NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. Malaraja

Mobil terus melaju dengan kencang. Sudah 3 jam Susan mengemudi. Alice yang menemainya hanya bisa diam tanpa berani berkata sepatah katapun.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi Susan terus mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Akhirnya Alice memecahkan keheningan. "Nyonya, mungkin anda mau istirahat? Biar saya saja yang menyetir."

Susan masih tak bergeming.

"Kita mau pergi kemana, Nyonya?" Tanya Alice.

"Malaraja." Jawab Susan singkat.

Sontak Alice menoleh ke arah Susan karena terkejut. Malaraja adalah pulau milik Edward. Sebuah pulau yang sangat indah dengan pantai birunya. Deburan ombak yang menenangkan akan pas jika di nikmati dengan sebuah kelapa muda.

Yang tak kalah membuat Alice terkejut adalah Malajara itu sangat jauh. Masih sekitar 4 jam lagi jika mengendarai mobil untuk sampai ke pelabuhan tempat penyebrangan dan butuh waktu 1 jam untuk menyebrangi lautan.

Bisa-bisa mereka akan sampai besok pagi jika menempuh perjalanan darat.

"Lebih baik kita naik pesawat saja, Nyonya." Kata Alice memberi saran.

Tapi lagi-lagi tak di tanggapi oleh Susan. Alice mengotak-atik ponselnya, lalu dia berpindah mengotak-atik smartwatchnya. Susan hanya melirik melihat itu.

Akhirnya, setelah 4jam menyetir. Susan tak sanggup lagi. Dia berhenti di tepi jalan dan meminta Alice untuk melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan.

Selama sisa perjalanan, Susan memilih tidur. Sesampainya di pelabuhan pun Susan tak banyak bicara, sepertinya diamnya itu karena telah lama bersama Peter. Dia jadi ketularan.

Setelah 1 jam berlalu, akhirnya kapal yang di naiki Susan pun sampai di tujuan. Alice kembali menyetir menuju penginapan yang di maksud Susan.

Resort yang tidak terlalu jauh dari pelabuhan penyebrangan.

Alice yang sudah mengantuk karena semalaman menyetir pun mulai tidak fokus. Dia melihat Susan hanya menyandar di kaca mobil melihat betapa indahnya Pulau Malaraja.

Alice juga terpukau dengan pulau ini. Membuat dirinya tak fokus hingga hampir menabrak seorang wanita yang menyebrang.

Ciiitttt!! Suara mobil mengerem.

"Alice!" Kata Susan terkejut.

Alice tak menjawab, dia masih terkejut. Mereka berdua saling memandang. Lalu segera keluar dari mobil untuk mengecek. Susan langsung menghampiri wanita itu, dia sedang menggendong seorang bayi, mungkin usianya sekitar 1 tahun.

Untungnya wanita itu tidak sampai tertabrak mobil. Dia masih mematung di tempatnya.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Susan memegang lengan wanita itu.

Wanita itu hanya mengangguk. Nafasnya berat. Dadanya naik turun dengan cepat. Seorang anak laki-laki yang di gendongnya mulai menangis ketakutan.

"Anda perlu ke rumah sakit?" Tanya Alice.

"Tidak perlu. Aku mau kembali ke resort saja." Wanita itu menelan ludah saat melihat wajah Susan.

"Mari saya antar." Tawar Susan.

"Tidak perlu, saya baik-baik saja!" Wanita itu bergegas pergi dari hadapan Susan dan Alice.

Jalanan tidak begitu ramai. Sehingga tidak menimbulkan keributan disana. Susan menarik nafas sambil melihat ke arah Alice.

"Alice, kau mengantuk ya? Biar aku saja yang menyetir!" Kata Susan.

"Tidak Nyonya, resort sudah dekat. Biar saya saja!"

"Istirahat lah!" Susan segera mengambil kemudi.

Mobil pun kembali melaju menuju resort terbesar di Pulau Malaraja. Sesampainya disana, Alice segera mengurus reservasi untuk mereka berdua. Namun sang resepsionis mengatakan bahwa kamar sudah penuh untuk seminggu ke depan.

Susan yang mendengar itu langsung menghampiri sang resepsionis. Resepsionis yang bernama Maria itu langsung mengenali Susan dan memberi hormat.

"Selamat datang Nona Susan. Sudah lama sekali nona tidak datang kemari!" Kata Maria.

Susan tersenyum. Dia memang sudah lama tak datang kemari, apalagi semenjak menikah dengan Peter, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam mension dan merawat ayah mertuanya.

"Mari, saya antar ke kamar, Nona!" Kata Maria lagi.

"Terimakasih, senang bertemu dengan mu lagi, Maria!" Kata Susan.

Maria dan seorang roomboy segera mengantarkan Susan dan Alice ke sebuah kamar resort yang terletak di belakang. Kamar yang besar, mungkin ini kamar paling besar di resort.

Ada 2 kamar yang di sambungkan dengan connecting door. Kamar yang satu lebih kecil dan kamar itu di tempati oleh Alice. Dan satu lainnya berukuran sangat besar. Balkon dengan pemandangan langsung ke arah laut. Serta kamar mandi yang semi outdoor.

Bathtub besar kapasitas dua orang dan ranjang king size yang mewah. Susan ingat, selain Edward sering mengajaknya ke Italia untuk menikmati Panna Cotta. Edward juga sering membawanya kemari. Pulau kebanggaan Edward.

Kamar ini juga khusus untuk Susan dan Edward jika mereka datang ke Malaraja. Tidak di jual kepada para tamu. Namun, para karyawan dengan rutin membersihkan setiap sudutnya. Karena mereka tau, Edward sangat benci dengan tempat kotor.

Pulau ini juga semakin populer sekarang. Lebih maju dan banyak resort serta restoran cepat saji. Pulau ini jadi incaran para turis manca negara.

Alice segera masuk ke dalam kamarnya. Dia pasti sangat lelah karena belum tidur semalaman. Sedangkan Susan masih berganti pakaian, karena semalam dia pergi menggunakan dress maroon itu.

Dia segera berganti dengan kaos putih oversize serta celana jeans pendek hingga celana itu tak terlihat di balik kaos oversizenya.

Susan merasa bebas berada disini. Karena jika berada di mension dia tidak akan bisa berpakaian seperti ini. Karena dirinya bagaikan ratu yang harus menjaga martabat dan kehormatan.

Susan membaringkan badan di atas kasur. Meregangkan tubuhnya. Matanya menatapi langit-langit kamar. Lalu, air matanya mulai mengalir.

Dia merasa Peter melakukan kekerasan mental padanya. Saat marah dia diam dan saat ingin dia begitu manis. Seketika Susan merasa seperti seorang pelacur yang hanya berfungsi sebagai pemuas nafsu belaka.

Peter tak mengejarnya saat dia pergi, berbeda dengan Edward yang akan selalu memastikan Susan ada di sisinya dengan aman.

Tapi Peter tak pernah membatasi Susan melakukan apapun, dia juga selalu bersikap lembut. Tidak seperti Edward yang selalu terobsesi pada dirinya, bahkan Edward bisa cemburu pada angin yang membelai kulit Susan.

Seketika Susan tersadar. Mengapa dirinya membandingkan suami dan mantan kekasihnya. Dia pun memejamkan mata frustasi. Akhirnya Susan tertidur sambil menangis.

******

Saat terbangun, sekitar pukul satu siang. Alice segera pergi mandi. Saat keluar dari kamar mandi, dia kebingungan mencari-cari sesuatu yang tak ada di tempatnya.

Dia mencari ponsel dan smartwatchnya. Yang sebelumnya dia tinggal di atas meja dekat tempat tidur. Dia ingat betul meletakkannya disana. Namun sekarang tidak ada.

Alice membuka laci-laci. Mengangkat bantal dan sprei. Melihat ke bawah kolong meja dan ranjang. Tapi tidak ada.

"Aku ingat betul ada disini tadi." Katanya pada diri sendiri.

Alice segera mengecek jendela dan pintu, semua masih terkunci. Artinya tidak ada orang yang masuk ke dalam kamarnya. Dia pun segera pergi ke lobby menemui resepsionis untuk mengecek CCTV.

Tapi karena harus menunggu manajer mereka datang, Alice memutuskan untuk menunggu di kamarnya saja. Takut jika Susan mencarinya.

Alice masuk ke kamarnya dan kembali melihat ke segala arah mencari ponselnya. Tapi masih tidak di temukan. Alice teringat akan Susan. Apakah Nyonyanya itu sudah bangun atau belum.

Alice akhirnya membuka connecting door. Terlihat disana Susan sedang duduk di balkon dengan meminum secangkir teh. Alice hendak menutup pintu kembali. Namun suara Susan menghentikannya.

"Alice!" Kata Susan.

Alice terkejut, bagaimana Susan tau jika dirinya mengintip. Akhirnya Alice menghampiri Susan di balkon.

"Ya, Nyonya?"

"Duduklah, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu." Kata Susan.

Alice duduk di kursi balkon yang menghadap langsung ke laut.

"Alice, kau mencari ini?" Tanya Susan sambil menunjukkan ponsel dan smartwatch milik Alice.

Mata Alice sontak membulat melihat itu. "Bagaimana bisa?" Batinnya.

Susan mengembalikan ponsel serta smartwatch itu pada Alice. Alice sampai gemetaran saat menerimanya. Dia berpikir, kenapa Susan begitu misterius dan auranya seperti Edward.

"Katakan padanya tidak perlu datang kesini! Karena aku tidak akan membiarkan Peter masuk ke dalam kamar ini tanpa seijinnya." Kata Susan.

Alice menelan ludah dengan susah payah. Seakan tenggorokan sudah tertutup rapat.

"Kenapa?" Tanya Susan.

Alice menggeleng. Dia gelagapan tak tau harus menjawab apa.

"Aku tau siapa kau sebenarnya, Alice!" Kata Susan memandang Alice.

Alice membulatkan mata. Sambil memandang Susan dia meremas-remas ponselnya.

"Maksud Nyonya apa?" Tanya Alice pura-pura tidak mengerti.

"Kau orang suruhan Edward kan?" Jawab Susan.

Alice seakan tertangkap basah. Tak dapat berkutik. Dia merasa lebih baik saling adu bela diri dan saling menembak daripada harus diam seperti ini. Dia juga melihat aura Susan berubah dari pada pertama kali mereka bertemu.

"Aku tidak tau bagaimana cara Edward membuat ayah memilihmu. Tapi soal kau orang suruhan Edward itu benar kan?" Kata Susan lagi.

"Maaf, Nyonya." Hanya itu yang keluar dari mulut Alice.

Dia terlihat lemah di hadapan Susan. Padahal dia ahli bela diri, untuk membunuh Susan saja itu hal yang sangat mudah baginya. Namun, lama-lama aura Susan mirip sekali dengan Edward.

"Aku melihat mu dari pantulan cermin di dapur semalam. Saat Edward menyentuh ku, kau yang berjaga di depan pintu." Kata Susan

Alice semakin tersudut.

"Aku juga melihat mu selalu mengotak-atik smartwatch itu. Aku memang tidak bisa membukanya karena kau memberi password. Tapi, James menghubungi mu. Kau memberinya nama Robert kan? Tapi aku hafal betul nomor ponsel James, Alice."

Alice masih diam tak berkutik.

"Aku tau cara berpikir Edward. Karena aku sudah bersamanya selama 5 tahun. Dia begitu rumit akan segala hal. Tapi aku tau betul bagaimana dia memperlakukan ku."

"Jadi, aku benar kan? Kau adalah orang suruhan Edward untuk menjaga ku. Entah dari hal apa."

Alice hanya mengangguk. Dia tak menyangka bahwa Susan begitu cerdas membaca keadaan. Mungkin karena itu pula Edward jatuh cinta pada sosok Susan. Selain cantik, Susan juga cerdas.

Awalnya Alice mengira Susan hanya wanita lemah yang harus dia jaga dua puluh empat jam, kemanapun dan dimanapun. Ternyata dia salah.

"Sekarang kabarilah dia, katakan dia tidak perlu datang, aku ingin sendiri!" Suruh Susan.

Alice mengangguk dan segera menulis pesan di ponselnya. Dia mengirim pesan itu ada Robert yang sebenarnya adalah James.

******

Saat sore hari, pantai di Malaraja seakan bertaburan emas. Warna orange karena cahaya dari matahari yang akan tenggelam itu seakan memberikan kenikmatan yang lain.

Susan dan Alice berjalan di pinggiran pantai. Susan tidak melakukan apapun pada Alice, karena sebenarnya dia juga tidak tau harus melakukan apa. Memecat Alice sepertinya bukan pilihan yang tepat.

Tapi dengan terus memperkerjakan Alice sebagai pengawal pribadinya akan membuka ruang bagi Edward mengetahui semua yang terjadi pada dirinya.

Seperti saat ini, Edward mengetahui jika dirinya berada di Pulau Malaraja, pulau kesayangannya. Edward juga jadi tau bahwa Susan sedang bertengkar dengan Peter.

Semua ini karena keberadaan Alice disisi Susan.

Mereka berdua memutuskan untuk menikmati kelapa muda sambil duduk di sebuah kafe dekat pantai. Susan selalu memperlakukan Alice selayaknya seorang teman.

Alice duduk di samping Susan sambil menikmati kelapa mudanya.

"Jadi, kau juga tau kesepakatan ku dengan Edward?" Tanya Susan pada Alice.

"Iya, Nyonya."

"Menurut mu, apa yang sebenarnya ingin di buktikan oleh Edward pada ku?" Tanya Susan lagi.

Alice menggeleng. "Saya tidak tau, Nyonya. Saya hanya di perintahkan untuk menjaga Nyonya Susan. Saya juga hanya di beri tahu kesepakatan Nyonya Susan dan Tuan Edward. Selebihnya saya tidak tau menahu."

Susan menarik nafas panjang. "Aku juga penasaran. Sejak kembalinya Edward di hidup ku, aku merasa kesulitan. Hubungan ku dan Peter juga kena imbasnya, padahal sebelumnya kami baik-baik saja dan aku selalu bisa memaafkannya. Tapi sekarang, aku seakan butuh ruang sendiri dan memberi sedikit teguran pada Peter."

"Mungkin itu yang ingin Tuan Edward sampaikan pada Nyonya. Saya pernah mendengar percakapan Tuan Edward dan James mengenai Nyonya Susan." Kata Alice.

"Tentang apa?" Tanya Susan.

"Tentang Nyonya Susan yang banyak berubah. Nyonya Susan bahkan menyerahkan perusahaan skincarenya pada Tuan Peter yang berakhir bangkrut karena terlilit hutang pada Giancarlo Group."

"Tuan Edward juga mengatakan bahwa Nyonya Susan tidak lagi produktif di perusahaan. Entah apa maksud dan niat Tuan Edward, tapi saya merasa dia ingin Nyonya Susan kembali seperti dulu."

Susan termenung. Memikirkan perkataan Alice mengenai dirinya. Dia juga merasa bahwa setelah menikah ini memang banyak menghabiskan waktu di dalam mension. Dia lebih memilih menemani Tuan Sanders saat sakit daripada pergi ke perusahaan.

Susan juga percaya bahwa Peter bisa melakukannya. Namun dia salah, Bisnis Skincarenya yang sudah mengembangkan dengan pesat saat bersama Edward akhirnya harus bangkrut saat di pegang oleh Peter.

Saat itu, Susan hanya berpikir bahwa itu bukan dunianya Peter. Peter masih butuh belajar untuk mengelolanya. Sama seperti dirinya yang banyak belajar dari Edward.

"Aku ingin mengecek neraca pemasukan dan pengeluaran di perusahaan. Terutama di Susan Beauty Skin. Tolong kau hubungi Margaret, dia sekretaris di Alpha Group. Katakan aku meminta semua laporan keuangan selama dua tahun terakhir." Suruh Susan pada Alice.

"Baik, Nyonya."

"Pasti ada yang sedang mempermainkan aku dan Peter." Kata Susan.

Dia kembali menikmati kelapa mudanya. Perhatiannya teralihkan pada tangisan seorang bayi laki-laki. Seketika dia mengingat kejadian kecelakaan yang membuatnya keguguran.

Susan juga menyadari seorang wanita yang sedang menggendong bayi itu adalah wanita yang hampir di tabrak Alice tadi pagi.

"Alice, bukankah dia wanita yang tadi pagi?" Tanya Susan.

Alice menyelidik, memperhatikan wanita yang di maksud oleh Susan.

"Iya, betul Nyonya. Sepertinya dia juga menginap di resort ini." Jawab Alice.

Susan mengangguk. Masih mempertimbangkan akan menemuinya atau tidak. Sedangkan Alice kembali fokus pada ponselnya untuk menelpon Margaret sesuai perintah Susan.

Bersambung...

1
Andreee
yg di tunggu²
Riska Rosiana
akhirnya ketauan jg kan lo pet
Adi Putra
ku tunggu janda mu🤣
Adi Putra
dalam batin Edward, akhirnyaaaa🤣
Adi Putra
menggatal🤣
Riska Rosiana
🥲🥲🥲
Riska Rosiana
auto trauma🤣
Andreee
kesempatan🤣
Andreee
mampus kouu ana
Andreee
pokol teros peterr, jan kasih amponn
Andreee
🤣🤣🤣🤣
Andreee
amunisi gk tuu
Adi Putra
kasi napas eddd🤣
Riska Rosiana
🤣🤣🤣🤣
Olivia
susan bakal plh pa y
Adi Putra
Edward ini katanya cinta, tp nyusain susan mulu y
Olivia
Peter bangs*t bgt ya, benci bgt gue
Olivia
Peter ma Anna jodoh keknya, sama2 gk ada otak
Riska Rosiana
Wait waittt Peter bisa menggila jg ye
Riska Rosiana
Oh jadi si Peter yg selingkuh..aku kira susan yg bakalan selingkuh ama edward
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!