Langit Tanpa Senja

~ Maru ~

Maru menenteng tas sepatu dan air mineral dalam tumbler, masuk ke dalam studio gym langganannya sore itu, di tengah cuaca yang memberikan kesan mendung-mendung tak hujan.

Jemarinya menekan-nekan sejumlah tombol lalu berlari di atas treadmill, awalnya lambat, namun kemudian speednya ia tambah lagi dan lagi, sampai batas kemampuannya berlari. Hentakan larinya membuat sebagian rambutnya ikut naik turun dan basah oleh keringat.

Entahlah sudah berapa jauh jika ia ukur jarak berlari, sampai ia merasa jika otot-otot kakinya sudah mulai terasa pegal. Speed ia kurangkan lalu berhenti.

Masih berdiri di sana bermandikan kucuran keringat Maru diam untuk beberapa saat, ia kemudian turun dari alat itu untuk mencoba alat kebugaran yang lain setelah sebelumnya merasakan adrenalin terpacu dan rasa sesak mulai teralihkan.

//

Sebelum benar-benar memilih pulang, ia mengecek ponsel dan menemukan sebuah publikasi mengejutkan di pembaruan status.

Ada Senja disana, memamerkan fotonya bersama sepasang pengantin, ada Arlan pula di sampingnya memasang wajah yang cerah dan senyum ceria diantara balutan baju stelan yang terkesan seperti couple. Jadi benar? Terlebih...ocehan anak-anak kkn 21 yang heboh, tak ada habisnya menggoda kedua manusia ini di grup, berisik! Jawaban-jawaban nyeleneh dilemparkan Arlan demi menjawab cecaran pertanyaan dan membuat grup semakin riuh saja.

Lain hal dengan Arlan, Senja justru terkesan bungkam saja tak menggubris ocehan di grup.

Sepertinya Senja sudah menunjukan jika dirinya telah berhasil keluar dari zona pertemanan dengan Maru, atau justru Arlan sudah memutuskan untuk memulai hubungan bersama Senja?

Esoknya, sebuah paper bag dibawa Vio ke kelas dan tersimpan di atas mejanya, "Ru, titipan Senja..katanya titip kembaliin kaos punya lo." Vio berlalu setelah berdadah ria dengan Shaka yang mau repot-repot mengantar kekasihnya itu sampai kelas.

Maru hanya mengangguk sekali saja menatap nyalang paper bag ungu titipan Senja, yang ia longokan wajahnya ke dalam itu, menunjukan lipatan kaos jersey sepak bola berwarna biru miliknya.

Sampai Sigit masuk dan membuyarkan lamunannya tentang Senja dan kaos jersey serta Jojo dan Yaya yang seolah mulai menghilang meninggalkannya.

****

Semakin hari kesibukan memakan semua anggota kkn 21, seolah...mereka hilang ditelan tugas skripsi. Meski tak sampai membuat sepi grup whatsapp 21 yang seringnya diisi oleh ocehan Vio, trio ubur-ubur plus Zaltan, dan ditimpali Shaka, Mahad, Syua sesekali.

Terlebih ketika kelulusan tiba, mereka seolah mulai menjajaki dunia yang sebenarnya masing-masing.

Jovi dan Alby sudah diterima di universitas Osaka--Jepang atas beasiswa yang diajukan, bahkan jadwal keberangkatan mereka yang terkesan buru-buru membuat anggota kkn 21 tak sempat mengadakan perpisahan terencana.

Pun dengan Jingga...si kordes yang juga memilih melanjutkan magisternya di Bandung jalur beasiswa, melakukan long distance relationshipnya dengan Mei yang mengambil magisternya di Jakarta seraya membangun usaha bersama.

Begitupun beberapa dari mereka yang memilih meraih kembali gelar magister di bidangnya termasuk Senja.

Shaka mencoba peruntungannya di badan pemerintahan, namun siapa menyangka jika calon imam Vio itu justru dengan lancarnya naik pangkat jadi seorang pns seperti orangtuanya, rejeki calon manten mungkin.

Sementara Vio sendiri, bekerja di salah satu firma hukum meski bukan untuk menjadi seorang advokat.

Senja, seperti yang direncanakan gadis itu dulu, ia benar-benar mengambil gelar magisternya di kampus yang memiliki fakultas jurusan keinginannya itu. Nalula, calon guru tk yang telah beberapa bulan lolos sertifikasi gurunya dan kini tengah mengajar di salah satu tk di bilangan Bintaro.

Lalu Arlan, mengajukan pasca sarjananya di UNJANA kembali seraya mengambil pekerjaan di salah satu perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia, Telkom.

KKN 21

(Sultan Tri Alby) sorry gue ngga bisa datang Vi--Ka, sakinah mawadah, warahmah.

(Raindra Jovian)2-in, Vi...Ka. Sorry ya belum bisa balik Indo.

(Arshaka Mandala) ngga apa-apa, nyantei aja Jov, By. Thanks do'anya.

(T. Zioma Arlan) Laundry yang kilat dimana, jasnya belum gue cuci?

(Nararya Zaltan) Minta Senja cuciin Lan, kan calon makmum 😁

(Purwangga Mahadri) Lah, si Senja setan bermukena?

(Sultan Tri Alby) jas auto jadi daster kalo Senja yang cuci.

(Raras Nalula) My Wash Lan, deket sama UNJANA kok, sehari selesai.

(T. Zioma Arlan) Yang deket perempatan bukan, La?

(Livia Syua Tan) 👍

(Lengkara Savio) @ Raindra Jovian @ Sultan Tri Alby, santai guys. Makasih do'anya. Ntar foto lo berdua di edit biar keliatan lagi bareng kita. Bang Jing, aman? Datang kan? @ Aksara Jingga.

(Meidina Sastro) Aman Vi, kordes udah balik semalem, sekarang lagi ngasuh papa gue 😂

Dan obrolan panjang terus bergulir, menjadikan Jingga topik yang menyenangkan untuk dibully anak kkn 21, sejak dulu bahkan. Salahkan Mei yang memancing-mancing di air keruh yang memang tak pernah bening untuk nama Jingga.

Sehari sebelum menikah, anggota kkn 21 khususnya perempuan memutuskan untuk menginap di rumah Senja, karena rencananya...mereka akan berangkat bersama menggunakan mobil Senja. Sebelum pukul 5 sudah ada di hotel untuk make up, begitu pesan Vio.

Bahkan Senja sendiri masih menguap berujung dengan Syua yang membawa mobil gadis itu.

*Tik--tuk--tik--tuk*.

Suara sen yang dinyalakan Syua mengisi kesenyapan mobil. Senja masih menutupi kesadarannya dengan kupluk legend. Sementara Lula, sudah terbangun dan menemani Syua mengobrol. Disana Mei melakukan hal yang sama dengan Senja, terkadang membuka matanya, terkadang menutup juga. Tugas makalah kemarin membuatnya benar-benar lelah.

"Rok lo gimana nasibnya, La?" tanya Mei memantik Lula untuk menoleh.

"Ngga bisa dicuci, Mei. Yu dadah babay aja..." kekeh Nalula ingat dengan kejadian kemarin, jika Lula menanyakan hal random padanya, bagaimana menghilangkan cat yang tumpah di rok sebab anak muridnya.

"Ya sayang banget, padahal itu rok kesayangan lo, kan?" tanya Senja, diangguki Lula justru terlihat tak begitu bersedih, sebab alih-alih kehilangan, ia justru menerima gantinya 2 dari seseorang.

"Ngga apa-apa lah, namanya juga anak kecil, iya kan..." kikiknya sumbang.

Syua melirik Lula dari rear vision dengan mata sinis, "ck. Bisa banget lo sabar, La. Kalo gue udah ngga tau deh, da rah tinggi."

Senja tertawa renyah, "cici dilawan. Anak kecil ee aja dia maki. Kebayang ngga ntar kalo dah ada anak, ci? Mana ngeklopnya ama Mahad, kelar deh urusan...kerjaan mereka bikin anak doang, ngurusnya sama nanny."

Senja langsung dihujani seruan ketiganya dengan penuh tawa.

"Lah, lo apa kabar? Kalo punya anak yang ada Arlan diteriakin mulu. Lannn! Anak lo be rak tuh!" ujar Mei memancing tawa mereka semua lebih kencang.

Senja seketika menghentikan tawanya, "lagian gue sama Arlan ngga jadian, hey. Gue sama Arlan cuma pura-pura doang biar Rion ngga ganggu gue terus." Akui Senja membuat mereka menyipitkan matanya sangsi, "boong."

"Sekarang gue tanya, yang dibilang Jovi itu bener? Kalo lo sama Arlan pernah *koko pan* mulut?" tanya Lula membuat Mei menyemburkan tawanya. Senja menatap Lula dengan alis mengernyit, "ihhh! Muka lo, La...jangan terlalu deket."

"Emhhh, anak mami udah gede. Mainnya ko kop-ko kopan. Arlan sih guru ngga bener banget. Abis diajarin tawuran diajak ko kopan."

Senja dengan wajah sengitnya mengelak, "engga! Jovi fitnah! Cuma ngada-ngada aja." ketus Senja menutup obrolan dengan topik dirinya dan Arlan. Oh ya ampun! Wajahnya memerah. Sampai hening sejenak di dalam mobil setelahnya.

Mei memendarkan pandangan ke sekeliling, dimana ibukota masih gelap, meski sesubuh ini sudah ramai geliat aktivitasnya, "ini kalo gelap begini tuh entah kenapa gue ingetnya aroma Widya Mukti, fix gue kangen si sama Cikalong."

Lula menoleh begitupun Senja, "gelar foto prewed disana aja, Mei. Cocok tuh."

Mei mengangguk-angguk menimbang-nimbang saran Lula.

Hingga kini laju ban mobil menggilas jalanan berpaving blok parkiran hotel.

Beda dengan para groomsmen yang datang lebih siang, para bridesmaid yang pakaiannya senada dengan warna baju Shaka nantinya itu kini tengah berada di ruang make up.

Maru sudah selesai mandi, dan melilitkan handuk di pinggangnya. Nampak dari cermin pantulan dirinya yang nampak seperti biasanya. Segala kerumitan materi kuliah, belum lagi ia yang sudah mulai ikut terjun ke firma hukum milik sang papa membuatnya belakangan ini tak bisa tertidur dengan porsi jam yang tepat.

Ia menarik satu hanger berisi stelan groomsmen bernuansa abu kehijauan dengan kemeja putih. Hanya mengacak rambut yang mulai gondrong kemudian menatanya secara harajuku. 2 hari lepas mama sudah menyuruhnya untuk mencukur rambut namun ia belum sempat.

Ting!

Notifikasi memang selalu menyerbu nomornya sejak lama, namun belakangan ini lebih sering sebab satu tempat khusus untuk pekerjaan yang diembannya.

Mbak Gita

Mas Maru, file kasus pak Tomo udah beres? Mau aku kasih ke pak Ilyas?

Sejenak, ia menghentikan kegiatannya mengancingkan jas demi membalas sekertaris firma. Iya, tidak semata-mata ia anak sang papa pemilik firma hukum jadi ia bisa langsung naik ke jabatan tertinggi...namun Maru benar-benar merangkak dari bawah.

.

.

.