NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:74
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Dania, dimana kamu sebenarnya? Kenapa tidak ada sama sekali tanda-tanda mengenai dirimu? Aku sudah mencarimu ke segala penjuru, tapi tidak pernah bisa menemukanmu."

Saat ini Dara baru saja sampai di kantor dan ingin sarapan, dia pun pergi ke kedai Bi Sarah. Tempat biasa tim detektif makan-makan bersama. Sampai di depan pintu, Dara menghentikan langkahnya dan melihat foto putri Bi Sarah yang terpampang di pintu kaca tersebut. Dara menatap selebaran foto itu dengan tatapan dalam, sembari bergumam. Dia juga berpikir, kenapa bisa Dania tidak ditemukan sampai saat ini, padahal usahanya dan seluruh tim sudah sangat maksimal untuk bisa mencari tahu keberadaannya. 

"Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu?" tanya Bi Sarah sembari membuka pintu kedainya.

"Tidak apa-apa," jawab Dara dengan cuek.

Dara pun segera masuk dan duduk. Bi Sarah juga segera menyajikan nasi goreng dan telur gulung, salah satu makanan yang biasa dipesan Dara saat sarapan di kedai tersebut.

"Apa anda memang sudah menyiapkannya tadi?" tanya Dara.

"Tentu saja, aku tahu saat kamu mengerjakan satu kasus yang sangat sulit dipecahkan, kamu tidak akan bisa tidur dan tidak akan pernah makan di rumah," jelas Bi Sarah yang kemudian ikut duduk di hadapan Dara. Sehingga mereka sekarang hanya terhalang sebuah meja saja.

Dara mengulas senyum, dia segera mengambil sendok dan garpu yang memang sudah selalu tersedia di atas meja. "Ngomong-ngomong, ini undangan apa ya?" tanya Bi Sarah sembari menyerahkan satu lembar kertas berukuran A4 pada Dara. Dara pun menerima kertas tersebut dan membacanya, terpampang nama perusahaan kakaknya di kertas itu, Dara segera membaca seluruh isinya dengan seksama.

"Emb... ternyata ini yang dibicarakan oleh orang tuaku malam itu, bahwa kakak akan meluncurkan produk baru," gumam Dara dengan suara lirih, tapi suara tersebut masih bisa didengar oleh Bi Sarah.

"Ini hanya sebuah undangan acak Bi. Bibi bisa datang ke perusahaan untuk menjadi juri. Mereka nanti akan mengeluarkan beberapa produk, bisa dikatakan sebuah sampel, mereka akan menyuruh juri untuk mencobanya, setelahnya, nanti makanan yang mendapatkan suara terbanyak akan diproduksi. Bisa jadi nanti Bibi juga akan mendapatkan beberapa makanan tersebut secara gratis dalam jumlah yang banyak. Lumayan kan, nanti bisa Bibi jual di kedai Bibi." Dara menjelaskan semuanya dengan sangat detail.

"Bukankah ini perusahaan besar? Kenapa mereka mengundangku?" tanya Bi Sarah.

"Sepertinya mereka ingin tahu selera dari semua kalangan masyarakat. Jadi bisa dengan mudah bagi mereka untuk mengembangkan makanan baru, yang pasti akan disukai oleh semua orang," jawab Dara.

"Bibi datang saja, kapan lagi Bibi bisa melihat perusahaan mereka," ucap Dara.

"Aku mana ada aku waktu untuk datang ke tempat seperti itu," jawab Bi Sarah.

"Cobalah sekali-sekali Bibi keluar dari kedai, jangan terus mengurung diri," ucap Dara.

"Aku setiap hari pulang. Apa kamu pikir aku juga tidur di sini?" sanggah Bi Sarah.

"Memang pulang, tapi Bibi pulangnya selalu larut malam, cobalah beristirahat sehari dan tutup lebih awal, agar Bibi juga bisa menjaga kesehatan Bibi," ucap Dara dengan penuh perhatian.

"Kenapa kamu tidak mengatakan hal itu pada dirimu sendiri saja," ejek Bi Sarah.

"Aku kan masih muda, aku masih harus mengembangkan terus potensiku. Apalagi kalau ada kasus yang belum terpecahkan seperti ini, yang lebih parah lagi, tersangka malah menuduhku yang telah melakukan pembunuhan. Padahal aku tidak mengenal mereka semua." Lagi-lagi Dara terus menyanggah ucapan Bi Sarah.

"Bagaimana juga aku bisa tidur dengan nyenyak kalau seperti itu," imbuh Dara.

"Itulah, bagaimana bisa aku tidur dengan nyenyak, jika aku masih belum bisa menemukan anakku yang sangat malang," ucap Bi Sarah dengan tatapan sendu. Suasana pagi itu pun menjadi cukup emosional.

"Tenang saja Bi, meskipun kami menangani banyak kasus, kami juga masih tetap mencari Dania. Jadi Bibi berdoa saja, kita yang akan terus berusaha," ucap Dara sembari mengelus lembut punggung tangan Bi Sarah. Hal yang tidak pernah sama sekali dia lakukan terhadap orang tuanya.

"Ya, aku tahu, aku sangat percaya pada kalian," ucap Bi Sarah yang berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh, beliau tahu benar bahwa saat ini pun Dara juga tengah memikul masalah yang cukup serius.

Dara segera beranjak dari kursi dan pergi ke dapur, Bi Sarah pun hanya bisa memandangnya, karena memang sudah biasa para detektif itu masuk ke dapur hingga ke tempat cuci piring. Biasanya jika jam kerja sudah selesai dan tidak ada kasus yang mereka tangani, mereka akan bantu-bantu di kedai Bi Sarah. 

"Ayo kita sarapan sama-sama Bi," ucap Dara seraya menghidangkan nasi goreng satu piring di hadapan Bi Sarah.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Bi Sarah dengan tersenyum malu.

"Aku tahu pasti Bibi belum sarapan kan?" tanya Dara.

"Bukankah aku sudah mengatakannya kepada Bibi berkali-kali, bahwa Bibi bisa menganggap aku sebagai Putri pengganti, sepertinya usia Putri Bibi sepantaran denganku kan, jadi mari kita sarapan bersama pagi ini, layaknya Ibu dan anak," jelas Dara yang seketika membuat Bi Sarah mengulas senyum.

Mereka berdua pun segera sarapan nasi goreng bersama, sembari mengobrolkan hal lain yang lebih ringan.

***

"Kenapa Pak Tama tiba-tiba dipindahkan? Bukankah kasus ini kita yang menangani?" tanya Dara dengan kesal.

Tepat saat Dara selesai sarapan di kedai Bi Sarah, dia mendapatkan pesan dari Pak Tedi yang menginformasikan, bahwa Pak Tama akan dipindahkan. Buru-buru Dara segera pergi ke kantor untuk menemui Pak Tedi.

"Entahlah, ini perintah langsung dari Pak Bagas," jawab Pak Tedi sembari menghembuskan nafas kasar.

"Apa kita berjalan sangat lambat sekali di kasus ini?" tanya Dara.

"Sepertinya tidak, tidak sampai dua pekan kita sudah menangkap si pelaku dan menemukan rekaman tersebut, meskipun melalui link yang misterius, tapi kita berhasil meringkusnya dengan bukti. Kita tidak menangkapnya hanya berdasarkan asumsi," jelas Pak Tedi.

"Lalu kenapa tiba-tiba Pak Tama dipindahkan seperti ini?" Dara bertanya dengan tetap menggunakan nada kesal.

"Kita ikuti saja dulu prosedurnya," sahut Dani.

"Apa mungkin kemarin waktu interogasi lanjutan, mereka menemukan sesuatu?" tanya Tara.

"Tidak ada, aku sudah melihat semua rekaman interogasi itu," jawab Pak Tedi.

"Atau mungkin mereka tidak mendapatkan hasil yang mereka inginkan, jadi mereka ingin mengerjakan kasus ini sendiri?" gumam Pak Tedi.

"Ah... entahlah." Pak Tedi mulai pusing, dia memegang tengkuknya dan memutar beberapa kali kepalanya, agar otot-ototnya sedikit meregang. Anggota yang lain pun hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

Bugh.

Dara segera melemparkan tubuhnya di atas sofa panjang dengan sedikit keras. "Jangan membuat keributan," ucap Pak Tedi sembari melihat ke arah Dara.

"Dani, pastikan kamu menjaganya," ucap Pak Tedi yang kemudian segera duduk di kursinya. Dara hanya bisa memainkan bibirnya dengan membentuk kerucut, karena kesal dengan semua keadaan.

"Tidak biasanya Pak Bagas ikut campur dan bertindak seperti ini," ucap Dara seraya memainkan ponselnya.

"Aku juga sedikit heran, biasanya tim kita yang selalu dipercaya olehnya," sahut Pak Tedi.

"Sepertinya beliau memang terlalu ikut campur dalam kasus kali ini," gumam Dani.

"Mungkin karena hasil interogasi yang pertama dan kedua, dia tetap mengatakan bahwa pelakunya adalah salah satu dari anggota tim kita, maka memang sudah seharusnya kelompok lain yang mengerjakan kasus ini," ucap Tara.

"Kenapa kamu selalu memojokkan Dara hanya berdasarkan asumsi penjahat seperti itu!" kesal Dani. Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya saat ini.

"Aku tidak berasumsi, aku hanya mengatakan yang masuk akal saja, saat Pak Tama diinterogasi oleh orang lain pun hasilnya sama. Bukankah seharusnya kita juga ikut menyelidiki salah satu anggota tim kita?" Tara terus saja menggiring opini.

Bugh.

"Aku tahu, bahwa kamu adalah seniorku, tapi ingat juga kalau Dara adalah seniormu!" sentak Dani sembari menepuk dada Tara dengan keras.

"Maksudku, kita harus membuktikan bahwa Dara tidak bersalah, maka dari itu kita harus melakukan penyelidikan padanya," ucap Tara yang juga mulai tersulut emosi.

Tap.

Dara segera beranjak dari tidurannya dan meraih pergelangan tangan Dani yang mulai berjalan terus mendekat ke arah Tara, sehingga Dani pun menghentikan langkahnya.

"Oke, lakukanlah yang harus dilakukan, mulailah melakukan penyelidikan padaku. Selagi kamu menyelidiki, aku juga akan terus mencari kebenaran," ucap Dara yang kemudian berjalan ke arah mejanya. 

Dani pun juga segera mundur, dia juga duduk di kursinya sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, juga memainkan jari-jarinya di atas meja, agar pikirannya bisa lebih santai.

***

Kriing ....

30 menit kemudian, telepon Pak Tedi berdering, Pak Tedi yang sedang fokus melihat laptop pun segera menjawab panggilan telepon tersebut.

"APA?" pekik Pak Tedi seraya beranjak dari duduknya.

"Bagaimana bisa itu terjadi?" 

Tut.

Pak Tedi segera mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon. "Ayo bergegas, Pak Tama kabur," ucap Pak Tedi pada timnya.

Dara, Dani, dan Tara pun segera mengambil jaket yang mereka letakkan di sandaran kursi mereka masing-masing, lalu bergegas mengekor di belakang Pak Tedi. "Bagaimana bisa?" tanya Dara, seraya mereka terus berjalan menuju ke parkiran mobil.

"Mana aku tahu, tadi aku langsung menutup teleponnya. Lebih baik kita segera menuju ke lokasi saja," jawab Pak Tedi.

Mereka berempat pun segera pergi ke lokasi menggunakan satu mobil, yaitu mobilnya Pak Tedi, dan Tara yang mengemudi. Dengan memasang sirine polisi, mereka pun bisa sampai di lokasi kejadian dengan cepat serta tanpa terhalang macet di sepanjang jalan. 

Saat mereka sampai di lokasi, tempat tersebut sudah porak-poranda, mobil polisi yang mengangkut Pak Tama terguling dan ada beberapa anggota kepolisian yang terluka. Beruntung saat itu tidak ada korban jiwa, semua orang segera turun dari mobil dan lekas mengintrogasi semua anggota kepolisian tersebut, sementara Dara pergi ke mobil yang sudah terguling di tengah jalan.

Dara melipat kedua tangannya di depan dada, seraya melihat seluruh inci demi inci bagian mobil, hingga dia menemukan borgol yang masih melekat di teralis besi yang ada di dalam mobil tersebut. Dara berjalan mendekat dan memperhatikan borgol itu, ternyata tidak ada kerusakan, yang artinya borgol itu tidak dibuka dengan paksa, melainkan menggunakan kunci, tapi Dara tidak bisa menemukan satu borgol lagi yang memborgol kaki Pak Tama. 

Setelah puas melihat isi mobil, Dara mencoba berjalan ke arah depan, yaitu ke kursi pengemudi, dia melihat ada beberapa bercak darah disana. Mungkin itu darah milik salah satu anggota polisi yang terluka, lalu Dara mencoba melihat ke arah aspal dan mencari jejak yang mungkin tertinggal, cukup lama Dara memperhatikan sekeliling, hingga akhirnya Dara menemukan jejak sepatu, sayangnya jejak sepatu tersebut berhenti di pinggir trotoar. Jejak tersebut hilang begitu saja.

Dara juga sempat mencari ke semak-semak di sebelah trotoar, mungkin saja ada sepatu yang dibuang atau apapun yang bisa untuk dijadikan petunjuk, tapi ternyata dia tidak menemukan apapun. Tidak ada hal dari tubuh Pak Tama yang terjatuh, ataupun petunjuk lainnya.

Dara mengedarkan lagi pandangannya ke sekeliling dan mencoba mencari keberadaan CCTV jalan, yang mungkin bisa mereka periksa untuk mencari petunjuk tentang Pak Tama.

Setelah Dara menemukan beberapa titik CCTV, Dara pun kembali ke teman-temannya. "Bagaimana?" tanya Dara pada timnya.

"Ada sebuah mobil yang tiba-tiba menghadang dan menabrak mobil mereka, sehingga mereka semua terguling. Saat mereka mengeluarkan Pak Tama dari dalam mobil, tiba-tiba ada satu mobil lagi yang bergerak dengan cepat membawa Pak Tama masuk ke mobil tersebut," jelas Pak Tedi dengan singkat.

"Hmb, jadi mereka adalah sebuah sindikat," ucap Dara.

"Bisa jadi," ucap Pak Tedi.

"Dan apa kamu tahu?" Dara segera melihat ke arah Pak Tedi.

"Mobil yang membawa Pak Tama berwarna abu-abu." Pak Tedi melanjutkan ucapannya.

"Dan mobilku sedang terparkir di kantor polisi," timpal Dara.

"Apa kamu sudah puas?" tanya Dani pada Tara. Tara pun hanya diam saja saat ini.

"Jadi borgol itu dibuka oleh anggota, karena ingin mengeluarkan Pak Tama. Lalu jejak sepatu itu? Jejak siapa?" monolog Dara dalam hati sembari terus memandangi aspal. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!