Raisa tidak menyangka bahwa hidup akan membawanya ke keadaan bagaimana seorang perempuan yang menjalin pernikahan bukan atas dasar cinta. Dia tidak mengharapkan bahwa malam ulang tahun yang seharusnya dia habiskan dengan orang rumah itu menyeretnya ke masa depan jauh dari bayangannya. Belum selesai dengan hidup miliknya yang dia rasa seperti tidak mendapat bahagia, malah kini jiwa Raisa menempati tubuh perempuan yang ternyata menikah tanpa mendapatkan cinta dari sang suami. Jiwanya menempati raga Alya, seorang perempuan modis yang menikah dengan Ardan yang dikenal berparas tampan. Ternyata cantiknya itu tidak mampu membuat Ardan mencintainya.
Mendapati kenyataan itu Raisa berpikir untuk membantu tubuh dari orang yang dia tempati agar mendapatkan cinta dari suaminya. Setidaknya nanti hal itu akan menjadi bentuk terima kasih kepada Alya. Berharap itu tidak menjadi boomerang untuk dirinya. Melalui tubuh itu Raisa menjadi tahu bahwa ada rahasia lain yang dimiliki oleh Ardan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eloranaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Terima Kasih, Ardan
Terlalu banyak yang dipikirkan.
Raisa malam ini kembali ke dalam kamar seusai mendengarkan cerita Bibi. Antara menyangka dan tidak setelah mendapati kebenaran yang tak pernah terpikirkan olehnya. Setiap orang memang punya kisah hidupnya masing-masing.
Jemari Raisa menjepit kartu ATM di antara jari telunjuk dan tengahnya. Dia membolak-baliknya, melihat berulang kali.
"Ya, benar. Si Ardan ini benci tapi belum sepenuhnya. Masih bisa diperbaiki," gumamnya sendirian.
Malam ini lagi-lagi kamar kembali kosong dan hanya ada diri Raisa seorang. Dia lantas menanggalkan pakaiannya dan segera berderap untuk mandi. Sungguh hari yang memenatkan.
"Mulai dari mana ya gue nanti?" Di sela mandinya dia memikirkan berbagai skenario yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan yang belum lama dia deklarasikan. "Alya asli aja masih belum bisa, apalagi gue yang tanpa pengalaman gini," gerutunya pelan dan mulai dengan benar menggosok badan hingga bersih.
****************
Pagi hari dengan suasana hati berat karena harus pergi bekerja, sebagai Alya, dengan kemampuan yang sangat buruk baginya jika dibandingkan dengan pemilik asli tubuh yang dia tempati Raisa berjalan gontai untuk membersihkan wajahnya. Tetapi kali ini sedikit berbeda, dia bangun lebih pagi dari kemarin dan menuruni tangga.
Hari ini lagi-lagi dia tidak menjumpai Ardan di rumah. Entah ke mana lelaki itu, padahal tinggal dalam satu rumah yang sama tetapi untuk bertemu saja sangat jarang.
Raisa meluncur ke dapur dan melihat pelayan yang semalam dia ajak bicara ada di sana. Dia menyapanya.
"Eh, Non Alya. Selamat pagi juga. Ada perlu apa, Non? Biar Bibi bantuin."
"Mau bikinin Ardan bolu, Bik. Tapi nggak perlu dibantuin, sih." Raisa menjawab dengan dirinya yang sudah menyibukkan diri mencari bahan-bahan untuk membuat bolu disepanjang kabinet dapur. "Nanti saja aku nitip ke Bibi buat kasih ke Ardan yaaa?"
Permintaannya mendapat persetujuan. Raisa dengan hati ringan mulai meracik bahan-bahan untuk membuat bolu. Wadah berukuran sedang dia isi dengan tepung terigu, telur, pengembang, dan pasta cokelat. Tangannya begitu terampil dari menguleni sampai memindahkannya ke loyang.
Di sela menunggu bolu matang dia menyempatkan diri untuk membersihkan diri dan bersiap-siap. Dengan kondisi fisik siap dia baru menyusun hasil masakannya untuk dimasukkan ke dalam kotak polos.
Raisa meraih secarik sticky note yang ada di kamar dan menuliskan satu kalimat: terima kasih, Ardan. Kemudian menempelkannya di atas penutup kotak.
"Bi, ini ya saya nitip nanti kalau ketemu Ardan tolong kasihin ke dia." Bibi mengangguk-angguk, dia menerimanya dengan senang hati.
Setelah merasa bolu yang dia buat selesai Raisa segera melesat pergi. Sibuk mengurusi dirinya sendiri. Dia akan bekerja lagi, meskipun dalam kemampuan pas-pasan tapi dia sepanjang malam sebelum tidur berusaha mencoba untuk melatih dirinya berpose di depan cermin panjang yang ada di kamar. Meskipun belum puas dan dia yakin mengenai apa yang dia tunjukan masih jauh dari kemampuan asli Alya tetapi dia merasa cukup lebih baik daripada saat dia bergaya untuk yang pertama kalinya, sungguh, jika bisa Raisa ingin melupakan kejadian itu.
Wajah Alya dan tubuhnya benar-benar memberikan kontribusi besar. Dia cukup melatih agar tidak kaku dengan tubuh indah tersebut.
...****************...
Semenjak dari menyibukan diri di Starlit Raisa sudah membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagus karena tindakannya pagi tadi, akan tetapi ternyata ketika dia pulang di sore hari dia mendapatkan kabar dari pelayan yang diberi tugas untuk menyerahkan bolu buatannya dan mengatakan bahwa Ardan menolaknya, bahkan melihat saja tidak. Justru mengatainya kalau makanan tersebut sudah pasti beli dan tak tahu malu untuk mengakui sebagai buatannya.
Memang Bibi sangat tidak tedeng-aling menyampaikan sesuatu.
Mendengar itu hati Raisa mencelos. Dia menerima sekotak yang masih sama baik isi dan bentuknya, tidak ada berkurang maupun penyok sedikitpun. Raisa membawanya kembali ke dalam kamar.
"Kenapa, sih, gitu banget jadi orang?" Dia menatap sebal sekotak bolu menggiurkan yang sudah dia potong-potong seukuran satu gigit.
"Padahal enak gini, loh. Manusia bisa ya sejahat itu?" Raisa mendengkus sebal lalu mencomot sepotong bolu cokelat dengan lapisan cream oles dan parutan keju. Dia menikmatinya beberapa gigit sendirian, memuji bakatnya sendiri. Beberapa kali juga terkagum dengan rasanya, benar-benar sesuai ekspektasi. Tetapi sayang, Ardan tidak merasakannya. "Rugi banget nggak bisa rasain masakan gue tuh cowok belagu."
...****************...
