NovelToon NovelToon
KIM HYUN: BUSAN UNDERGROUND STUDENT

KIM HYUN: BUSAN UNDERGROUND STUDENT

Status: sedang berlangsung
Genre:Preman / Mafia
Popularitas:382
Nilai: 5
Nama Author: ilwa nuryansyah

menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Kim Hyun berjalan menjauh dari gang yang kacau, meninggalkan para berandalan Geng 1-B untuk merawat luka-luka mereka sendiri. Sekitar dua puluh menit berjalan kaki membawanya ke sebuah distrik perumahan modern.

Apartemen sewaannya berada di lantai lima sebuah gedung tinggi. Begitu masuk, kontrasnya sangat mencolok.

Apartemen itu lumayan luas, dengan luas sekitar $110\text{ meter persegi}$, terasa mewah namun sederhana. Terdapat tiga kamar tidur—satu kamar utama, satu kamar belajar, dan satu kamar tamu—serta dua kamar mandi. Furniturnya minimalis, didominasi warna kayu terang dan putih, tetapi semua peralatan elektronik tampak baru dan mahal.

Ini aneh, batin Hyun. Kedua orang tuanya, Kim Tae-san dan ibunya, adalah petani yang tinggal di wilayah Chunryang, daerah pinggiran kota yang tenang, bekerja keras di perkebunan sayuran. Dari mana uang sebanyak ini untuk menyewa apartemen di Busan? Hyun tidak pernah mendapat jawaban yang jelas, dan setiap kali ia bertanya, ayahnya selalu mengalihkan pembicaraan.

Pertama dan yang terpenting: mandi.

Hyun segera melepas seragamnya yang kotor dan bau keringat. Beberapa menit kemudian,

ia keluar dari kamar mandi, mengenakan celana panjang training hitam biasa dan kaos putih polos, dengan handuk kecil tergantung di lehernya. Aroma sabun dan kesegaran langsung menghilangkan sisa-sisa debu gang.

Ia menjatuhkan tubuhnya ke kasur di kamar utama. Kasurnya empuk, bantalnya tebal. "Ah, inilah yang dinamakan kedamaian," gumamnya, memejamkan mata, menikmati istirahat sejenak yang sudah lama tertunda.

Kring! Kring!

Bunyi dering ponselnya yang diletakkan di meja belajar memecah keheningan yang baru dinikmatinya selama dua menit. Hyun menghela napas panjang, kesal karena istirahatnya terganggu.

Dengan malas, ia berjalan ke meja. Tanpa melihat nama penelepon di layar, ia langsung menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinganya.

"Ya? Maaf, Anda salah nomor," ujar Hyun dengan nada bosan.

Seketika, terdengar suara teriakan keras, serak, dan penuh amarah dari balik telepon, membuat Hyun harus menjauhkan ponsel dari telinganya.

"DASAR BOCAH TOLOL! INI AYAHMU! BERANI-BERANINYA KAU BILANG SALAH NOMOR?!"

Hyun tersentak. Ia cepat-cepat melihat layar ponselnya. Benar, itu nomor ayahnya, Kim Tae-san.

"A-ayah? Maaf, Ayah! Aku sedang mengantuk!" Hyun segera meminta maaf, sambil duduk di kursi belajar.

"Mengantuk? Kau pikir Ayah tidak tahu kau baru selesai berkelahi? Itu sudah pasti membuat matamu terbuka lebar, bodoh!" balas Kim Tae-san.

"Aku janji, Ayah, itu hanya... pertengkaran kecil di jalanan. Sudah lama tidak berolahraga!" Hyun mencoba berkelit.

"Kecil? Kudengar kau merobohkan lima orang sekaligus, termasuk 'Botak Peluncur Roket' itu! Sudah kucari tahu tentang geng Kelas 1. Jangan berbohong padaku, Kim Hyun! Ototmu mungkin terlatih, tapi otakmu masih seperti udang!"

"Baik, baik, aku minta maaf. Bagaimana kabar Ayah dan Ibu? Apakah panen sayuran bagus di Chunryang?" Hyun mencoba mengubah topik dengan nada ceria.

"Panen bagus, apanya! Sayuran di sana layu karena harus menghadapi cuaca dingin. Sama sepertimu, tidak tahan banting! Kenapa kau tidak pernah bertanya tentang ujianmu?"

"Ayah, aku baru dua hari sekolah!"

Pertengkaran mereka seperti ritme jazz yang kacau—saling mencela, tetapi di bawahnya ada nada kasih sayang yang dalam.

Setelah beberapa menit pertengkaran konyol, Hyun kembali ke pertanyaan yang selalu mengganggunya.

"Ayah," kata Hyun dengan nada yang lebih serius. "Kenapa Ayah memaksaku pindah ke Central Sport Busan? Ayah tahu aku hanya ingin sekolah normal. Ini sekolah penuh kekerasan dan atlet. Aku sudah bilang aku ingin tenang. Lagipula, dari mana Ayah dapat uang untuk sewa apartemen di sini?"

Terdengar helaan napas panjang dan berat dari Ayahnya di ujung telepon. Suaranya menjadi sedikit lemah dan jauh—suasana yang jarang terjadi pada Kim Tae-san.

"Kenapa? Apa ada masalah dengan sekolah itu, Nak?" tanya Ayahnya.

"Tidak, tidak ada. Hanya penasaran saja," jawab Hyun cepat.

"Baiklah," kata Kim Tae-san dengan nada yang semakin rendah. "Alasan Ayah memasukkanmu ke sekolah itu adalah..."

Jeda yang disengaja. Hyun mencondongkan tubuh ke depan, jantungnya berdebar.

"...adalah karena kau BOCAH TOLOL YANG SANGAT BODOH!" teriak Kim Tae-san tiba-tiba dengan volume maksimal.

"Ayah! Kenapa teriak?!" teriak Hyun.

"KARENA KAU HARUS BELAJAR! BELAJAR KERAS! KENAPA AKU MENGELUARKAN BANYAK UANG, AGAR KAU BISA MENJADI SAMPAH MASYARAKAT SEPERTI ANAK-ANAK GENG ITU?! KAU MEMALUKAN AKU, ANAK HARAM! AKU AJARI CQC BUKAN UNTUK MEMUKULI BOCAH SMA, TAPI UNTUK MENJAGA DIRI!"

"Ayah! Siapa yang Ayah bilang anak haram?! Aku anak Ayah! Dan Ayah tahu aku tidak bisa diam saja melihat bully! Lagipula, Ayah yang mengajariku agresi yang efisien!" balas Hyun, tidak mau kalah.

Pertengkaran berlanjut selama beberapa menit, keduanya saling melempar umpatan sayang yang keras, hingga keduanya sama-sama kelelahan dan terdiam.

"Dengar, Nak," kata Ayahnya, suaranya kembali lelah. "Rajin-rajin belajar. Jangan buat masalah besar. Ayah dan Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Ya, Ayah. Aku mengerti," Hyun mengangguk, meskipun ia tahu ia tidak bisa berjanji.

"Ibumu sedang pergi ke pasar. Kapan-kapan kalian bicara. Sampai jumpa, Nak. Ingat, rajin belajar kau," tutup Ayah.

KLIK. Telepon ditutup secara sepihak, khas Kim Tae-san.

Hyun meletakkan ponselnya di meja, bersandar, dan menghela napas dalam-dalam. Ia memejamkan mata, dan ingatan akan wajah berlumuran darah Jin Woo-jin dan rintihan Kang Min-soo kembali terlintas.

Hyun menatap langit-langit.

"Sangat tidak mungkin aku bisa belajar dengan rajin di sekolah itu," gumam Kim Hyun, senyum sinis namun putus asa terukir di wajahnya.

Ia tahu, dia berada di Central Sport Busan bukan karena nilai akademik, melainkan karena alasan yang jauh lebih dalam, dan Ayahnya menyembunyikannya dengan sangat baik.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!