NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Kecurangan Fadil * Kedatangan orang tua Nurmala

.

Fadil tak bisa tidur nyenyak, padahal malam telah larut. Bayangan Arhan dengan seringai meremehkannya terus menghantui. Ia bangkit dari ranjang, berjalan mondar-mandir di kamar. Nurmala yang terlelap di sampingnya tak terusik sama sekali.

"Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi," gumam Fadil, matanya menyala penuh kebencian.

Keesokan harinya, Fadil mulai menjalankan rencananya. Ia mencari beberapa orang yang bisa ia bodohi untuk menyebarkan cerita-cerita miring tentang warung Arhan.

"Dengar-dengar, di sana itu daging dan ikannya nggak segar, lho. Dia selalu mencari dagangan sisa kemarin agar harganya lebih murah," ujarnya pada seorang ibu yang sering makan di restorannya.

"Masa sih, Pak Fadil? Tapi kok di sana bisa rame sekali, ya?" jawab si ibu ragu.

"Ya, namanya juga warung baru. Pasti ada triknya. Mungkin pakai penglaris," balas Fadil, dengan mengangkat kedua bahunya memberikan sebuah kemungkinan.

"Apalagi warung kecil pasti modalnya juga kecil. Aku kasihan dengan yang beli saja, kita kerja cari uang sudah susah. Untuk beli makanan malah dapatnya makanan yang tidak higienis,” selanjutnya berpura-pura peduli pada pelanggan.

"Ya Tuhan. Kok Aku jadi kasihan juga ya sama yang beli di sana,” ujar ibu itu.

"Seharusnya sih ada yang mengingatkan para pembeli, agar mereka tidak salah pilih. Itu kan berbahaya bagi kesehatan. Tapi siapa yang berani bicara? Takutnya nanti malah dibilang fitnah.” Fadil memasang wajah malaikat.

Ibu itu tampak mengepalkan tangan. Sementara Fadil menyembunyikan seringai licik di sudut bibirnya merasa umpannya sudah dimakan. Hanya dengan memasang wajah bak malaikat baik hati, yang begitu peduli dengan semua orang, semua berjalan lancar.

Tak hanya itu, Fadil juga menyuruh seseorang untuk membuntuti Farhan ketika pria itu hendak berbelanja bahan dagangan. Setelah tahu, ia mencoba mendekati pedagang bahan baku langganan Arhan.

"Saya berani bayar lebih mahal, Pak. Asal Bapak nggak lagi suplai ke warung itu," kata Fadil pada seorang pemasok ayam.

Namun sayang, kali ini rencananya gagal.

"Maaf, Pak. Saya sudah janji sama Mas Arhan. Dan saya tidak mungkin ingkar," jawab si pemasok dengan sopan.

Fadil mendengus kesal. Rupanya yang baru saja ia jumpai, adalah seorang pedagang yang telah bertahun-tahun Malang melintang dalam dunia bisnis. Ia paham trik yang sedang dimainkan oleh Fadil.

*

Warung Arhan semakin ramai dari hari ke hari. Apa yang dilakukan oleh Fadil seolah tak berefek sama sekali, karena berhasil ditepis oleh rekan-rekan Budi yang beramai-ramai memasang apa yang mereka nikmati di warung Arhan pada sosial media mereka. Bahkan ada yang membuat video proses pembuatan berbagai menu warung Arhan. Orang-orang langsung berdatangan dari berbagai penjuru. Ingin merasakan apa yang mereka lihat di sosmed.

Romi dan Joni tampak sibuk wara-wiri mengantar pesanan. Arhan sendiri dengan cekatan membakar ikan dan ayam di atas bara api. Aroma sedap menyeruak, membuat perut siapa pun keroncongan.

"Bu, Alhamdulillah ya, warung Mas Arhan rame," Rina yang baru saja selesai mencuci piring, mendekati ibunya yang sedang meracik bumbu tambahan sebagai persiapan jika bumbu hari itu kurang.

Baru empat hari yang lalu Bu Astuti dan Rina datang ke kota di mana Arhan tinggal dengan diantarkan oleh Fahri dan Arum. Arhan juga tak lagi tinggal di rumah Budi. Dia sudah mendapatkan rumah kontrak yang meskipun tidak besar tapi cukup nyaman untuk mereka tempati bertiga.

“Alhamdulillah, Rin. Senang ya kalau mas-mu sukses?" Bu Astuti menjawab sambil menghapus matanya yang berair karena sedang mengupas bawang merah.

"Ya dong Bu. Kan kalau Mas Arhan banyak uang, kantong ku juga ikut tebal." Rina cengengesan menunjukkan deretan giginya.

“Dasar kamu itu. Kalau dengar kata uang aja mata langsung ijo." Bu Astuti menatap wajah putrinya dengan mata mendelik.

“Itu kan berarti aku normal, Bu."

Arhan yang mendengar pembicaraan antara adik dan ibunya, tertawa geli sambil menggelengkan kepala. Ia begitu bahagia bisa kembali berkumpul dengan ibu dan adiknya. Setelah ayahnya meninggal lima tahun yang lalu, ia merasa dirinyalah yang bertanggung jawab atas ibu dan adiknya.

“Eh, Bu, Mas!” Rina menoleh ke arah Arhan yang sedang membalik panggangan.

"Hum?" Arhan menoleh sekilas lalu kembali fokus pada apa yang sedang ia kerjakan.

“Kok kemarin aku denger dari Mas Budi, kalau Mas Fadil nyebarin gosip nggak enak tentang warung kita, ya?" Raut wajah Rina berubah serius.

"Biarin aja, Rin. Nggak usah dipikirin. Yang penting kita tetap jaga kualitas makanan dan pelayanan kita. Biar pelanggan sendiri yang menilai," jawab Arhan dengan tenang.

"Tapi kalau dibiarin terus, kan bisa bahaya, Mas," balas Rina khawatir.

"Percaya aja, Rin. Kebaikan pasti akan mengalahkan keburukan," kata Arhan sambil tersenyum.

"Ibu setuju dengan yang itu.” Bu Astuti menimpali. "Kita hanya wajib berusaha dan berdoa serta memohon perlindungan pada-Nya. Ben Gusti Allah wae sing ngatur." Bu Astuti menasehati putra putrinya.

"Tapi tetep kudu ngati-ati Lee...(harus hati-hati, Nak). Mergo akeh sing katone Kresno,, jebule buto, (Karena banyak yang terlihat seperti Krishna, ternyata raksasa jahat). Maka kamu harus selalu waspada."

"Inggih, Bu. Arhan akan selalu ingat pitutur Ibu."

*

Malam hampir larut, Nurmala duduk termenung di restoran yang sepi. Meja-meja kosong, hanya ada beberapa pelanggan yang tampak masih sering datang. Di meja kasir, Fadil duduk dengan wajahnya yang kusut. Pemasukan restoran mereka semakin hari semakin menurun.

"Mas, gimana pendapatan hari ini?" tanya Nurmala dengan ada menuntut.

Fadil menghela napas panjang. "Aku juga nggak tahu, Nur. Kamu juga bisa lihat sendiri kan? Pembeli yang datang tidak seperti sebelumnya." jawabnya putus asa.

Nurmala kembali terdiam. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai hal. Salah satunya, Arhan dengan kesuksesannya. Melirik ke arah Fadil dengan tatapan penuh misteri.

Fadil menatap Nurmala berusaha meyakinkan. “Tapi aku nggak akan menyerah. Aku pasti akan menemukan cara untuk mengalahkan Arhan," ucapnya penuh tekad.

*

Nurmala duduk di sofa ruang tamu rumah Fadil dengan tubuh lelah. Padahal ia pulang untuk istirahat, tapi kedatangan kedua orang tuanya membuat waktu istirahatnya harus tertunda.

Pak Slamet dan Bu Susi menatapnya dengan sorot mata kecewa dan murka.

Fadil berdiri di dekatnya, mencoba menjadi jangkar di tengah badai yang baru saja dimulai.

"Jadi, benar rumah besar itu sudah bukan milikmu lagi?" Pak Slamet membuka suara.

Nurmala mendengus kesal. Memangnya hanya mereka berdua saja yang kecewa? Dia sendiri juga kecewa, marah dan juga malu. Tapi dia bisa apa? Arhan lebih berkuasa.

"Kalau kalian sudah tahu, kenapa harus bertanya lagi?" Nurmala merasa kedatangan ayah dan ibunya bukan menjadi pelipur lara atau memberikan dukungan mental, tetapi malah menyudutkannya.

Pak Slamet menahan geram dalam hatinya. Di atas pegangan kursi kedua tangannya terkepal dan rahangnya mengeras. Matanya melotot tajam ke arah putrinya. "Kenapa ada masalah sebesar ini dan kamu tidak cerita sama kami? Kami malah tahu dari orang lain? Kami malu, kamu mikir nggak?"

Nurmala menghela nafas kesal. "Dan sekarang kalian sudah tahu. Memangnya apa yang bisa kalian lakukan? Kalian hanya akan memarahi aku kan?”

"Nurmala!" Slamet langsung berdiri dan berkacak pinggang. Pria tua itu benar-benar marah. Kata-kata Nurmala sama sekali tidak menunjukkan rasa hormat.

Fadil mencoba menengahi, menyentuh lengan Slamet dan membimbingnya untuk kembali duduk. "Pak, tenang dulu, ya. Ini sudah terjadi. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita mencari solusinya."

Susi menoleh ke arah Fadil dengan sinis. "Solusi? Solusi apa yang bisa kamu berikan, Fadil? Coba lihat dirimu! Kamu itu laki-laki, Tapi sama sekali tidak bisa diandalkan. Menyesal aku merestui kamu dengan Nurmala!”

1
Hasanah Purwokerto
laki" mokondo dipelihara....
nurmala memang gob****k..
Hasanah Purwokerto
keputusan yg tepat pak...👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Bu Larasati kereeeeennn...
Fadil mati kutu.....
Hasanah Purwokerto
Betul mba Laras,,apalagi di kasus ini,,Arhan tdk sepenuhnya bersalah.
Hasanah Purwokerto
Syukurlah...ada pengacara yg mau membantu...
terimakasih pak budi...🤭🤭🤭
Hasanah Purwokerto
Ibu yg bijaksana...
👍👍👍
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
malang klo huruf besar disangkanya kota Malang🤭
Hasanah Purwokerto
Penjara bukan penghalang untuk ttp terus belajar,,,belajar,, dan belajar...
semangat bang Arhan....💪💪💪💪💪
ora
Makan tuh penyesalan. Dah enak-enak di kasih menantu bertanggung jawab dan pekerja keras, eh ... malah dicurangi begitu🙄😒
Warijah Warijah
Ortunya Nurmala memang muka tembok y. hati² Arhan..jangan sampai keba jebakan klwrga Nurmala lg.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
nah lo ngamuk2 slamet.. tau kan fadil nebeng aja 😂😂😂enak kan🤣🤣🤣
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
RMQ: hehe🤭🤭🤭🤭
total 3 replies
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!