Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenalan Baru
"Kita mau mulai cari orang itu dimana, Wo?" ucap seorang pria dewasa yang usianya diperkirakan sudah mencapai lebih dari tiga puluh tahun. "Kita benar-benar nggak ada petunjuk lain selain video dari minimarket."
Rekannya sontak mendengus. "Entah, aku juga bingung," ucapnya dengan menatap ke arah lain. "Benar-benar sialan, harusnya hari ini aku tuh udah nidurin banyak cewek. Malah duduk nggak jelas di sini. Brengsek."
Rekan dari pria itu pun tersenyum masam. "Emangnya kamu doang yang kesal?" sahutnya. "Aku juga harusnya sudah bisa membungkam orang-orang yang sering meremehkanku ngejek aku karena nggak nikah-nikah. Eh, malah pakai acara ramuannya hilang segala. Apa nggak bikin naik darah?"
"Hahaha.." pria yang saat ini mengenekan jaket hitam malah terbahak. "Aku juga udah geregetan, ingin menyumpal mulut mulut para penghina dengan isi celanaku. Sudah nggak sabar ingin melihat mereka menyembahku dan memohon untuk dipuaskan, eh malah kaya gini, huh! Benar-benar buang waktu saja."
Rekannya yang mengenakan kaos merah kembali tersenyum masam. "Tapi aku heran, kenapa Mbah Tarjo sangat murka waktu dengar ramuan itu hilang ya? Bukankah akan lebih mudah kalau ramuan itu dia bikin lagi?"
Pria berjaket hitam sontak mengangkat kedua pundaknya. "Aku juga nggak tahu," jawabnya. "Kalau memang dicermati baik-baik, memang aneh sih. Harusnya kan dia nggak perlu marah-marah. Kalau ramuan itu memang berbahaya, harusnya dia ngomong bahayanya gimana? Nggak mungkin kan ramuan kaya gitu harus sampai ngorbanin nyawa orang?"
"Aku juga mikirnya gitu," sahut pria berkaos biru. "Tapi sudahlah, kita fokus cari anak itu dulu," ucapnya kemudian. "Jangan-jangan, dia ada di antara orang-orang ini lagi."
"Mana mungkin," ujar pria berjaket hitam. "Paling anak itu semalam begadang. Kelihatan banget, kalau dia anak muda. Nggak mungkin bangun pagi-pagi buat olahraga."
"Eh, siapa tahu," balas pria berkaos biru. "Gimana kalau kita coba keliling puterin lapangan ini."
"Nantilah," balas pria berjaket hitam. "Lagi males aku, biasanya jam segini belum bangun, eh, malah sekarang sudah berada di lapangan dan di kota lain. Kaya nggak ada kerjaan banget."
"Hahaha... memang kita nggak ada kerjaan kan?" Sahut rekannya.
Dua pria itu pun tetap terpaku pada tempatnya sambil memandangi orang-orang yang sedang sibuk berolahraga.
Tanpa dua pria itu sadari kalau anak muda yang sedang mereka cari juga ada di sana, di antara orang-orang yang sedang melakukan beragam aktifitas di lapangan itu.
Tak jauh dari tempat dua pria itu berada, anak muda yang mereka cari, saat ini bersama dua temannya sedang dilanda rasa terkejut waktu tiba-tiba ada dua wanita yang menghampiri mereka dan minta bergabung.
Seketika itu juga Surya dan dua temannya saling pandang sejenak dan tak butuh waktu lama tiga anak muda itu pun mempersilahkan dua wanita muda untuk duduk bersama.
"Maaf ya, Mas Mas semua, jika kita ganggu waktu santai kalian," ujar salah sati wanita yang mengenakan ikat rambut. "Kami sebenarnya cuma cari perlindungan doang," ujarnya membuat Surya dan dua temannya kembali dilanda rasa kaget.
"Loh, kenapa kalian malah pada memakai kaos?" rekan dari wanita itu langsung melempar pertanyaan, karena begitu mereka duduk, Surya dan dua temannya langsung mengenakan kaos mereka kembali. "Dilepas aja nggak apa-apa. Kita nggak bakalan ngapa-ngapain kok."
"Nggak apa-apalah, Mbak," teman Surya yang menjawab. "Tadi kamu bilang katanya cari perlindungan, emang perlindungan untuk apa, Mbak?"
Wanita yang mengenakan ikat rambut lantas tersenyum. "Tadi tuh kami diikuti beberapa pria," jawabnya, lantas dia menoleh diam-diam. "tuh, mereka juga sedang memandang ke arah sini."
Surya dan teman-temanya sontak melempar pandangan ke arah yang sama dengan wanita itu. Ternyata memang benar, ada beberapa anak muda yang lagi memandang ke arah mereka dan sekumpulan anak muda itu langsung gelagapan waktu menyadari Surya dan teman-temannya melempar pandangan ke mereka.
"Owalah, mereka?" ujar temannya Surya. "Nggak usah takut, Mbak, mereka hanya sekumpulan anak kecil."
"Anak kecil apaan, orang udah pada gede gitu," ujar wanita yang rambutnya tergarai indah. "Mereka tadi cukup lama loh, ngikutin kita sampai kita risih dibuatnya. Untung aku lihat Mas ini. Jadu aku memutuskan mendekat ke sini."
"Aku?" pria yang dimaksud wanita itu adalah Surya dan dia nampak kaget. "Kok bisa aku sih? Perasan aku baru lihat kalian."
Dua wanita kembali tersenyum. "Tapi kan kita sudah beberapa kali pernah lihat kamu, Mas," ujar wanita dengan rambut tergerai. "Rumah kamu yang depannya ada warung makan kan?"
"Hah!" Surya dan dua temannya kembali dibuat terkejut. "Kalian tahu rumahku darimana?" ujar Surya lagi semakin penasaran.
Dau wanita itu malah tersenyum lebar. "Kita kan yang ngontrak di dekat rumahnya Pak Waluyo, rt komplek kamu."
"Hah!" Surya semakin tercengang lalu dia mencoba mengingat-ingat akan hal, yang baru daja diucapkan dua wanita itu. "Apa jangan-jangan kalian yang kerja di rumah sakit?" terka anak muda itu kala teringat akan sesuatu yang berhubungan dengan rumah di samping rumah Pak Rt.
"Betul," jawab dua wanita itu kompak.
"Ya ampun," Surya pun sedikit merasa lega meski rasa penasaran masih menyelimuti benaknya. "Maaf, aku benar-benar nggak mengenali kalian."
"Nggak apa-apa." balas wanita yang rambutnya diikat. "Untungnya kita beberapa kali pernah lihat kamu, waktu kami beli makaman atau kebutuhan lain di warung orang tua kamu. Jadi Pas tadi lihat kamu di sini, kita beranikan diri untuk mendekat."
"Owalah," Surya dan dua temannya kali ini merasa sedikit lebih lega.
Mereka lantas berbincang hingga suasana yang awalnya terasa sangat canggung, perlahan berubah menjadi hangat.
Dari perbincangan tersebut, Surya dan dua temannya juga mengetahui nama dua wanita itu dan berapa lama mereka tinggal di komplek yang sama dengan tempat tinggal Surya.
Hingga beberapa puluh menit kemudian karena waktu juga sudah semakin siang, para anak muda itu memutuskan untuk pulang. Sudah pasti karena jalannya satu arah, Surya dan dua wanita itu memutuskan untuk pulang bersama.
Karena terlalu menikmati mendapat kenalan baru, Surya bahkan sampai lupa kalau dia harus mengembalikan motor yang dia pinjam.
Sebelum pergi dari lapangan, Surya dan dua teman wanita yang baru dia kenal memilih duduk sejenak di salah satu depan kios yang ada di depan lapangan.
"Eh, nanti kamu ada yang marah nggak, jika kamu dekat degan cewek lain?" ucap salah satu wanita saat menunggu temannya yang sedang ke toilet.
Surya malah tersenyum dan dia tahu maksud dari ucapan wanita itu. Surya pun memberi jawaban yang menegaskan kalau saat ini dia sedang jomblo.
Tanpa Surya sadari, tak jauh dari dirinya, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya.