NovelToon NovelToon
Batu Rang Bunian

Batu Rang Bunian

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian

​"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.

​Sinopsis Singkat:
​Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.

​Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5: Utang Kopi dan Sejengkal Kebijaksanaan

BAB 5: Utang Kopi dan Sejengkal Kebijaksanaan

​Bagian I: Janji Ratu dan Harga Keseimbangan

​Sutan terhuyung-huyung ke belakang, kelelahan. Setelah ledakan cahaya Keseimbangan, ia hanya bisa jatuh berlutut. Matanya terpaku pada Ratu Puspa Sari.

​Ratu itu bangkit dari Singgasana. Ia kini memancarkan aura kehangatan dan kekuatan yang luar biasa. Ia adalah kecantikan yang agung, seorang penguasa sejati.

​Ia mengambil Batu Rang Bunian yang tergeletak di Singgasana. Batu itu perlahan mulai bersinar lagi, menyerap energi dari Ratu dan Istana.

​"Kau telah melakukan lebih dari yang kami harapkan, Sutan Raja Nata Sastra," kata Ratu, suaranya kini penuh syukur. "Kau, seorang manusia biasa, telah memilih Keseimbangan daripada Kekuatan, dan itu telah menyelamatkan kami dari kehancuran abadi."

​Di bawah, Raja Pualam merangkak maju, bersujud.

"Ampuni hamba, Ratu. Hamba gagal melindungi Istana."

​"Kau adalah Prajurit terhormat, Pualam. Kau berkorban demi kebenaran. Keseimbangan akan mengingat keberanianmu," jawab Ratu lembut.

​Ratu menoleh ke Putri Malam Sunyi, yang terbaring lemas di bawah pilar. Pangeran Senja (Tetua Kelam) berdiri, menunduk malu.

​"Adikku, kau telah memilih jalan yang salah. Kau telah menggunakan Hukum Balik Alam dan kehancuran untuk ambisimu. Keseimbangan tidak bisa dihancurkan, tapi ia harus ditegakkan kembali."

​Ratu tidak menghukum adiknya. Sebaliknya, ia menyentuh Tongkat Kristalnya ke arah Putri Malam Sunyi. Sinar cahaya keemasan menyelimuti sang Putri.

​"Kau akan menjalani pengasingan, bukan untuk hukuman, tapi untuk merenung. Kau akan tinggal di Hutan Bisikan hingga jiwamu kembali menemukan cahaya Keseimbangan," kata Ratu.

​Ia kemudian menoleh ke Sutan. "Sutan, kau adalah tamu tak terduga kami. Kami tidak bisa membiarkanmu pergi dengan tangan kosong. Katakan, apa yang kau inginkan sebagai imbalan telah menyelamatkan Kerajaan Bunian?"

​Sutan terdiam sejenak. Ia melihat sekeliling. Ia melihat keindahan Istana yang telah pulih, ia melihat wajah Raja Pualam yang penuh terima kasih. Semua ini berawal dari satu hal sepele.

​"Saya..." Sutan menarik napas. "Saya hanya ingin tiga hal, Ratu."

​Ratu mengangguk. "Sebutkan."

​"Pertama, saya ingin Bapak Pualam dirawat sampai sembuh, karena dia lebih keren dari prajurit manapun yang pernah saya lihat."

​Ratu tersenyum tipis. "Sudah pasti."

​"Kedua, saya janji tidak akan memanjat Beringin Larangan lagi. Tapi tolong, buat pohon itu tidak lagi terlihat menggoda. Kasihan anak muda kampung, mudah tergoda."

​"Permintaan yang bijaksana. Alam akan kami beritahu untuk tidak lagi menampakkan godaan visual yang kuat," jawab Ratu, mengangguk.

​Sutan menarik napas dalam-dalam. "Dan yang terakhir... utang kopi saya di warung Pak Leman lunas, Ratu. Tiga ratus ribu rupiah. Saya hanya ingin pulang tanpa dikejar-kejar Pak Leman lagi."

​Balairung Agung yang khidmat mendadak hening. Raja Pualam dan Pangeran Senja mengangkat kepala, menahan senyum. Ratu Puspa Sari, penguasa Kerajaan Gaib, kini harus berurusan dengan masalah utang di warung kopi.

​Ratu tersenyum lebar. Senyumnya begitu indah hingga Balairung seolah ikut hangat.

​"Tentu saja, Sutan. Utang kopi itu akan terbayar. Kau akan pulang dengan Keseimbangan di hatimu, dan dompet yang lega di dunia sana."

​Ratu mengangkat tangannya. Cahaya keemasan menyelimuti Sutan.

​"Waktunya kau kembali. Ingatlah, Keseimbangan bukan hanya milik alam Bunian. Ia juga harus ada di hatimu. Jangan pernah ambil yang bukan milikmu. Dan jangan pernah lupakan janji."

​Bagian II: Kepulangan dan Bukti Keajaiban

​Sutan merasakan pusaran dingin, sama seperti saat ia datang. Namun, kali ini, pusaran itu terasa lembut dan damai.

​BUM!

​Ia mendarat di atas tanah yang dikenalnya, di dekat akar besar Beringin Larangan. Pohon itu masih di sana, akarnya menjuntai. Tapi sekarang, pohon itu terlihat... biasa saja. Tidak ada aura misterius. Hanya pohon besar yang tua.

​Ranselnya di punggung. Sutan segera meraihnya. Batu Rang Bunian tidak ada. Hanya ada sisa-sisa debu kristal di dalamnya. Dan yang paling penting... kelapa muda juga tidak ada.

​Sutan berjalan terhuyung-huyung menuruni bukit. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia menghilang.

​Saat ia tiba di warung, matahari sudah terbit. Ia melihat Pak Leman sedang asyik menyesap kopi.

​"Pak Leman! Aku kembali!" seru Sutan, kelelahan, tapi penuh kemenangan.

​Pak Leman menoleh, matanya besar. "Sutan?! Ya Tuhan, kau baru kembali? Kau kemana saja? Kau menghilang selama tiga hari!"

​"Tiga hari?!" Sutan terkejut. Di dunia Bunian, itu terasa seperti hanya beberapa jam.

​"Iya! Semua orang cemas! Dan ngomong-ngomong soal kembali..." Pak Leman menunjuk ke papan utang. Nama Sutan, yang tadinya bertuliskan Rp 300.000,-, kini dicoret.

​"Utang kopi saya?" tanya Sutan.

​Pak Leman menggaruk kepalanya. "Itu yang aneh, Tan. Baru saja, sekitar setengah jam lalu. Ada orang.

Orangnya... aneh. Badannya tinggi, jubahnya hijau zamrud. Wajahnya tampan sekali, seperti model iklan sampo tapi matanya tajam. Dia datang, meletakkan setumpuk uang tunai—pas tiga ratus ribu. Dia bilang, 'Ini untuk utang kopi Tuan Muda Sutan. Kerajaan yang membayar. Dan tolong, jangan pernah menagih utang yang disebabkan oleh Permata Jantung Kedaulatan lagi!'"

​Sutan tersenyum lebar. Raja Pualam yang melakukannya.

​"Lalu dia bilang apa lagi?" tanya Sutan.

​Pak Leman berpikir. "Oh iya! Dia bilang, 'Dan tolong sampaikan pada Tuan Sutan: Kelapa muda Bunian tidak boleh dibawa pulang, Mas. Itu melanggar aturan Bea Cukai antar-dimensi!'"

​Sutan tertawa terbahak-bahak. Ini adalah petualangan termahal dan termanis dalam hidupnya.

​Epilog: Keseimbangan Diri

​Sutan duduk di kursi plastik. Ia tidak lagi melihat ponselnya. Ia melihat ke kejauhan, ke arah bukit. Pohon Beringin Larangan kini tampak damai.

​Ia telah melihat kengerian terbesar dalam dirinya di terowongan itu, dan ia telah melihat kekuatan terbesar dalam kehendak murninya. Ia menyadari, Batu Rang Bunian bukanlah tentang kekuatan sihir, tapi tentang Keseimbangan dan Kehendak—sesuatu yang selalu bisa ia genggam tanpa harus mencuri.

​Utang kopi lunas. Ia sudah janji pada Ratu dan Neneknya.

​Sutan tersenyum, menyesap kopi panas yang baru dibelinya.

​BUM!

​Tiba-tiba, di depannya, sebuah batu kecil jatuh dari langit. Batu itu persis seperti Batu Rang Bunian, tapi warnanya putih susu, dingin, dan memancarkan cahaya yang sangat redup.

​Sutan mengambilnya. Di bawah batu itu, terlipat selembar daun perak tipis. Tertulis di sana dengan tulisan yang anggun:

​"Sebagai cenderamata. Ingatlah Keseimbangan di hatimu. Dan jangan pernah lupa... kalau kau rindu sensasi dikejar Lindu Hening, silakan panjat lagi. Tapi tolong, bawa uang tunai. —Ratu Puspa Sari (Ps: Biaya Bea Cukai untuk batu ini sudah lunas.)"

​Sutan tertawa lagi. Ia kini tahu, ia bukan lagi Sutan yang hanya jago scroll. Ia adalah Sutan, yang pernah menyelamatkan Kerajaan Bunian—hanya demi melunasi utang kopi.

​T A M A T

1
checangel_
Congrats ya Sutan 🤧
checangel_
Alhamdulillah, pembaca ikut lega😄
Bellla Zakiyah
👍
Bellla Zakiyah
👍.......
Bellla Zakiyah
👍
checangel_
Dari epilog sekian dan terima baca 👍
checangel_
Ya Allah, tablet bahkan di genggamannya 😭
checangel_
Iyalah, masa depan kan misteri yang belum terpecahkan dan hanya Pena Langit yang mengetahuinya seluruh chapternya, kita hanya bisa menjalankan tugas-Nya saja sebaik mungkin, mau itu berubah atau tidak masa depan, semua tergantung langkah imannya masing-masing 😄
checangel_
Nggak usah memilih gimana? 😅
checangel_
Nah, gitu dong jangan terus menerus memikirkan hutang 🤧
checangel_
👏
checangel_
Ternyata perkara hutang kopi masih berlanjut😅
checangel_
Charger ponsel😭
checangel_
Apakah itu kabel jaringan internet 😂
checangel_
COD nyasar sampai sini 😅
checangel_
Sutan dengan persyaratannya 😅
checangel_
Mendapat gelar sebagai "Duta" antar demensi 👏
checangel_
Astaghfirullah, Sutan kamu masih saja bahas perkara hutang kopi😅
checangel_
Kamu bisa saja Sutan dan bisa-bisanya lho🤧
checangel_
Ada Direkturnya juga ternyata 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!