NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Haus

Naren menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki perusahaan cabang Alexander bagian keamanan. Tidak besar harapannya akan diterima sebab tahu namanya telah cacat, tetapi ia sangat bersyukur kalau saja takdir berpihak padanya.

Naren merapikan setelan jas hitamnya. Jas yang menjadi syarat interview sesuai undangan yang ia dapatkan lewat email usai mendaftar beberapa hari lalu.

Banyak lalu lalang pria berbadan besar di lobi, staf wanita bisa dihitung jari di dalam gedung besar itu.

Naren kembali menarik napas saat akan membuka pintu ruangan seseorang. Ia lantas memberikan bow pada pria paruh baya yang duduk di balik meja. Auranya cukup membuat Naren gugup. Terlebih pria itu tidak kunjung membuka suara dan hanya meneliti berkas yang dia pegang.

"Naren Aryasatya," gumam Direktur Alexander Group bagian keamanan. Kali ini interviewnya tidak melalui bawahan lagi sebab yang akan di kawal sangat penting. "Apa yang membuatmu tertarik dengan pekerjaan ini?"

"Saya tertarik karena posisi ini sesuai dengan kemampuan dan passion saya, dan saya yakin bisa berkontribusi positif sambil terus berkembang bersama perusahaan. Selain itu saya tertarik sebab perusahaan ini memiliki visi-misi yang sejalan dengan pemikiran saya. Melindungi seseorang dari bahaya di luar sana."

"Berkasmu memenuhi syarat dan saya suka melihat semangatmu, hanya saja ...." Eril, Direktur perusahaan mengambil kertas lain yang dia dapatkan dari pusat. "Nama kamu masuk daftar hitam perusahaan. Kamu menggelapkan dana perusahaan."

"Saya berani bersumpah tidak mengelapkan dana sepeserpun, Pak."

"Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu? Bagaimana jika terbukti?"

"Saya siap menerima konsekuensinya Pak."

"Baik interviewnya selesai, kami akan menghubungimu untuk proses selanjutnya."

"Terimakasih."

Naren pun segera undur diri dengan keringat di telapak tangannya.

"Woi Naren!"

Naren menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia mengerutkan kening, berusaha mengenali seseorang yang memanggil namanya. Sudut bibirnya tertarik tahu siapa itu.

"Sudah lama nggak bertemu, kamu makin tinggi saja," celetuk teman sekolahnya yang kini menjadi pengawal di perusahaan Alexander.

"Interview?"

"Iya."

"Aku yakin pasti kamu diterima. Fisik kamu beuh pantas banget menjaga VVIP kita."

Kening Naren mengerut.

"Interview kali ini dibuka khusus Tuan Putri, aku juga tadi ikut interview moga-moga diterima."

"Loh? Karyawan tetap pun ikut?"

"Iyalah, dan diawasi langsung sama direkturnya. Duluan Ren, ada tugas negara dulu nih."

Naren mengangguk dan segera meninggalkan perusahaan itu. Semangatnya semakin menipis memikirkan bersaing dengan orang-orang lama perusahaan, terlebih namanya sudah rusak. Pria itu membuang napas kasar setelah berada di dalam mobil.

"Kenapa Bu?" tanya Naren yang langsung menjawab panggilan ibunya.

"Kamu ini gimana sih Nak, bisa-bisanya nggak jemput Naresa dan Darian di sekolah."

"Nadira ...."

"Istri kamu nggak ada di rumah. Ini anak-anak baru ibu jemput karena dapat telepon dari pihak sekolah. Mana Seren di titip ke tetangga lagi, benar-benar ya istri kamu itu."

Naren lantas melirik arloji di pergelangan tangannya. Helaan napasnya semakin kasar tahu sudah jam setengah satu. Padahal seharusnya anak-anaknya pulang jam 10 an.

"Naren titip anak-anak ya Bu. Naren masih ada pakerjaan yang belum selesai."

"Iya."

Pria itu langsung memutar setir kemudi berlawanan arah dari tujuan sebenarnya. Dia sudah melarang Nadira keluar rumah selama beberapa hari ini dan mengira Nadira akan menjemput anak-anaknya. Tetapi sepertinya sang istri benar-benar tidak menghargainya dengan pergi diam-diam.

Membiarkan Seren sendirian di rumah? Apa yang ada pikiran Nadira sebenarnya?

Naren menghentikan mobilnya di depan gedung sebuah Agensi. Dia melangkahkan kaki panjangnya memasuki agensi yang penghuninya tampak sibuk dengan urusan masing-masing.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya staf perempuan yang terpukau oleh pesona Naren, terlebih pria itu masih memakai setelan formal.

"Saya mencari pak Rafka."

"Pak Rafka ada di ruangannya Pak, mari saya antar."

Naren mengangguk, mengikuti langkah staf perempuan itu hingga sampai di depan ruangan atasannya.

"Terimakasih, kamu bisa pergi. Saya sudah ada janji temu sebelumnya."

"Baik Pak."

Sepeninggalan staf, Naren memutar handel pintu yang kebetulan tidak terkunci. Ia hendak langsung masuk, tetapi urung melihat sesuatu yang sangat menyakiti hatinya.

Naren memejamkan matanya, dadanya bergemuruh hebat menyaksikan hal menjijikkan didalam sana. Di mana Nadira sedang duduk di atas meja, bertukar saliva dengan atasannya sendiri.

Tanpa menegur sedikit pun, Naren menutup pintu kembali dan pergi dari gedung terkutuk tersebut.

Ia memukul setir kemudi untuk menghilangkan amarah dalam dirinya. Hatinya lagi-lagi terluka.

"Teganya kamu menghianatiku Nadira," lirih Naren yang kini menitikkan air matanya.

Delapan tahun? Tidakkah Nadira berpikir berapa lama mereka berjuang? Tidaklah istrinya mengingat momen indah bersama sehingga memilih mendua disaat badai menerjang rumah tangga mereka.

Padahal Naren tidak menuntut banyak, ia hanya ingin istrinya selalu ada untuknya. Mendukung dan memberikan semangat di waktu-waktu terpuruk.

"Apa kah aku terlalu jahat padamu?" batin Naren.

...

"Sayang aku hampir kehabisan napas." Nadira mendorong dada Rafka ketika bibirnya terasa kebas.

"Bibirmu sangat candu Nadira. Bahkan melakukannya berulang kali nggak bisa membuatku puas," lirih Rafkah sembari memainkan jarinya di bibir Nadira yang sedikit membengkak. Tatapannya penuh gairah dan damba pada tubuh Nadira.

"Aku sangat mencintaimu jauh sebelum kamu menjadi milik orang."

"Tetap luangkan waktu untukku dan akan kuhabiskan uangku untukmu."

"Benarkah?" Nadira tersipu, posisi mereka masih sama. Nadira duduk si atas meja dan Rafka berada di antara kaki wanita itu.

Nadira memejamkan matanya ketika tangan Rafkah mulai memainkan rambutnya, ia menahan nafas kala hidung mancung Rafka menyentuh ceruk lehernya.

"Lihat notifkasimu Sayang," bisik Rafka dengan senyuman.

Pria itu menyesap pundak mulus Nadira ketika pemiliknya sibuk mengecek sesuatu. Merasa mendapatkan lampu hijau, Rafka mengendong Nadira menuju sofa dan membaringkannya sangat pelan.

"Rafka aku nggak mau ...."

"Aku nggak akan melakukannya Nadira, hanya seperti ini."

Rafka terus mengerayani tubuh Nadira sepuas yang ia inginkan. Melepas kemeja di tubuhnya dan menindih wanita yang kini telah masuk dalam kendalinya. Menuruti keinginan Nadira untuk tidak melakukan hal lebih? Memangnya Rafka bodoh?

"Katakan Sayang apa yang kamu inginkan, akan ku kabulkan semuanya," bisik Rafka.

"Tubuhmu Rafka, lanjutkan dan lakukan apapun padaku," lirih Nadira dengan napas yang tidak beraturan.

Sudah lama tubuhnya tidak dijamah oleh suaminya. Selama tahu Naren di PHK tidak sedikitpun minat Nadira di sentuh oleh suaminya. Ia seolah mati rasa berada di sekitar Naren bahkan ketika pria itu memintanya.

"Mas Naren sudah tahu hubungan kita," ujar Nadira terbata. Keringat membanjiri tubuhnya padahal suru ruang sangat dingin.

"Saat dia meninggalkanku, kamu akan menikahiku kan?"

"Tentu Nadira, aku menunggu saat itu tiba." Rancau Rafka yang kini berada di atas angin. Dirinya benar-benar dibuat keenakan oleh model barunya.

Sama dengan Nadira, tubuh Rafkah telah dipenuhi oleh keringat. Terlebih ia yang sedang memegang kendali di sofa.

.

.

.

.

.

.

Bagaimana bab ini?

1
Nena Anwar
kata2 Shanaya bijak banget ya dewasa banget pemikirannya,,,semoga Ayahnya Naren pulang dengan selamat dan baik2 saja
Nena Anwar
sadar diri aja Nadira kamu yg mengkhianati pernikahan tapi kamu sendiri yg sakit hati aneh 🤔 lah baru liat Naren makan bareng Shanaya doang kamu udah cemburu bagaimana dengan perasaan Naren saat kamu dicumbu mesra oleh Rafka dikantor Rafka
Dini Anggraini
Betul ibu dan ayahnya naren selama ini saat naren terpuruk kan beliau yang masih setia dan menjaga cucu2nya sampai naren dapat kerjaan dan sekarang biarkan naren ayahnya dan semoga ayahnya naren pulang selamat ya bunda karena sekarang penipu lebih galak daripada orang yang meminjami. 🙏🙏😍😍😍
Ikaaa1605
Kegantung lagi dehhhhh
Sunaryati
suka
Sunaryati
Nah gitu Nak Naren, masa langsung disergap pelukan tidak menghindar ,masa seorang ibu kok begitu menyerahkan semua anaknya ke suami, biasanya mati- matian agar dapat gak asuh anak, lha Nadira tak pernah nengok
Sunaryati
Benar tadinya emak mau ngasih nilai 5 ⭐ , eeee kok malah dipeluk mantan istri tak menghindar, jadi emak urungkan lihat reaksi Naren. berikutnya, jika luluh tak jadi. Dari model jadi pelayan restoran.
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: waduh
total 1 replies
Sunaryati
Naren dan Nadira sudah resmi cerai, mudah- mudahan dapat jodoh yang menerima Nak Naren apa adanya dan menyayangi ketiga anaknya.
Sunaryati
Emak tidak setuju, enak saja sudah menginjak- injak harga diri suami, tidak peduli anak, masa diberi kesempatan. Ingat sebelum kembali ke rumah orang tuanya Naren yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri masih menyiapkan kebutuhan anak- anaknya. Sedangkan Nadira hanya bermain ponsel. Dan menghina Naren karena jadi drive on line. Jika balikan emak berhenti mengikuti kisahnya.
Sunaryati
Naren selamat dan tolong beri kompensasi untuk menghidupi keluarganya. Untuk Nadira, kau wanita tidak tahu malu, menjilat ludah sendiri. Kau yang membuang suami dan anak- anakmu, demi hidup enak bahkan telah memberikan tubuhmu pada lelaki itu. Pastinya Naren akan jijik jika mengingatnya. Lebih baik kau cari mangsa baru, atau jual diri
Sunaryati
Benar Naren tegaskan pada dirimu, untuk apa kembali pada wanita yang sudah berbagi peluh dengan pria lain. Apalagi tidak mau berjuang bersama dalam menghadapi kesulitan ekonomi
sryharty
ren nareeen mau kamu sama barang yg udah di nyek2 sama orang
Maria Kibtiyah
naren mending balik lg sama nadhira
Maria Kibtiyah: kasian anak2nya dia juga dah berubah pasti
total 2 replies
Ikaaa1605
Hadeeeh ini naren yg kebangetan atau othor nya huhuhuhuhu pokonyaa ngk setuju klo naren sampai balikan sma nadira🤣
iis nuriyah: jangan atu aku orng yg kesekian yg gak setuju naren balik lgi sma c,ndroooo ya outhor awas ajj😁😁😁tuh c,naren jngn di kasih luluh di peluk2 meneng bae SM c,ndrooo🤭🤭🤭
total 2 replies
Was pray
yang kebangeten Naren atau othornya? kalau Naren luluh ?
Was pray: othor ikut Naren atau Naren yg ikut alur ceritanya othor?
total 2 replies
Yulia Dhanty
gm sich naren kmu tuch dk tegas bgt lgsng luluh liat nadira nangis???
udah kmu sm shanaya aja aku dukung pake bgtttt😄
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
Ninik
Naren aku akan membencimu kalau kamu sampai balikan sama Nadira
sryharty
shanaya oke Leone pun oke
tapi jangan Leona deh orang tuanya konglomerat takut Nanti Naren nya juga minder
dan takutnya orang tua Leona ga mau menerima anak2 Naren
jadi sama shanaya aja
semoga Naya juga sayang anak2 Naren
Nena Anwar
aku s7 sama Shanaya thor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!