"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAKUT KHILAF
POV Reyna
Suara adzan berkumandang, aku terbangun dari tidurku, terlihat mas Saka yang masih terlelap, aku pun bangkit menuju kamar mandi. Setelah melakukan kewajibanku, aku bergegas menuju dapur.
Di rumah besar orang tuaku ini tidak memiliki pembantu, karena sudah di keluarkan sejak satu tahun lalu. Aku juga tidak mengerti mengapa mama memecat para pekerja.
Padahal sedari dulu mama itu paling anti turun ke dapur. Pasti saja selalu bibi yang mengerjakan. Tetapi sudah satu tahun belakangan ini tidak ada pembantu lagi, sehingga semuanya pun aku yang mengerjakan.
Tetapi aku senang, sebab setelah mengantar putriku sekolah, aku tidak ada kegiatan lain, selain membereskan rumah, seperti masak, nyuci, nyapu, ngepel dan lain-lain. Aku pernah bertanya kepada mama, mengapa para pekerja di berhentikan.
Mama mengatakan jika pembantu jaman sekarang suka menggoda majikannya. Sehingga mama pun menjadi takut jika para bibi akan menggoda mas Saka. Masuk akal juga, tetapi aku merasa janggal dengan alasan mama itu. Akhirnya aku memilih untuk tidak memikirkan nya.
Saat aku berkutat di dapur, mama keluar dari kamar dengan rambut yang di lilit handuk! Aku menatap mama dengan serius. Sebab tumben sekali pagi-pagi mama keramas, padahal ini masih pukul lima. Apakah mama tidak merasa dingin?
"Reyna, bikin sarapan apa hari ini." ucap mama sambil mengambil minuman herbal nya di dalam kulkas.
"Ini ma, nasi goreng sama telur ceplok saja. Mama tumben pagi-pagi begini sudah keramas, apa tidak dingin?" ujarku bertanya.
Seketika mama menghentikan aktivitas tangan nya. Beliau langsung menatapku. Ku akui mamaku ini sangat cantik sekali, aku saja yang sebagai anak merasa kalah cantiknya. Meskipun mama sudah berumur, tetapi badan dan kulitnya masih sangat halus dan kencang, bahkan terlihat masih seperti umur 30-an.
Berbeda dengan aku, yang sehari-hari hanya menggunakan baju panjang serta hijab. Ya, dulu aku tidak berhijab seperti mama ku, namun setelah menikah, aku mengikuti sebuah ajaran dari kajian. Jika wanita itu harus menggunakan hijab. Akhirnya aku memutuskan untuk berhijrah, ya meskipun belum 100%.
"Um, gerah nak. Lagian rambut mama Juga sudah lepek." jawab mamaku.
Aku pun hanya mengangguk saja. Ingin bertanya tentang suara aneh yang semalam, tetapi aku takut, takut akan membuat mama tersinggung.
"Kiara belum bangun?" ucap mamaku.
"Oh itu dia ma." ucapku yang melihat Kiara berjalan ke arahku dan mama.
"Aduh, cucu oma kok belum mandi?" ucap mama Rieta.
"Masih dingin oma. Jawab putriku.
"Anak cewe itu harus biasain mandi pagi, biar badannya segar." ucap mama.
Putriku hanya diam saja dan langsung menatapku yang sedang mengoseng nasi goreng.
"Wangi banget ma?" ucap Kiara.
Aku tersenyum dan menyuruhnya untuk segera mandi kemudian sarapan, karena hari ini pasti akan di antar sekolah oleh mas Saka dan juga mama.
Terlihat mas Saka yang berjalan ke arah meja makan. Suamiku itu sudah sangat rapih dengan pakaian kerjanya. Aku tersenyum melihatnya, sebab suamiku itu sangat tampan sekali.
"Pagi ma." ucap suamiku.
"Pagi juga Saka. Sudah rapi ya. Tunggu ya, mama ganti baju dulu." ucap mama dan langsung bergegas menuju kamarnya.
Aku mendekat ke arah mas Saka yang tampan itu.
"Mas, sarapan dulu." ucapku sambil meletakan nasi goreng di atas meja.
Namun reaksi wajah mas Saka membuatku terkejut, ia langsung menutupi hidungnya.
"Rey, kamu bau bawang banget sih?" ucap mas Saka.
Tidak biasanya mas Saka bersikap seperti itu. Sudah bertahun-tahun tinggal dan hidup bersama. Mengapa baru hari ini mas Saka komplen tentang aku yang bau bawang. Jujur hatiku sedikit tersinggung, namun aku tidak mau memperbesar masalah.
"Namanya juga habis dari dapur mas. Ya bau bawang." ucap ku dengan santai.
"Ya sudah sana mandi dulu, gak enak banget kan kalau sarapan campur bau asam seperti ini." ucapnya masih tetap menutupi hidungnya menggunakan tangan.
"Iya, aku mandi dulu." ucapku yang melangkah berlalu.
Aku masih mendengar ocehan mas Saka.
"Contoh mama mu tuh lho Rey. Wangi, segar, modis. Lha ini! Mau ngelayanin suami kok bau bawang. "ucapnya yang ku dengar.
Tak ku hiraukan, aku terus melangkah kan kakiku, hingga aku dan mama pun saling berpapasan.
"Loh tidak sarapan Rey? Kamu mau kemana." tanya mama yang sudah sangat rapi dan wangi.
Memang berbeda sekali, aku dan mama itu bagaikan langit dan bumi.
"Mama ke kantor hari ini?" tanyaku.
"Iya dong, setiap hari kan memang mesti begitu." ucap mama.
Aku hanya mengangguk saja dan langsung menuju kamar untuk membersihkan Aku tidak mau telat untuk melihat anaku berangkat sekolah.
Tidak sampai setengah jam aku keluar dengan pakaian yang sudah rapih dan wangi. Terlihat mama, mas Saka dan Kiara yang hendak akan berangkat, mereka semua keluar menuju mobil milik mama. Aku pun langsung mengikutinya.
"Mama." teriak Kiara yang langsung memelukku dan salam tangan kepadaku.
"Hati-hati ya, yang pintar sekolahnya." ucapku sambil mencium pelan kepalanya.
"Iya ma." jawab putriku dan langsung menyusul omanya masuk ke dalam mobil.
Sedangkan mas Saka mencium keningku, tak lupa juga aku mencium tangannya.
"Hati- hati ya mas.. Mama hati-hati." ucapku juga kepada mama.
Akhirnya mereka pun berlalu, aku hanya bisa menatap mobil mereka yang menjauh. Sebenarnya aku yang selalu mengantar jemput Kiara untuk sekolah. Namun entah mengapa sudah satu bulan ini mama dan suamiku yang mengantar Kiara sekalian mereka berangkat bekerja.
Ya, maunya mama memang seperti itu, mas Saka berangkat bersama dengan mama, agar tidak boros ongkos. Biasanya mas Saka memang selalu berangkat kerja menggunakan ojek online. Namun sudah satu bulan ini mas Saka selalu berangkat bersama dengan mama.
"Mbak Rey, tunggu." ucap sang tetangga rumah mama.
Aku yang hendak akan masuk pun menoleh ke arahnya.
"Eh ibu Mira, ada apa bu?" tanyaku dengan sopan.
Wanita paruh baya berhijab itu menatap ke arah dalam rumah, aku pun ikut menatap ke arah sana.
"Mama mu sudah pergi ya?" tanyanya.
Aku mengangguk dengan senyum. "Sudah bu, ibu ada keperluan sama mama?" tanyaku yang tidak mengerti ada tujuan apa ibu Mira dengan mama.
"Itu, ibu hanya ingin bilang sama kamu. Rieta kan sudah tua, dan juga ada anak mantu laki-lakinya. Lho kok pakaiannya seperti itu lho, apa kamu tidak menegurnya ya Rey, namanya juga manusia. Takut saja akan khilaf." ucap ibu Mira kepadaku.
Aku terdiam mencoba mencerna ucapan ibu Mira. Mungkin kah begitu? Aku rasa mas Saka dan mama tidak akan mungkin tega sampai melakukan khilaf seperti itu. Akhirnya dari pada panjang dan menjadi omongan para Tetangga, aku pun mengangguk saja.
"Iya bu, nanti akan saya bilang sama mama." ucapku dengan senyum.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek