Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Belum sempat keduanya bereaksi, pintu gudang kembali terbuka. Kaisar Bai, Permaisuri, Putra Mahkota, serta beberapa pejabat tinggi masuk dengan wajah marah.

“APA ARTINYA INI?!” Suara Kaisar menggelegar.

Li Wen dan Mei Hua segera berlutut, wajah mereka pucat pasi. “Hamba… hamba bisa jelaskan—”

Namun Putra Mahkota Putra Bai Xiang, memotong dengan dingin. “Tidak perlu. Kami sudah mendengar sendiri. Putri Xue Yi membawa bukti dan saksi.”

Xue Yi menyerahkan catatan kecil berisi salinan percakapan yang berhasil ia rekam dengan bantuan Su Mei, serta kain berlumuran darah yang sudah dicampur obat racun Mei Hua.

“Ini bukti bahwa mereka berdua bersekongkol untuk menjatuhkanku,” ujar Xue Yi tenang.

“Dan lebih dari itu Penasehat Li, ayah Li Wen, juga terlibat. Dialah otak yang memerintahkan anak dan dayang ini. Penasehat Li juga membangun kerja sama dengan musuh ” ujar Xue Yi

Semua mata membelalak.

“Pengkhianatan terhadap keluarga kerajaan!” teriak salah satu menteri senior.

"Pengawal Si cepat bawa pasukan tangkap Li dan semua yang terjerat bersamanya, jangan tersisa. Semua keluarganya tangkap Janan ada yang tertinggal, yang tidak bersalah asingkan " titah Kaisar Bai Zeng

"Baik yang mulia" seru pengawal si lalu pergi

Lalu permaisuri maju, menatap Mei Hua dengan tatapan jijik. “Bagaimana beraninya kau, dayang rendahan, mengkhianati tuanmu yang telah membesarkanmu, kau sudah di anggap keluarga sendiri tapi ini balasannya?”

Kaisar menghentakkan tongkat naga emasnya. “Li Wen, Mei Hua! Kalian telah mengkhianati darah kerajaan. HUKUMAN MATI menanti kalian!”

Li Wen berteriak putus asa. “Ayahanda Kaisar! Ampun! Saya hanya…”

“Cukup!” potong Putra Mahkota. “Pengkhianatan tidak mengenal ampun.”

Mei Hua yang awalnya pucat kini malah tertawa getir. “Hahaha… Putri, saya akui, Anda lebih pintar dari yang saya kira. Tapi ingatlah, pria seperti Li Wen tidak akan pernah mencintai wanita sakit-sakitan!”

Xue Yi menatapnya dingin. “Itu urusan kecil. Lagian aku juga tidak mencintai dia, aku hanya kasihan padanya jadi aku mau menerimanya. Aku ini putri dari seorang kaisar seharusnya dia yang beruntung mendapatkan aku tapi ya sudah selera dia bebek bodoh. Tapi pengkhianatanmu adalah dosa besar. Kau memilih jalan ini sendiri, Mei Hua.”

Yi Chen dan Su Mei segera menyeret keduanya keluar, sementara Li Wen meraung memanggil ayahnya yang sudah lebih dulu ditangkap.

---

Setelah ruangan kembali tenang, Kaisar menoleh pada putrinya. “Xue Yi… kau sungguh membuat ayah bangga. Jika kau tidak cerdas, mungkin sekarang kita sudah kehilangan kehormatan istana.”

Permaisuri memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Anakku, kau lebih kuat dari yang ibu bayangkan.”

Putra Mahkota Gege mendekat, menepuk bahu adiknya. “Mulai hari ini, aku akan menambah pengawal untukmu. Yi Chen dan Su Mei akan selalu ada di sisimu. Kau tidak lagi sendiri, Xue Yi.”

Xue Yi menunduk, tubuhnya masih lemah, namun hatinya berapi-api. “Terima kasih, Gege. Aku berjanji tidak akan pernah membiarkan siapa pun mempermainkan keluarga kita lagi.”

Malam itu, bintang-bintang di langit Bai bersinar terang, seolah ikut merayakan terbongkarnya pengkhianatan besar.

Di kejauhan, di negeri Siu, Pangeran Wang Ji juga menatap bintang yang sama dari jendela kamarnya. Senyum samar tersungging di bibirnya.

Wang Ji memeluk topeng kebodohannya semakin erat, sambil menyiapkan rencana besar untuk menjatuhkan lawan politik.

Di negeri Bai, Xue Yi yang berhasil, karena memilih bersabar agar bisa mengungkap pengkhianatan tunangannya dengan cara yang lebih telak.

Dua jiwa, dua negeri, tapi benang takdir mereka semakin menegang, seolah bulan yang sama menjadi saksi rahasia keduanya.

Bersambung…