Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 ~ Serangan Mendadak dalam Berlatih
Saking asiknya Dana makan bersama, hingga dia melupakan sosok yang bersembunyi di balik pohon besar yang menjulang di sebrang perkebunan bunga itu.
Dengan santai Dana berjalan menuju lapangan di mana dia akan berlatih bela diri dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
Sesampainya di lapangan ...
"Apakah kamu yang namanya Dana?" tanya seorang pria yang terlihat sebaya dengan Dana.
"Betul," jawab singkat Dana dengan mata fokus memperihatinkan pria yang berada tepat di depannya.
"Kenalkan saya Bagas, berhubung Pak Rofik berhalangan masuk maka saya yang akan mengajarimu hari ini," ucap Bagas dengan tatapan menusuk.
Ternyata Dana di latih pelatih baru, dia adalah pelajar juga sama dengan Dana namun dia sudah memiliki tingkatan yang tinggi, Bagas telah belajar bela diri dari usianya 5 tahun sehingga dia begitu mahir atau sudah expert dalam bela diri, bahkan dia sering di tunjuk untuk mengikuti lomba, dan telah banyak mengharumkan nama bela diri di kampungnya ini.
Kampung yang tersembunyi dan kurang terpandang namun usaha dan lainnya sudah sangat terpandang dan di kenal. Namun pedesaan ini tetap di sembunyikan, cukup nama bela diri dan hasil panen itu saja yang terkenal tanpa nama pedesaan itu di kenal.
Mereka tidak menginginkan jika nama Desa mereka dikenal sehingga budidaya keasriannya takut hilang jika banyak yang datang ke desanya.
Kembali ke Dana dan Bagas.
Dana merasakan ada tatapan tajam dari Bagas ... entah apa namun dia merasa ada ketidaknyaman yang sulit di jelaskan.
Saat Dana kembali melatih kuda-kudanya, Bagas dengan kasarnya menendang keras kaki Dana beberapa kali.
"Jika kamu berniat mengikuti bela diri ini, seharusnya kamu lebih serius dan memantapkan diri sebelum memulai, lemah begini mau bagaimana kamu melawan musuh?" sindir Bagas.
Sejujurnya kaki Dana merasakan sakit yang tidak terkira, tendangan dari Bagas begitu keras juga kasar, terdengar suara tulang dari kakinya yang cukup nyaring.
Hingga akhirnya Dana tidak mampu lagi menompang kakinya untuk melakukan kuda-kuda.
"Kenapa? bangun ..., masa segitu saja sudah kalah?" sindir Bagas.
Dana mencoba bangun berkali-kali dan berkali-kali juga dia terjatuh.
"Masih mau mencoba? atau berhenti di sini?" tantang Bagas dengan menyeringai puas.
Namun ada ego dalam diri Dana, meski sakit tapi dia kembali berdiri.
Bagus juga mental kamu? padahal gue tahu bagaimana sakitnya kakimu?. Batin Bagas menyeringai puas.
Bagas tahu seperti apa dia menyerang Dana tapi dia seperti belum puas menyerang Dana jika belum sampai babak belur.
Dana bagai di serang musuh secara tiba-tiba, yang mana dia belum siap namun sudah di hantam secara mendadak bahkan tiba-tiba bahkan ilmu yang di milikinya belum seberapa.
Kenapa orang ini? apa salah gue? kenapa dia seperti menyimpan dendam kepadaku?, siapa sebenarnya dia dan apa maunya dia?. Batin Dana dengan rentetan pertanyaannya menghinggapi isi kepalanya.
"Kenapa diam? pasang lagi kuda-kudamu?, jika tidak sanggup hari ini kamu boleh pulang," ucap pelatih baru yang bernama Bagas itu.
Gue ga boleh menyerang dia sampai hancur bisa-bisa gue yang kena imbasnya besok. Gue tetap harus menahan emosi gue untuk membuat dia tetap hidup untuk sementara waktu ini. Batin Bagas penuh rasa emosi.
"Maaf Ka Bagas, apakah saya memiliki kesalahan sehingga anda berkali-kali melakukan kekerasan kepadaku?" tanya Lantang Dana membuat yang lain terdiam dan memperhatikan mereka.
Bagas kelabakan.
"Apa yang kamu katakan? kamu di latih keras agar kamu bisa memiliki kekuatan dalam menahan kuda-kudamu, ini dasar. Jika kamu ingin menyerah karena merasa aku terlalu keras, saya silahkan kamu pulang, tapi ingat berlatih keras itu penting dalam bela diri," kilah Bagas mengatakan apa yang harus di lakukan dalam bela diri.
Membuat semua orang diam dan kembali berlatih, dan seakan semua menyalahkan Dana yang belum sanggup di latih keras.
"Bagaimana?" tanya Bagas saat melihat Dana terdiam.
Dana tersenyum, "Terimakasih karena sudah mengingatkan saya untuk belajar keras untuk bisa ke tahap berikutnya, tapi anda masih murid sama dengan yang lainnya. Dan seharusnya anda tahu batasan dalam mengajar bagi pemula, bukan begitu?" tanya Dana berani.
Mereka semua berlatih namun sebagian yang posisinya dekat dengan mereka memasang kupingnya tajam-tajam karena mereka merasa ada yang tidak beres.
Mereka tahu bagaimana Bagas mencintai Sylvia dan selalu mengejarnya, namun selalu saja Sylvia menolaknya mentah-mentah bahkan selalu menghindarinya.
Lain dengan Dana, dia anak baru di desa ini, namun seakan dengan mudah bisa mengambil hati bunga desa. Dalam waktu sehari Dana bisa langsung akrab dan Sylvia tidak merasa canggung untuk dekat dengan Dana.
Mereka tahu bagaimana sifat Bagas, jika sudah menyukai seseorang maka hanya dia yang berhak memilikinya.
Dan sekarang kebetulan pelatih pengganti di tunjuk kepada Bagas, otomatis mereka tahu jika Bagas ingin menghajar Dana.
Ingin mencegah tapi tanpa bukti dan itu akan memperburuk citra bela diri mereka. Karena dalam tim ini mereka harus saling asih bekerja sama apalagi bagi mereka yang masih berada di bawah. Harus di bimbing dan di aping. Tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh sembarang menggunakan ilmu, tidak boleh merasa hebat menjadikan orang sekelilingnya tertekan ataupun tertindas.
Sehingga mereka tetap diam, namun jika ada tindakan Bagas yang melebihi batas maka mereka akan turun tangan membantu Dana.
Kembali Ke Dana dan Bagas ...
Bagas terdiam dia kalah telak, dia seperti memikirkan sesuatu.
Kembali Dana tersenyum, "Kenapa apa ada yang salah? saya tahu peraturan di sini, dan anda telah salah membimbing saya terlalu kasar dan keras, Anda memang perlu mengajarkan saya menompang badan saya kuat apalagi dengan tendangan agar tidak terjatuh. Namun apakah anda tahu? jika itu pun ada tahapannya? tentu anda juga tahu itu, jangan kira saya baru di sini anda bisa seenaknya kepada saya," tantang Dana dan membuat yang lain kembali diam sambil memperhatikan Bagas juga Dana.
"Apa yang kamu katakan? jika saya terlalu kasar mungkin kamu tidak dapat berdiri seperti ini," kilah Bagas.
"Mau saya tunjukkan kepada mereka seperti apa kaki saya sekarang?" sindir Dana yang merasakan memar di setiap kakinya.
Bagas terdiam, tidak menyangka jika Dana akan lebih berani, dia sudah salah orang untuk memulai perang.
"Kenapa diam? apa anda takut?" tanya Dana kembali.
"Mungkin saya baru, dalam ilmu bela diri mungkin saya kalah, tapi tidak dengan kinerja otak tuan Bagas, jangan kira saya tidak tahu peraturan di sini, dan jangan seenaknya kepada yang baru yang mesti anda bimbing semestinya. Terimakasih karena anda sudah membimbing saya," ujar Dana yang langsung membalikkan badannya menuju kediaman Jae.
Bagas terdiam dia benar-benar kalah telak, namun untungnya teman-teman yang lain tidak menuntut apapun kepada Bagas, entah sudah malas atau karena waktu berlatih masih berlangsung?
Bersambung ...