NovelToon NovelToon
Cinta Mulia

Cinta Mulia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mulia adalah seorang wanita sukses dalam karir bekerja di sebuah perusahaan swasta milik sahabatnya, Satria. Mulia diam-diam menaruh hati pada Satria namun sayang ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba Mulia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang juga teman saat SMA-nya dulu. Kartika, ibu dari Ikhsan sudah membantu membiayai biaya pengobatan Dewi, ibu dari Mulia hingga Mulia merasa berutang budi dan setuju untuk menerima perjodohan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saat Presentasi

"Silakan, Mulia. Kamu bisa mulai sekarang," ujar Bapak Wibowo, Direktur Pemasaran Menggara Group, sembari meletakkan bolpoin di atas map presentasi.

Jantung Mulia Anggraeni berdegup kencang. Ia menghela napas, mencoba menenangkan diri. Ruangan rapat di lantai 12 ini terasa dingin. Mulia memandangi layar proyektor. Matanya tertuju pada sebuah foto slide pertama, foto dirinya ketika ia masih menjadi mahasiswi baru di universitas.

"Selamat pagi, Bapak Wibowo dan rekan-rekan. Pagi ini, saya akan mempresentasikan hasil analisis dan rekomendasi untuk peningkatan efektivitas promosi produk baru kita, Seruni Coffee Blend."

Mulia memulai presentasinya dengan suara yang sedikit bergetar. Mulutnya terasa kering. Ia menjeda sebentar, meminum air putih di gelasnya, lalu melanjutkan.

"Dari data yang kami kumpulkan, 60% pelanggan merasa informasi yang mereka terima tentang Seruni Coffee Blend masih kurang. Lalu, 75% dari mereka belum yakin bahwa Seruni Coffee Blend mampu memberikan pengalaman minum kopi yang baru. Terakhir, 90% pelanggan menanyakan tentang asal biji kopi yang kami gunakan."

Bapak Wibowo mengangguk-angguk. Ia tampak serius mendengarkan. Tatapan matanya yang tajam seakan menembus Mulia.

"Untuk mengatasi masalah ini, kami mengusulkan beberapa strategi. Pertama, kita perlu meningkatkan promosi melalui media sosial. Kita bisa membuat video tutorial tentang cara menyeduh Seruni Coffee Blend, atau membuat kontes foto dengan hadiah menarik."

"Kedua, kita bisa mengadakan acara coffee tasting di beberapa kafe atau mall. Ini akan memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk mencoba langsung Seruni Coffee Blend dan merasakan sendiri perbedaannya."

"Dan terakhir, kita bisa berkolaborasi dengan coffee influencer atau barista ternama. Mereka bisa membantu kita menyebarkan informasi tentang Seruni Coffee Blend dan juga memberikan ulasan yang objektif."

Mulia mengakhiri presentasinya dengan senyum tipis. Ia menantikan tanggapan dari Bapak Wibowo.

"Terima kasih, Mulia. Presentasi yang bagus," puji Bapak Wibowo. "Namun, saya rasa ide-ide kamu masih terlalu umum. Apa yang bisa kamu tawarkan agar promosi kita lebih unik dan berbeda dari kompetitor?"

Mulia terdiam. Pertanyaan itu membuatnya bingung. Ia tahu bahwa Bapak Wibowo tidak ingin ide-ide yang biasa saja. Ia harus bisa memberikan sesuatu yang baru dan segar.

"Saya rasa, kita bisa membuat podcast tentang kopi," jawab Mulia, mencoba memberikan ide baru. "Di podcast itu, kita bisa membahas tentang sejarah kopi, cara menyeduh kopi yang benar, atau bahkan mengundang para barista untuk berbagi pengalaman mereka."

Bapak Wibowo tersenyum. "Ide yang bagus, Mulia. Saya suka itu. Tapi, apa lagi?"

"Saya juga berpikir, kita bisa membuat sebuah 'Seruni Coffee Journey'," Mulia menambahkan. "Sebuah program reality show mini yang merekam perjalanan tim kami mencari biji kopi terbaik di Indonesia. Kita bisa menyoroti petani lokal, proses panen, hingga cara biji kopi itu sampai di pabrik kita. Ini akan membangun cerita di balik produk kita dan menciptakan ikatan emosional dengan konsumen."

Wajah Bapak Wibowo terlihat berbinar. "Itu ide yang brilian, Mulia! Sangat orisinal dan realistis."

Hati Mulia melompat kegirangan. Ia berhasil. Ide-ide gilanya diterima.

"Oke. Saya ingin kamu segera membuat proposal rinci untuk 'Seruni Coffee Journey'," perintah Bapak Wibowo. "Saya mau lihat detailnya, termasuk estimasi biaya, jadwal produksi, dan target influencer yang akan kita ajak kerja sama. Saya yakin ini akan menjadi terobosan besar untuk Menggara Group."

Mulia mengangguk penuh semangat. "Baik, Bapak. Saya akan siapkan secepatnya."

****

Seusai rapat, Mulia berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah ringan. Ia merasa seperti baru saja memenangkan lotre. Ia tidak menyangka ide-ide yang ia susun semalam suntuk bisa diterima dengan baik.

Di koridor, ia berpapasan dengan Guntur, seniornya di tim pemasaran.

"Bagaimana, Lia? Diterima tidak ide kamu?" tanya Guntur.

"Diterima, Mas Guntur!" seru Mulia, tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Bapak Wibowo suka sekali ide 'Seruni Coffee Journey'."

"Wah, hebat! Selamat, ya. Kerja kerasmu terbayar. Awalnya, saya kira Bapak Wibowo akan menolak karena ide itu terlalu 'keluar dari pakem'."

"Saya juga sempat pesimis, Mas. Tapi, saya pikir, kalau tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu hasilnya, kan?"

Mulia kembali ke mejanya, merasa begitu termotivasi. Ia membuka laptopnya dan mulai mengetik. Mulia tahu, perjalanan masih panjang. Ide ini baru permulaan. Ia harus bisa membuktikan bahwa ide 'Seruni Coffee Journey' benar-benar bisa membawa kesuksesan besar bagi Menggara Group.

****

Di saat Mulia Anggraeni tengah asyik menekan tombol-tombol keyboard, membuat draf proposal "Seruni Coffee Journey", bayangan seseorang tiba-tiba menutupi monitornya. Ia mendongak dan matanya membulat sempurna. Itu Satria Wira Sakti, Wakil Direktur Utama Menggara Group. Pria yang sudah mencuri hatinya sejak lama.

"Sibuk sekali, Mulia?" sapa Satria dengan senyum tipis di bibirnya.

Jantung Mulia berdegup lebih kencang. Rasanya seperti ada genderang yang ditabuh di dalam dadanya. Ia segera membenarkan duduknya, mencoba bersikap santai, meskipun di dalam hatinya ia sudah seperti gadis remaja yang baru pertama kali bertemu cinta pertamanya.

"Eh, Pak Satria," jawab Mulia, suaranya sedikit gemetar. "Ini... sedang menyusun proposal yang tadi Bapak Wibowo minta."

Satria berdiri di samping meja Mulia, melipat kedua tangannya di dada. Matanya menelusuri layar monitor Mulia, membaca beberapa kata yang terpampang di sana. "Oh, 'Seruni Coffee Journey'," ucap Satria. "Aku dengar idemu brilian. Bapak Wibowo sampai memuji di grup direksi."

Pujian itu membuat pipi Mulia merona. Ia menunduk, pura-pura fokus pada layar, padahal pikirannya melayang ke mana-mana. "Ah, biasa saja, Pak. Saya hanya mencoba memberikan yang terbaik."

"Tidak. Itu luar biasa," kata Satria. "Ide-ide baru seperti ini yang kita butuhkan untuk membawa Menggara Group ke level selanjutnya."

Mulia memberanikan diri menatap Satria. Ia mendapati Satria tengah tersenyum, senyum tulus yang membuat Mulia merasa dunia berhenti berputar. Mulia tahu, di antara mereka ada sejarah. Mereka sudah saling kenal sejak SMA, bahkan duduk di meja yang sama. Satria adalah teman Mulia yang paling dekat. Mulia sudah menyukai Satria sejak lama, tapi ia tidak pernah berani mengungkapkannya. Ia takut, jika ia mengungkapkannya, persahabatan mereka akan hancur. Ia takut, jika Satria tidak memiliki perasaan yang sama, ia akan kehilangan Satria selamanya.

"Pak Satria... ada apa?" tanya Mulia, mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tidak ada," jawab Satria, "aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja setelah presentasi tadi. Kamu terlihat tegang sekali."

"Aku memang tegang," Mulia mengakui, "tapi, sekarang sudah tidak."

"Syukurlah," Satria tersenyum. "Kalau ada masalah, jangan sungkan untuk menghubungiku. Aku selalu ada untukmu."

Kata-kata itu membuat hati Mulia menghangat. Ia tahu Satria tidak pernah ingkar janji. Dulu, ketika Mulia menghadapi kesulitan saat ujian nasional, Satria selalu membantunya belajar. Saat Mulia patah hati karena pacar pertamanya, Satria selalu ada di sana untuk menenangkannya.

"Terima kasih, Mas Satria," ucap Mulia. Ia ingin sekali mengatakan lebih, tapi lidahnya terasa kelu. Ia ingin mengatakan 'Aku suka kamu', tapi kata-kata itu tidak pernah bisa keluar dari mulutnya.

Satria hanya tersenyum, lalu menepuk pelan pundak Mulia. "Aku harus kembali ke ruanganku. Semangat, Mulia!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!