SUSAN

SUSAN

01. SUSAN

"Kita akan pergi kemana?" Tanya Susan sambil memegang tangan lelaki di sebelahnya, itu adalah suaminya, Peter.

Peter tersenyum sembari membalas memegang tangan istrinya dan menjawab "Ke suatu tempat"

Peter dan Susan adalah sepasang suami istri idaman, rumah tangga mereka begitu harmonis, tentram dan jauh dari gosip negatif. Peter, seorang pria tampan dengan tinggi tubuh 180cm, berkulit putih bersih dan gagah, menjadi idaman para wanita. Bahkan banyak wanita yang menyerahkan diri mereka cuma cuma agar di sentuh oleh Peter, namun Peter bukanlah laki-laki macam itu. Dia setia kepada istrinya, Susan.

Bagaimana tidak? Susan dengan kecantikan asli yang murni, berkulit putih bersinar dengan mata birunya mampu membius siapa saja di dekatnya. Dia bak malaikat yang di utus turun ke bumi untuk menjadi istri Peter.

Malam ini, tepat anniversary ke 2 pernikahan mereka. Peter telah memerintah Traver untuk mengurus semua kebutuhan mereka.

Traver adalah asisten pribadi Peter, bahkan dia adalah tangan kanan Peter. Traver selalu bisa di andalkan.

Setelah sekitar setengah jam mobil melaju, akhirnya mobil yang mereka berhenti di suatu hotel berbintang.

Susan menoleh dan melihat hotel itu dengan tersenyum. Dia tau selera suami sangat tinggi.

Mobil berhenti, Traver keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Susan.

"Traver, semua sudah siap? " Tanya Peter.

"Sudah Tuan" Jawab Traver sembari mengangguk hormat.

Susan melihat begitu banyak pengawalan disana dan sekilas melihat pistol yang tersembunyi di balik jas mereka.

"Apa ini tidak terlalu berlebihan, Peter?" Susan menggandeng lengan suaminya itu.

"Aku tidak mau ada yang mengganggu malam spesial ini, sayang."

Mereka mulai memasuki lobby dan langsung menuju lift. Ya, tentu saja Peter tidak mau ada yang mengganggu malam aniversary mereka. Dengan pengawalan ketat yang sudah di persiapkan oleh Traver atas perintah Peter. Setidaknya Peter akan merasa sedikit tenang, karena akhir akhir ini perusahaan cabang miliknya mulai di serang oleh mafia lain, bahkan sudah beberapa yang harus gulung tikar.

Tuan Sanders memang mafia yang sudah menguasai sebagian besar di negara itu sekaligus mafia tertua disana, dia di segani dan di takuti oleh semua mafia. Tidak ada yang berani macam macam dengannya. Karena semua orang tau dia akan membunuh siapapun yang di anggap mengganggu.

Namun, beberapa tahun terakhir, Tuan Sanders sakit sakitan, mengalami komplikasi yang cukup serius hingga harus bolak-balik ke rumah sakit.

Sejak saat itu juga, dia mulai menyerahkan kedudukannya pada Peter Sanders yang merupakan anak tunggalnya. Tapi Peter sepertinya tidak begitu menyukai dunia mafia. Dia juga tidak begitu ahli di bidang ini.

Tapi bagaimana lagi, hanya dia yang bisa meneruskan bisnis ayahnya itu, meskipun harus sedikit hancur karena kelalaiannya. Beberapa mafia juga mulai menyerang mereka karena tau Peter tak begitu kuat seperti ayahnya.

TING!!

Suara bel lift berbunyi. Lift pun terbuka. Mereka akhirnya sampai di rooftop. Traver membukakan pintu menuju rooftop.

"Selamat datang Tuan Peter dan Nyonya Susan!" Sambut seorang pelayan perempuan berambut pendek sebahu.

"Lewat sini, Nyonya!" Sambungnya.

Peter dan Susan pun melangkah masuk. Dengan dress putih klasik yang pas di tubuh Susan semakin membuatnya bak malaikat yang turun dari langit.

Tiba-tiba Susan menghentikan langkahnya, matanya membulat dan dia sontak menutup mulut karena terkejut.

Ya, rooftop hotel berbintang itu sudah di sewa Peter untuk acara aniversary nya malam ini. Di dekor dengan bunga bunga melati putih kesukaan Susan. Serta lilin lilin yang di tata sedemikian rupa membuat suasana semakin hangat dan tak terlupakan.

Sepasang kursi yang berhadapan bercover kain satin putih dengan meja bulat yang sudah tersedia beberapa alat makan serta lilin di tengahnya. Ini benar-benar candelight dinner sesungguhnya.

"Ini indah sekali.. Aku suka!" Ucap Susan dengan menatap Peter. "Terimakasih sayang!"

Peter tersenyum dan memeluk Susan. Lalu memberi kode agar Traver dan pelayanan perempuan itu pergi.

"Seharusnya aku yang berterimakasih pada mu, karena kau mau menerima perjodohan itu dan kini kau menjadi istri ku. Aku sangat bersyukur, sayang!" Peter mencium dahi Susan dengan lembut.

"Jika aku tidak menerima perjodohan itu, mungkin ayahku tidak akan meninggal dengan tenang." Ucap Susan sembari memeluk Peter lebih kuat.

Peter dan Susan memang menikah karena perjodohan. Leonardo, ayah Susan bersahabat dengan Sanders, ayah dari Peter.

Mereka membangun Alpha Group bersama sama, hingga perusahaan itu menjadi besar dan lebih besar. Namun Sanders juga menjalankan beberapa bisnis gelap di pasar gelap, yang membuatnya cepat kaya seperti sekarang.

Namun, suatu ketika di malam hari yang gelap dan dingin. Sekelompok pengawal mafia membunuh Leonardo yang sedang menginap di rumah perusahaan. Mereka mengira malam itu Sanders lah yang menginap disana. Mereka sebenarnya memburu Sanders untuk meruntuhkan kekuasaannya di dunia mafia. Namun naas bagi Leonardo, dia menjadi korban salah target dan harus terbunuh disana tanpa perlawanan.

Saat polisi datang, mereka menemukan wasiat terakhir Leonardo yang meminta putrinya, Susan, untuk menikah dengan Peter anak dari Sanders agar ada seseorang yang menjaganya. Karena Susan hanya memiliki ayahnya, ibunya telah meninggal saat melahirkan.

Dengan berat hati, Sanders memberikan surat wasiat terakhir ayahnya pada Susan. Susan hanya menangis membaca surat itu.

Setelah pemakaman ayahnya, Susan memutuskan setuju untuk menikah dengan Peter.

Sedangkan Peter sudah bisa di pasti setuju dengan perjodohan itu, karena sudah sejak lama dia menyukai Susan. Bahkan sejak dia masih memiliki kekasih, diam diam dia menyimpan rasa pada Susan.

Dengan adanya kesempatan itu, Peter langsung setuju dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang tidak mungkin datang dua kali.

Sanders pun merasa lega dengan begitu dia dapat terus menjaga Susan dan menebus kesalahannya pada Leonardo. Dengan begitu pula Alpha Group juga dapat berjalan dengan lancar tanpa harus pembagian harta gono gini, karena nantinya pasti semua harta dan kekuasaan yang dimiliki Sanders sekarang akan jatuh ke tangan anak dari Peter dan Susan, yaitu cucunya.

Namun, sampai saat ini Susan belum juga hamil.

"Aku merindukan ayah." Susan menatap mata Peter dengan mata birunya seolah mata itu sedang menghipnotis Peter.

Peter mencium bibir Susan dengan lembut. Memegang kedua pipi Susan dan menciumnya lebih dalam. Semakin dalam hingga membuat Peter jatuh dalam kenikmatan, tangannya mulai meraba pinggang Susan dan semakin turun ke ke pantat yang padat dan berisi itu.

"Bukankah kita harus makan dulu?" Tanya Susan melepas ciuman mereka.

Peter memejamkan mata sambil tertawa kecil. "Kau selalu membuat ku bersemangat!"

Mereka pun tertawa bersama. Merayakan aniversary yang ke 2 dengan candlelight dinner yang sangat romantis dan hangat. Hidangan demi hidangan telah di keluarkan. Selepas makan malam, Peter mengajak Susan untuk menginap di hotel tersebut.

Sebelum memasuki kamar, Peter melihat Traver yang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. Dia tau gelagat itu, pasti ada yang tidak beres.

Peter segera meminta Susan untuk segera masuk ke dalam kamar dan menunggunya di dalam, lalu dia menutup pintu kamar hotel itu.

"Ada apa?" Tanya Peter setelah Traver berdiri di depannya.

Traver langsung menunjukkan tabletnya, "Perusahaan cabang kita di Kota Tabalo di serang, Tuan. Ada sebuah virus yang di masukkan sehingga beberapa data perusahaan bocor dan berhasil di curi!"

"Bagaimana bisa? Ayah sudah tau?"

"Tuan Sanders sedang menuju kesana, Tuan. Dan meminta anda untuk segera kembali ke mansion segera mungkin." Traver menggeser tabletnya, menunjukkan sebuah pesan dari Sanders.

Peter membuang nafasnya kesal, dia menutup mata dan memijit pelipisnya.

"Siapkan mobil, kita pulang sekarang!"

Traver mengangguk dan segera pergi. Tanda mengerti apa yang harus dia kerjakan.

Peter membuka pintu kamar hotel dan melihat istrinya sedang duduk di tepi ranjang sambil memandang ke arahnya. Pandangan was was seakan tau apa yang terjadi.

"Maaf sayang, kita harus pergi!"

"Tidak apa apa, mari kita pulang." Susan mengambil tasnya yang tergeletak di atas kasur. "Coba hubungi Lucy, dia ahli di bidang IT, aku yakin dia pasti bisa membantu kita."

"Kau menguping ya?" Peter menatap Susan.

"Kasian ayah jika terus melibatkannya, ayah sudah sakit sakitan sayang."

"Iya sayang. Ayo segera pulang, ayah pasti akan marah jika kau tidak segera sampai di mansion." Peter menggenggam tangan Susan dan segera keluar dari kamar hotel menuju ke basement.

Traver sudah menunggu di depan pintu mobil. Susan juga melihat ada beberapa mobil lain di depan dan belakang mobil yang akan mereka tunggangi.

Sanders, ayah mertua Susan selalu mengkhawatirkan Susan jika terjadi penyerangan seperti ini. Dia selalu mengerahkan para pengawal untuk menjaga Susan. Dia takut jika musuh mafianya akan melakukan sesuatu yang buruk pada Susan.

Peter dan Susan segera masuk ke dalam mobil. Begitupun dengan Traver, ia segera masuk, duduk di samping supir dan iring-iringan mobil pun segera keluar dari basement menuju jalanan yang cukup ramai.

Tak lama kemudian, mereka sampai di halaman mension. Peter segera membawa Susan ke kamarnya.

"Maaf ya, seharusnya ini menjadi malam yang indah." Ucap Peter setelah menutup pintu kamar mereka.

Susan menunduk lesu. Sebenarnya dia juga kecewa karena dia berharap malam ini akan menjadi malam yang panas bersama Peter. karena selama ini Peter terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Belum lagi urusan para mafia yang mulai menyerang bisnis mereka setelah tau Sanders sakit sakitan dan mulai melemah.

Peter berjalan menuju istrinya yang terduduk lesu. Dia berjongkok di depan sUsan sembari memegang tangannya. "Semua akan baik-baik saja, tenang sayang."

Lalu Peter mencium punggung tangan Susan dan memeluknya. "Aku ingin.." katanya dengan nada yang dibuat-buat.

Terdengar lucu dan sedikit geli hingga membuat Susan seketika tersenyum. "Bukankah kau harus pergi?"

"Ya, beri aku amunisi sedikit saja agar aku bersemangat, karena malam ini sepertinya aku akan bergadang lagi." Pinta Peter sambil membuka ikatan baju di punggung Susan.

"Aku sudah menahannya sepanjang perjalanan kemari."

"Oh ya?" Susan menjawabnya sembari tertawa, dia tak mampu melihat wajah suaminya yang sedang memelas itu.

Peter mulai meraba paha Susan. Tangannya lihai naik turun dan menyingkap dress milik Susan. Kini paha putih mulus itu terekspos dan membuat Peter semakin memanas.

Lalu Peter mulai membuka resleting di punggung Susan. Meraba punggungnya, menggigit lembut telinga Susan hingga membuat Susan tak berdaya dan memejamkan mata menikmati sentuhan-sentuhan Peter.

Peter membuka dress Susan dengan menariknya ke atas, dai juga buru-buru membuka bra berwarna merah muda itu. Hingga muncullah gunung kembar milik Susan yang padat dan kenyal seperti menantang Peter untuk terus menaklukkannya.

Dan ya, Peter kalap. Dia melumat gunung kembar Susan bergantian. Kadang juga memelintirnya pelan. Kini tangan kanannya mulai turun ke bawah sana. Menyingkap segitiga bermuda yang menjadi penghalang.

"Aagghhh.." akhirnya Susan tak mampu menahannya lagi.

Cukup lama Peter melakukan itu hingga membuat Susan merobohkan diri di atas kasur karena di buat tak berdaya.

Peter membuka segitiga bermuda itu dan segera membuka celananya, mengeluarkan sesuatu yang sudah mengeras sedari tadi, seakan tak sabar untuk masuk ke milik Susan.

"Aagghhh.. Peter!!" Ucap Susan saat milik Peter mulai masuk ke dalam miliknya.

Peter mulai memompa, pelan pelan, semakin lama semakin cepat. Begitu pula dengan suara-suara Susan yang mengiringi gerakan Peter sekan berirama.

Setelah sekian lama, akhirnya Peter mencapai pelepasannya, dia mengeluarkannya di dalam milik Susan. Susan pun lelah.

Perlahan Peter mencabut miliknya dan merobohkan diri di samping Susan. Keduanya mengatur nafas yang tersenggal-senggal.

"Istirahatlah, setelah ini aku akan pergi membantu ayah." Peter mencium bibir ranum Susan.

Susan hanya mengangguk dan tersenyum, dia tak mampu menjawab banyak karena masih mengatur nafas.

Dan malam itu, Peter benar-benar pergi menyusul ayahnya di Kota Tabalo bersama Traver. Susan akhirnya tidur sendiri lagi di kamarnya. Peter benar-benar sibuk bahkan di hari aniversary mereka.

Susan merasa tidak enak badan malam itu. Kepalanya sedikit pusing, perutnya kembung, dan mual. Akhirnya dia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Dokter Joshua, dokter pribadi mereka. Susan membuat janji temmu dengan Dokter Joshua besok pagi untuk berkonsultasi masalah kesehatannya.

Terpopuler

Comments

Riska Rosiana

Riska Rosiana

Baru mulai udah panas ya🤣

2025-10-05

0

Andreee

Andreee

amunisi gk tuu

2025-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!