NovelToon NovelToon
Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kaya Raya / Beda Usia / Selingkuh / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Di balik kemewahan rumah Tiyas, tersembunyi kehampaan pernikahan yang telah lama retak. Rizal menjalani sepuluh tahun tanpa kehangatan, hingga kehadiran Hayu—sahabat lama Tiyas yang bekerja di rumah mereka—memberinya kembali rasa dimengerti. Saat Tiyas, yang sibuk dengan kehidupan sosial dan lelaki lain, menantang Rizal untuk menceraikannya, luka hati yang terabaikan pun pecah. Rizal memilih pergi dan menikahi Hayu, memulai hidup baru yang sederhana namun tulus. Berbulan-bulan kemudian, Tiyas kembali dengan penyesalan, hanya untuk menemukan bahwa kesempatan itu telah hilang; yang menunggunya hanyalah surat perceraian yang pernah ia minta sendiri. Keputusan yang mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Matahari sudah bersinar terang dan Rizal sekarang sedang menikmati nasi goreng kesukaannya.

"Sayang, temani aku sarapan disini." pinta Rizal.

Hayu menarik kursi dan duduk di hadapan calon suaminya.

Ia masih merasa canggung, tetapi kehangatan senyum Rizal perlahan meruntuhkan rasa sungkannya.

Ia melihat piring calon suaminya sudah hampir kosong.

"Mas, suka banget ya, sama Nasi Goreng Kampungnya?" tanya Hayu pelan.

Rizal menaruh sendoknya, lalu tersenyum puas saat mendengar pertanyaan dari Hayu.

"Suka sekali, Sayang. Bahkan ini yang paling enak dari semua yang pernah kamu masak. Kamu tahu? Rasa masakan ini persis seperti yang aku bayangkan, tulus dan hangat. Aku rasa kamu memang diciptakan untuk menjadi istriku, Yu. Kamu menghangatkan hati dan rumah ini, bahkan sebelum aku tahu cara mencintaimu," puji Rizal.

"Mas jangan lebay seperti itu, ah. Aku jadi malu sendiri." ucap Hayu.

Pipi Hayu merona mendengar pujian bertubi-tubi dan tatapan intens itu.

Rizal tertawa pelan, lalu mengambil cangkir kopi hitamnya.

Ia menatap Hayu dengan sorot mata serius namun lembut, menyiratkan bahwa apa yang akan ia katakan bukanlah candaan.

“Baiklah, sekarang kita bicara yang serius, Sayang,” ucap Rizal.

"Apa itu, Mas?" tanya Hayu sambil memandang wajah calon suaminya.

“Setelah sarapan ini, aku harus ke kantor sebentar. Bukan untuk bekerja, tapi untuk bertemu pengacaraku.”

Hayu langsung menegakkan duduknya dengan raut wajahnya kembali cemas.

“M-Mas Rizal mau urus perceraian dengan Tiyas?”

Rizal menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.

“Ya, sayang. Semalam aku sudah menelepon sekretarisku, Riska, untuk mengurus semuanya. Hari ini pengacaraku akan mengajukan gugatan cerai. Aku sudah menyiapkan semua bukti pengkhianatan Tiyas, termasuk postingan media sosialnya dengan laki-laki lain.”

Ia meraih tangan Hayu di atas meja, menggenggamnya erat.

“Aku akan pastikan prosesnya cepat, Yu. Aku ingin semua urusan di masa lalu selesai secepat mungkin, agar kita bisa memulai hidup baru.”

Hayu menundukkan kepalanya dan mencerna informasi penting itu.

Ia merasa sedih untuk Tiyas, tetapi di sisi lain, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan agar ia dan Rizal bisa bersama tanpa bayang-bayang status yang menggantung.

“Mas Rizal yakin dengan keputusan ini? Maksudku, apa sudah tidak ada yang bisa diselamatkan lagi?” tanya Hayu.

“Tidak ada, Yu. Tiyas sudah meminta perpisahan. Dia sudah memilih jalannya sendiri, bahkan di saat aku sekarat. Aku tidak mau lagi hidup dengan wanita yang hatinya sudah dimiliki orang lain. Dan sekarang, aku sudah memilih kamu.”

Rizal mengusap lembut punggung tangan Hayu.

“Jangan khawatirkan Tiyas. Fokus pada kita, ya?”

Hayu mengangguk perlahan, hatinya terasa lebih tenang mendengar kepastian itu.

“Nah, sekarang dengarkan rencana mendadakku yang lain,” ucap Rizal, nada suaranya berubah ceria.

Hayu menatap wajah Rizal dengan sedikit bingung

“Rencana apa, Mas?”

“Pernikahan,” jawab Rizal singkat.

“Pernikahan? Kapan, Mas?” tanya Hayu sambil membelalakkan matanya.

“Besok pagi,” kata Rizal sambil tersenyum lebar, menikmati ekspresi terkejut Hayu.

“B-besok?! Mas Rizal, bukankan itu terlalu cepat?Kita bahkan belum mengurus apa-apa!” pekik Hayu, nyaris berdiri dari kursinya.

Rizal dengan lembut menahan Hayu agar tetap duduk.

“Tenang, Sayang. Semua sudah aku siapkan. Aku sudah minta Riska, sekretarisku yang ajaib itu, untuk menghubungi wedding organizer profesional. Mereka akan bekerja non-stop. Semua urusan KUA, berkas, saksi, sudah dalam proses ‘jalur cepat’."

Rizal mendekatkan wajahnya sambil menatap Hayu dengan mata berbinar.

“Nanti jam sembilan, pihak MUA (Make Up Artist) akan datang ke sini. Mereka akan melakukan fitting baju dan perawatan kecil untukmu. Kamu harus terlihat paling cantik besok.”

Hayu memegangi dadanya, seolah mencoba menahan detak jantungnya yang melonjak tak karuan.

“M-mas, aku takut. Ini terlalu cepat. Bagaimana jika Tiyas tahu?”

“Kita tidak punya waktu untuk takut, Sayang. Kita hanya punya waktu untuk bahagia,” potong Rizal tegas, tetapi tatapannya penuh kelembutan. Ia menggenggam kedua tangan Hayu.

“Aku sudah memberimu satu hari untuk berpikir, dan kamu menjawabku dengan Cumi Asam Manis terenak di dunia. Sekarang, saatnya aku bertindak cepat. Aku ingin mengamankan masa depanku bersamamu.”

Rizal mencium punggung tangan Hayu lagi, penuh janji.

“Besok pagi kita menikah dan aku akan pastikan saat ijab kabul berlangsung, semua urusan perceraianku sudah di tangan pengacara. Kamu tidak perlu khawatirkan status apa pun. Kamu hanya perlu hadir dan berkata, 'Saya terima’."

Hayu hanya mampu mengangguk, terharu hingga air mata kebahagiaan menetes di sudut matanya.

Ia tidak lagi melihat Rizal sebagai majikan yang rapuh, melainkan sebagai seorang pria yang penuh ketegasan dan cinta, yang siap memperjuangkan kebahagiaannya.

Riza bangkit dari duduknya sambil mengajak Hayu bangkit.

“Sekarang calon istriku harus bersiap. Setelah ini aku harus ke kantor pengacara sebentar, tapi aku akan usahakan pulang cepat. Kamu jangan ke mana-mana, stand by di rumah. Biarkan tim wedding organizer bekerja. Anggap saja kamu sedang menikmati liburan mewah di rumah sendiri,” goda Rizal, mencubit pipi Hayu gemas.

Hayu membalas dengan senyum malu-malu. “Iya, Mas. Hati-hati di jalan.”

Rizal mencium kening Hayu sekali lagi, lebih lama dan lebih dalam.

“Aku mencintaimu, Sayang. Sampai jumpa nanti.”

Rizal masuk dan segera melajukan mobilnya menuju ke kantor.

Melihat kepergian suaminya, Hayu masuk ke rumah dan membersihkan piring kotor yang digunakan oleh suaminya.

Tepat pukul sembilan pagi, bel rumah berbunyi nyaring.

Hayu, yang masih mencoba mencerna semua rencana Rizal yang gila, berjalan menuju pintu.

Di hadapannya, berdiri sekelompok wanita berpakaian rapi, membawa kotak-kotak besar dan tas kosmetik troli.

"Selamat pagi, Mbak Hayu? Kami dari Amerta dan Tim MUA Riska. Kami datang untuk persiapan pernikahan besok," sapa seorang wanita yang terlihat seperti manajer WO, tersenyum ramah dan profesional.

"M-mari masuk," ucap Hayu sedikit gugup, membuka pintu lebar-lebar.

Rumah yang biasanya sepi langsung ramai dan tim dekorasi segera menyusun rencana penataan ruang tamu yang akan dijadikan tempat akad.

Tim katering mengukur area dapur dan menata meja.

Sementara itu, Hayu langsung diarahkan oleh MUA untuk duduk di ruang rias sementara.

"Mbak Hayu, ini beberapa pilihan gaun yang sudah kami siapkan. Pak Rizal berpesan, tidak perlu terlalu mewah, yang penting anggun, sopan, dan mencerminkan ketulusan," ujar Desi, seorang fashion stylist yang ikut dalam tim.

Desi membuka sebuah wardrobe box besar. Ada tiga pilihan gaun.

Gaun pertama berwarna putih tulang dengan detail renda yang mewah, gaun kedua dusty pink berpotongan simpel A-line, dan gaun ketiga adalah kebaya modern berwarna soft mint yang elegan.

"Aku suka yang sederhana saja, Mbak Desi," ucap Hayu.

Mata Hayu tertuju pada gaun kedua, yang berwarna dusty pink.

Gaun itu memiliki desain yang sangat sederhana dengan potongan cheongsam leher tinggi dengan lengan panjang berbahan lace ringan, dan bagian roknya jatuh lembut tanpa banyak payet, hanya dihiasi sedikit kristal di pinggang.

Gaun itu memancarkan kehangatan dan keanggunan, jauh dari kesan glamor dan mencolok.

"Saya pilih yang ini, Mbak," kata Hayu, menunjuk gaun dusty pink.

Desi tersenyum puas saat melihat Hati yang sudah memilih gaunnya.

"Pilihan yang sangat pas, Mbak. Ini memang pilihan yang paling sesuai dengan kepribadian Mbak Hayu. Mari kita coba fitting sekarang."

Hayu dibawa ke kamar tamu untuk mencoba gaun tersebut.

Ia berdiri di depan cermin besar, Hayu melihat dirinya sendiri.

Rasa canggung bercampur haru. Gaun itu sangat pas di tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya tanpa berlebihan.

Ia tidak lagi terlihat seperti seorang pembantu, melainkan seorang calon pengantin yang memancarkan aura kebahagiaan yang lembut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!