Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bicara Di Depan Orangnya
Ikhlas menjalani segalanya, tabah bagaikan biksu, menangis diam-diam menahan rasa sakit seperti ikan terdampar di padang pasir. Sudah pasti itu bukan sifatnya, benar-benar bukan seorang Amelia.
Tapi sesuatu yang tidak terduga itulah yang membuat Savier tertarik padanya. Pemuda yang masih menyaksikan dari lantai dua.
"Tidak diduga, aku kira dia akan ikhlas. Tapi itulah yang membuat semuanya menjadi indah. Amelia! Kamu sangat cantik saat marah!" Teriak Savier, terdengar dari lantai dua.
Selalu ada siswa miskin, polos yang mendukungnya. Memang pantas menjadi asistennya dalam hal berbuat jahat.
Dua orang yang menoleh bersamaan ke arah Amelia, yang menatap penuh arogansi pada mereka."Tidak disangka pangeran Tristan akan berbuat mesum pada si pick me."
"Amelia...ini tidak..." Tiara bagaikan ingin menjelaskan. Tapi dengan cepat Tristan merangkul tubuhnya.
"Memangnya kenapa? Kita dijodohkan karena kesepakatan kedua orang tua. Aku sama sekali tidak setuju. Jika kamu berusaha menganggu orang ku, maka kamu akan tahu akibatnya." Ucap Tristan terdengar dingin, bagaikan seekor naga yang bersiap-siap mencabik-cabiknya.
"Oh ya... Kebetulan aku sudah mual denganmu. Bibirmu sudah tidak perawan lagi, jadi sangat menjijikkan. Terhitung barang bekas bukan?" Amelia tersenyum, dengan sedikit tawa menghina. Tatapannya bagaikan ular berbisa yang dapat meracuni dan melilit mangsanya. Seekor ular betina yang penuh tipu daya.
"Tutup mulutmu." Tristan menunjuk ke arahnya. Untuk pertama kalinya kata-kata Amelia merendahkannya.
"Wanita ini, seekor kelinci betina yang rajin kawin. Kalian benar-benar cocok, naga perkasa dan kelinci betina. Tapi berhati-hatilah, kelincimu akan diincar oleh banyak pejantan." Senyuman menyeringai, dalam hal kalimat menusuk super kejam, tidak ada yang dapat mengalahkannya.
Dukungan terdengar dari lantai dua.
"Amelia! Kamu keren! Aku mencintaimu!" Teriak Savier dengan nada ceria. Benar-benar terdengar berisik, tapi itulah sayup-sayup rasa cinta dari fans beratnya. Membuatnya tetap merasa bagaikan nona muda berkuasa.
"Jangan pikir aku tidak mengetahui kamu bukanlah anak kandung yang sebenarnya. Tiara-lah yang seharusnya dijodohkan denganku. Bukan makhluk arogan, culas sepertimu." Tristan tersenyum menghina, dengan begini ego wanita ini akan benar-benar jatuh.
Tapi.
"Kalau begitu semoga bahagia, dengan perselingkuhan kalian." Senyuman yang terlihat mengerikan dari wajah Amelia. Melangkah pergi melewati mereka.
"Amelia! Tunggu aku!" Teriak Savier berlari mengikutinya. Kemudian menjulurkan lidah ke arah Tristan, segera setelah dirinya berada di belakang Amelia.
Tristan hanya terdiam menatap ke arah punggung Amelia yang diikuti oleh seorang pemuda miskin dan lemah. Wanita yang benar-benar keji baginya, begitu jahat, begitu mendominasi, begitu protektif, begitu menyebalkan.
"Karenamu Amelia menjadi salah paham padaku. Bagaimana jika dia mengancam agar aku tidak mendekatimu lagi. Aku hanya ingin berteman atau menjadi saudaranya." Tiara sedikit mendorong Tristan, hendak berlari dalam tangisannya.
Tapi, dengan cepat pula Tristan mendekap tubuhnya."Kamu pikir dapat melarikan diri, setelah mengambil ciuman pertamaku?" Tanyanya.
Dua orang yang saling menatap. Tristan tersenyum, inilah wanita yang dicintainya. Wanita yang tidak memandang seseorang dari hartanya. Satu-satunya wanita yang tidak jatuh cinta dan tetap tegar melawannya. Sosok wanita kuat, dan berprinsip.
"A...aku..." Tiara tertunduk, terlihat gemetar, bagaikan seekor kelinci putih kecil yang ketakutan. Padahal sebelumnya begitu garang pada Tristan.
"Jadilah milikku! Jika tidak, satu persatu temanmu akan aku buat menderita." Bisik Tristan mendekapnya.
Sedangkan Tiara diam-diam tersenyum kala Tristan memeluk tubuhnya. Semua yang menjadi milik Amelia adalah miliknya. Apa hak wanita arogan bak Mak Lampir itu memiliki segalanya?
***
"Kenapa tidak jadi melaporkannya pada guru?" Tanya Savier menatap ke arah Amelia yang setidaknya telah menyimpan satu foto Tristan dan Tiara berciuman.
"Melaporkan pada guru hanya ancaman. Walaupun dilaporkan, kamu tau bukan status sosial kedua orang tua Tristan? Aku sebagai orang biasa, akan mati sekali cekik. Karena itu sebaiknya ini disimpan untuk berjaga-jaga." Amelia menghela napas kasar, dirinya harus lebih bersabar.
Matanya sedikit melirik ke arah Savier."Agar hemat, untuk makan siang harus makan apa?" Tanya sang nona muda, menyipitkan matanya.
"I...itu..."Savier berpikir sejenak."Siomay seporsinya cuma 25 ribu."
Amelia mengangkat sebelah alisnya, hari ini pelayan tidak mengemas kotak bekal untuknya."Benar-benar murah untuk makan siang." Ucapnya melangkah, seukuran nona muda yang sering makan di mall dan restauran berbintang.
Sementara Savier berusaha untuk tersenyum. Benar-benar berusaha, memikirkan satu hal. Apa benar seporsi siomay depan sekolah seharga 25 ribu? Atau mungkin 50 ribu? Porsinya kan banyak.
"Hari ini apa isi kotak bekalmu?" Tanya Amelia menelan ludah, penasaran setengah mati. Yang jelas jika hidup hemat seperti Savier, dirinya tidak akan berakhir terlilit hutang, hingga sempat dijual di tempat prostitusi oleh rentenir.
"Sup sayur dan tahu. Aku memasaknya sendiri, mau coba?" Tanya Savier penuh harap.
"Begini saja aku belikan kamu siomay. Lalu bekalnya aku minta sedikit bagian. Hanya ingin tau rasanya. Ini bukan karena aku ingin hidup miskin ya?" Nona muda arogan memperingatkannya. Dengan cepat Savier mengangguk polos.
"Terimakasih Amelia, akhirnya aku akan bisa mencicipi siomay depan sekolah karenamu." Savier memegang jemari tangannya.
Sungguh miskin, sungguh kasihan pemuda ini, 25 ribu rupiah pun tidak punya. Tokoh figuran dalam novel yang menghilang di pertengahan cerita. Kemudian muncul di bagian ending saja, hanya untuk mengucapkan selamat pada pesta pernikahan Tristan dan Tiara.
"Mulai hari ini, kamu harus mengikutiku. Kamu akan menjadi asistenku dalam berbuat jahat." Tegas Amelia, dengan cepat Savier mengangguk.
"Keren...aku akan mengikuti Amelia. Walau ke neraka sekalipun." Kalimat yang sebenarnya ganjil. Tapi Amelia tidak menyadarinya, akibat senyuman di wajah pemuda ini begitu cerah, begitu ceria.
"Nah... sekarang kita ke kelas." Wanita jahat yang melangkah. Seketika itu juga semua orang memberikan jalan. Berbisik-bisik dengan nada mencibirnya.
Mungkin hanya Savier yang terus mengikutinya. Tapi terkadang penjahat wanita juga memiliki asisten jenius bukan?
***
Tiara tengah menikmati makan siangnya. Chicken teriyaki, cecar salad, serta potongan kentang. Benar-benar menikmati makanannya saat ini.
"Jadi benar kamu adalah anak kandung?" Tanya Titania (teman Tiara).
Tiara meletakkan peralatan makannya kemudian mengeluarkan air mata yang bagaikan butiran kristal. Bibirnya bergetar bagaikan berusaha untuk tersenyum."Aku memang anak kandung."
"A...aku tidak bermaksud merebut apa yang Amelia miliki. Aku hanya ingin bertemu dengan orang tua kandungku." Gadis yang bagaikan bunga Peony kelebihan air itu menangis. Membuat hati mereka yang mendengarkan bagaikan disayat sembilu.
"Apa Amelia melakukan hal buruk padamu?" Tanya Yona (teman Tiara).
Tiara segera menggeleng."Amelia...dia tidak bermaksud begitu. Dia tidak bermaksud menyalahkanku hanya karena berpura-pura terjatuh. Wajar kedua orang tuaku lebih menyayanginya. Amelia telah hidup dengan mereka selama 18 tahun. Sedangkan aku hanya penghalang kebahagiaan."
Brak!
"Menyebalkan!" Geram Yona, menggebrak meja."Sudah jadi begitu miskin nasih saja sombong."
Tiara kembali menikmati makanannya. Bukankah lebih menyenangkan jika menggunakan tangan orang lain untuk melukai Amelia?
"Berisik! Bisa diam tidak! Aku sedang makan siomay!" Bentak Amelia yang kebetulan duduk di dekat sana tanpa disadari oleh Tiara.
masa cuman gitu
bagaimana ini,nanggung bet🤣🤣🤣
sayang melewati kesempatan ini
cabut euy,kita pulang
mau liat keributan ini
upps...ga ya aku kan kakak perempuan yg Budiman 🤣