Lanxi itu seperti pemicu. Serigala itu melonjak, mengejar. Su Yue dan Xuqin, yang masih shock, langsung berlari mengikuti Lanxi, memaksimalkan kecepatan mereka. Ketakutan memberi mereka tenaga ekstra.

Wuss... Wuss... Wuss!

Tiga sosok melesat di jalan setapak seperti panah yang dilepaskan. Bukan lagi lari teratur, tapi lari panik.

Kebetulan, di depan mereka, kelompok lima pemuda tadi sedang berjalan santai, masih membicarakan tentang "perempuan-perempuan desa".

"Jadi, menurutku kita harus..." salah satu pemuda sedang berbicara, ketika tiba-tiba tiga bayangan melintas di samping mereka dengan kecepatan yang mencengangkan.

"APA?!" teriak pemuda arogan tadi.

Salah satu dari mereka menoleh ke belakang. Wajahnya langsung pucat. "SERIGALA BULU DOMBA! SI ANJING! MEREKA MEMANCING BINATANG ITU KE KITA!"

"BAJINGAN!" teriak yang lain. Mereka tidak punya pilihan lagi. Mereka juga berbalik dan berlari sekencang-kencangnya.

Adegan yang kacau balau pun tercipta. Di depan, Lanxi masih berlari sambil teriak-teriak tak karuan. Di belakangnya, Su Yue dan Xuqin berusaha mengejar, wajah penuh ketakutan dan sedikit marah pada Lanxi. Di belakang mereka, kelompok lima pemuda berlari dengan wajah marah dan ketakutan bercampur. Dan di paling belakang, Serigala Bulu Domba itu mengejar dengan geram, tergoda oleh sekumpulan mangsa yang banyak dan berisik.

"LANXI, JANGAN TERIAK! KAU MALAH MEMBUATNYA SEMAKIN GUSAR!" teriak Xuqin, napasnya tersengal.

"AKU TAKUT!!!!" teriak Lanxi balas, tanpa mengurangi kecepatan.

"LARI KE ARAH KIRI, ADA JALAN SEMPIT!" suara Su Yue tiba-tiba terdengar, lebih tenang dari yang dia kira. Insting bertahannya bekerja. Dia melihat celah di antara dua batu besar.

Mereka membelok ke kiri. Kelompok pemuda di belakang, melihat mereka berbelok, juga ikut membelok. "IKUTI MEREKA! MEREKA TAHU JALAN!"

"AKU TIDAK TAHU JALAN!" teriak Lanxi, masih memimpin.

1
Melvina Sary
Menangkan suyue
Melvina Sary
Gao Feng jahat
Melvina Sary
Hehee takut dia itu
Melvina Sary
Bagus kerjasamanya 🙏
Mistik 55
Good senior song
Mistik 55
Mantap thor lanjut
Melvina Sary
Lohh udah bab terakhir nya. Perasaan cepat banget. Satu kopi thor ☕
Puvi: Makasih kk🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Mari berangkat misi kedua 🏇
Melvina Sary
Gooooo misi kedua 💪
Melvina Sary
Mantap untuk permulaan 👍
Melvina Sary
Tetua aneh
Melvina Sary
Loh. Jumpa tuh orang
Melvina Sary
Mantap thor
HUOKIO
Bagus. Cepat up nya thor
Puvi: Makasih kak
total 1 replies
Melvina Sary
Seru banget ada komedi nya
Puvi: Makasih kakak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
UP lagi thor 👍
Melvina Sary
Mantap untung banyak
Mistik 55
Bagus banget 🙏
Puvi: Makasih kak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Pedagang Chen sangat baik☺️
Puvi: iya tuh
total 1 replies
Melvina Sary
Semakin seru thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!