NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: lala_syalala

Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.

Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.

Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.

Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!

FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PKCD BAB 5_Pertemuan di Lantai Eksekutif

Namun, Rendra kembali dengan ekspresi canggung. "Tuan, gadis itu menolak kompensasi uang. Dia hanya ingin memastikan flash drive ini aman. Dia ingin bertemu sebentar, mengucapkan selamat tinggal pada barang ini, katanya." ucap Rendra.

Mendengar penolakan kompensasi uang, alis Abimana terangkat. Itu adalah reaksi yang tidak terduga. Semua orang yang berinteraksi dengannya pasti mengharapkan uang.

"Suruh dia naik," perintah Abimana, sedikit tertarik.

"Di sini saja, Rendra. Jangan buang waktu saya." lanjutnya.

Rendra turun dan meminta Rania untuk ikut naik ke lantai eksekutif. Jantung Rania berdegup makin kencang.

Ia dibawa ke sebuah ruangan kantor yang sangat luas, dengan dinding kaca penuh yang menghadap langsung ke panorama kota Jakarta yang berdebu namun megah.

Di tengah ruangan itu, Abimana Sanjaya berdiri di samping meja kerjanya yang besar, membelakangi jendela, membuat siluetnya terlihat kuat dan tak terjangkit.

Ia sedang memegang flash drive perak itu, memutar-mutarnya dengan ibu jari.

"Tuan Abimana, ini Mbak Rania," kata Rendra singkat.

Rania menunduk hormat. "Selamat siang, Tuan. Maaf mengganggu waktu Anda."

Abimana menoleh. Mata cokelat gelapnya menatap lurus ke mata Rania. Tatapannya tidak lagi acuh tak acuh, melainkan penuh analisis dan evaluasi.

Ia melihat Rania dari ujung kepala hingga kaki, T-shirt abu-abu, celana training yang bersih, rambut diikat. Kesan pertama yaitu sederhana, tetapi matanya memancarkan ketulusan dan ketegasan.

"Terima kasih atas pengembaliannya," ucap Abimana. Suaranya formal, tanpa nada hangat.

"Rendra sudah bilang Anda menolak kompensasi uang. Mengapa?" tanya Abimana penasaran.

Rania memberanikan diri untuk mengangkat dagunya sedikit, menatap lurus ke Abimana.

"Karena niat saya datang ke sini bukan untuk mencari uang, Tuan. Niat saya adalah mengembalikan hak milik Anda. Itu bukan rezeki saya. Saya hidup dari rezeki yang saya cari dengan tangan saya sendiri, yaitu menjual cilok dan nasi uduk." ucapnya jujur.

Abimana terdiam. Penolakan ini, yang disampaikan dengan kesederhanaan dan keyakinan yang begitu kuat, adalah hal yang belum pernah ia temui dalam lingkaran sosialnya.

Orang-orang di sekitarnya selalu menjual apa pun demi uang, bahkan integritas mereka.

"Anda tahu betapa pentingnya isi dari benda ini?" tanya Abimana, mencoba menguji batas kejujuran Rania.

"Saya dengar dari Bapak Rendra tadi, bernilai jutaan dolar. Itu sangat besar, Tuan," jawab Rania jujur.

"Tapi sebesar apa pun nilainya, ia tetap milik Anda. Saya lebih menghargai tidur nyenyak karena tidak berbuat curang, daripada uang banyak yang didapat dari menahan hak orang lain."

Abimana mengangguk perlahan. Ini bukan kepolosan ini adalah prinsip yang kokoh.

"Baiklah. Kalau begitu, saya akan tetap menghargai usaha Anda. Saya tidak akan memaksa Anda menerima uang, tapi saya akan menghargai waktu dan biaya transportasi Anda," ujar Abimana.

Ia mengambil kartu nama dari meja kerjanya.

"Ini kartu nama saya. Kapan pun Anda atau keluarga Anda membutuhkan bantuan, apa pun itu bantuan medis, atau Anda ingin melanjutkan sekolah, anda bisa menghubungi Rendra. Ini bukan kompensasi, ini adalah hutang budi yang harus saya bayar atas nama perusahaan." ucap Abimana.

Rania ragu-ragu menerima kartu nama itu. Kartu nama itu tebal, berwarna hitam doff dengan tulisan emas yang sederhana.

"Terima kasih, Tuan Abimana. Saya hargai kebaikan Anda. Tapi saya harap saya tidak perlu menggunakannya. Saya bisa menjaga diri dan keluarga saya," kata Rania, menolak halus tawaran bantuan yang lain.

Abimana menyipitkan mata. Menarik. Gadis ini tidak hanya miskin harta, tetapi juga kaya akan harga diri.

"Semoga dagangan Anda laris," tutup Abimana, mengakhiri percakapan. Ia tidak tersenyum. Senyum adalah kemewahan yang ia simpan sangat rapat.

Rania membungkuk sekali lagi. "Terima kasih, Tuan Abimana. Saya permisi."

Saat Rania berjalan keluar, ia sempat melirik sekilas ke meja kerja Abimana. Ia melihat sebuah bingkai foto kecil.

Di dalamnya, ada foto Abimana saat masih kecil, sekitar usia tujuh tahun, dengan senyum yang sangat lebar, berdiri di samping ayahnya. Senyum itu menghilang sepenuhnya di wajah Abimana dewasa.

Rania meninggalkan gedung S.T.G. Group dengan perasaan campur aduk. Ia telah berhasil menjalankan misinya, tetapi ia juga telah bertemu dengan seorang pria yang hidup dalam dunia yang sangat berbeda, dunia yang terbuat dari kaca, angka, dan kebekuan emosi.

Sambil berjalan kembali ke pangkalan ojek, Rania meremas kartu nama hitam di sakunya. Ia tahu, ia mungkin tidak akan pernah menelepon.

Tetapi ia juga tahu, ia telah meninggalkan jejak kejujuran yang samar namun tak terlupakan di benak Abimana Sanjaya.

Garis batas antara dunia mereka sudah ditarik. Namun, seperti magnet yang berlawanan kutub, perkenalan singkat ini telah menciptakan potensi ketertarikan yang tak terelakkan.

Malam di Penthouse dan Keheningan yang Mewah**

Malam telah menyelimuti Jakarta. Dari lantai ke-45 penthouse mewah milik Abimana Sanjaya, pemandangan kota terlihat seperti permadani bertabur jutaan berlian kuning dan putih yang berkelip.

Apartemen ini sangat luas, dirancang dengan gaya minimalis modern, didominasi warna monokrom, abu-abu, hitam, dan putih. Semuanya bersih, rapi, dan hening. Terlalu hening.

Abimana duduk di kursi ergonomis di depan jendela, menikmati single malt whisky di tangan kanannya.

Di depannya, laptop tipis menyala, menampilkan bagan saham dan laporan laba-rugi kuartalan S.T.G. Group.

Ia telah menghabiskan lima jam terakhir untuk menganalisis data, mencoba melupakan kekacauan pagi tadi dan pertemuan singkatnya dengan seorang gadis penjual cilok.

Namun, fokusnya malam ini rapuh. Setiap kali ia mencoba memvisualisasikan angka, yang muncul justru kilasan mata tulus dan tegas dari Rania.

'Saya lebih menghargai tidur nyenyak karena tidak berbuat curang, daripada uang banyak yang didapat dari menahan hak orang lain.'

Kata-kata itu terus terngiang di benaknya, sebuah anomali dalam dunianya yang serba terukur dan pragmatis.

Abimana hidup di tengah orang-orang yang hanya bicara tentang untung rugi, komisi, dan persaingan.

Kejujuran Rania yang polos, yang menolak uang demi prinsip, adalah variabel tak terduga yang ia tidak tahu bagaimana harus memprosesnya.

Ia bahkan merasa sedikit malu karena sempat menawarkan sejumlah uang kompensasi kepadanya.

Ia meraih kartu nama yang ia berikan pada Rania. Kartu nama hitam itu kini terasa seperti janji yang ia berikan, sebuah pintu yang ia buka, yang seharusnya tidak pernah terbuka.

"Rania Kirana," gumamnya pelan, membaca nama yang sempat ia cari di data lobi karyawan setelah Rania pergi.

Hanya nama, tidak ada riwayat pekerjaan, tidak ada latar belakang formal. Hanya gadis yang hidup dari keringat menjual makanan.

Abimana menghela napas, lalu membuang pikiran itu ke samping. Ada masalah yang jauh lebih mendesak yang harus ia hadapi keluarga.

.

.

Cerita Belum Selesai.....

1
In
ngapain ngomong soal jaminan kesehatan ibumu Rania... hedeh... 🤦
Sweet Girl
kamu belajar kehidupan sama Rania, Abi...
dia guru terbaik dalam kehidupan.
Sweet Girl
Naaaah, bahagia Ndak...???
Sweet Girl
Bukannya di lantai 45 ya...🤔
Sweet Girl
Emang kenapa...???
Sweet Girl
Taktik apa tiktok...
Sweet Girl
Emang njaluk di cabut gigine, Bu Wati ini ya...
Sweet Girl
Bwahahaha sing gak betah itu saat jadi tetangga mu, Bu Wati...
ayak ayak wae...
Sweet Girl
👏👏👏👏👏👏👏
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Rania dan Abimana sudah bisa saling menerima, tetap jadi pribadi yang jujur dan berintegritas Rania
Sweet Girl
Meyakinkan dengan pelanggaran Pasal 7.
Sweet Girl
Lho lho lho ... Pelanggan Pasal 7 ini...🤪
Sweet Girl
Formal banget deh...
Lusi Hariyani
nah gitu dong adem...sm2 cinta tp gengsi
Sweet Girl
Good job...
Sweet Girl
Menggigil 🤣
Sweet Girl
Aamiin
Sweet Girl
Good, harus ada perlindungan
Sweet Girl
Demi Ibu, kendurkan sedikit idealisme mu Ran...
Mar lina
akhirnya Abi mencurahkan isi Hatinya ke Rania, cinta Rania tidak bertepuk sebelah tangan... lanjut Thor ceritanya
di tunggu updatenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!