Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09: Kembali ke Perbatasan
Dengan pakaian serba hitam, dilengkapi dengan sebuah pedang, seketika membuat penampilan Rong Sheng terlihat sangat keren. Begitulah yang dipikirkan oleh Mei Lin.
Terlihat gagah, fitur wajahnya yang luar biasa, porsi tubuhnya yang sangat-sangat luar biasa, membuat Mei Lin tak bisa berkedip saat melihat Rong Sheng dengan menunggang kuda berwarna hitam. Dia terlihat sangat gagah dan jantan.
"Aku sudah siap. Bagaimana denganmu? Apakah ada barang lain yang ingin kau bawa selain barang berwarna hitam yang kau pakai di punggungmu itu?" tanya Rong Sheng. Barang berwarna hitam yang dimaksud Rong Sheng itu tidak lain adalah tas ransel hitam milik Mei Lin.
Mei Lin mengangguk. "Iya. Hanya benda ini yang aku punya. Aku hanya perlu membawa benda ini. Dan ngomong-ngomong... kita tidak akan pergi ke perbatasan dengan kuda lagi 'kan?" Mei Lin merasa sedikit trauma. Sebelumnya mereka juga naik kuda untuk sampai ke Dinasti Xianhua, dan saat itu Mei Lin merasa sangat mual sepanjang perjalanan. Ia tak bisa terbiasa dengan kuda.
"Jika tidak menggunakan kuda, akan butuh waktu satu hari penuh untuk sampai ke perbatasan. Satu-satunya transportasi yang kita miliki saat ini hanya kuda saja. Apakah kau ingin berjalan kaki seharian penuh? Kurasa itu jauh lebih berat daripada menerima kenyataan bahwa kau harus naik kuda lagi," jelas Rong Sheng.
Mei Lin menghela napas berat. Dia harus dihadapkan dengan kenyataan yang sangat pahit. Mau tidak mau, Mei Lin harus naik ke kuda itu. Alasan jelas; Mei Lin tidak ingin berjalan kaki menuju tempat yang jaraknya sangat jauh. Itu akan jauh lebih melelahkan daripada mual diperjalanan.
"Baiklah. Daripada lelah berjalan, aku lebih baik memilih naik kuda ini." Mei Lin terlihat putus asa dan sangat terpaksa. "Kumohon kuda... tolong jangan buat aku merasa mual lagi." Mei Lin mengelus lembut kuda itu, berharap kuda itu akan berjalan dengan mulus dan lancar tanpa membuat Mei Lin merasa mual.
Untuk naik ke atas kuda itu, Mei Lin membutuhkan bantuan Rong Sheng. Dan dengan senang hati, Rong Sheng membantu Mei Lin. Setelah semuanya siap, mereka berdua pun berangkat menuju tempat dimana mereka pertama kali bertemu. Dengan penuh rasa harap di hatinya, Mei Lin benar-benar berharap bisa menemukan petunjuk untuk bisa pulang kembali ke dunianya.
Dinasti Xianhua sebenarnya tidak terlalu buruk. Di tempat itu, Mei Lin sangat dihormati. Mei Lin bisa mendapatkan banyak hal yang tidak dia dapatkan di dunianya sendiri. Semuanya benar-benar baru dan luar biasa. Tetapi, satu hal yang membuat Mei Lin tidak bisa tetap tinggal di Dinasti Xianhua. Kedua orangtuanya!
Di dunianya, Mei Lin punya keluarga. Dia punya Ayah dan juga Ibu. Dia tidak bisa memilih untuk tetap tinggal di dunia Rong Sheng. Mei Lin harus mencari cara agar bisa kembali, untuk Ayahnya... dan yang pasti, untuk Ibunya!
***
Berita kepergian Rong Sheng dan juga Mei Lin akhirnya telah sampai ke telinga Rui Xi. Dia merasa senang karena akhirnya Mei Lin keluar dari istana; dia keluar dari tempat yang paling aman.
"Bagus. Akhirnya dia keluar. Sekarang, akan jauh lebih mudah bagiku untuk bergersk." Rui Xi tersenyum licik. Di kepalanya terancang sebuah ide jahat yang ia tunjukan untuk Mei Lin. "Jangan membuang-buang waktu lagi. Cepat berikan perintah kepada pembunuh bayaran itu untuk mulai bergerak. Aku ingin melihat wanita itu hilang dari dunia ini untuk selamanya. Aku tidak ingin melihat dia kembali dengan selamat bersama dengan Pangeran Rong Sheng."
"Dan satu hal lagi! Jangan sampai berani menyentuh Pangeran Rong Sheng! Dia milikku!" Rui Xi benar-benar sangat menakutkan. Dia adalah karakter antagonis yang bisa melakukan apa saja untuk bisa memiiki apa yang ia inginkan. Tidak peduli dengan cara apapun itu, Rui Xi akan tetap melakukannya agar bisa mendapatkan apa yang menjadi keinginannya.
***
Dalam perjalanan, Mei Lin tidak bisa berkata apa-apa. Perutnya merasa sangat mual. Padahal sebelumnya ia sudah berpesan kepada kuda agar berjalan lebih hati-hati agar tidak menimbulkan rasa mual pada Mei Lin. Tapi, nyatanya... hal itu tidak berguna sama sekali. Mei Lin masih tetap merasa mual.
Merasakan ada hal yang tidak beres dengan Mei Lin, Rong Sheng bertanya. "Apa kau baik-baik saja?"
Mei Lin menggeleng. Dia tidak bisa berbohong pada saat itu. "Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku benar-benar merasa mual. Rasanya... aku ingin muntah sekarang juga."
"Benarkah? Kalau begitu, haruskah kita berhenti dulu?" Rong Sheng terdengar khawatir.
Mei Lin kembali menggeleng. "Tidak, tidak. Tidak perlu melakukan itu. Bukankah kau bilang, jaraknya lumayan jauh. Kita tidak bisa membuang-buang waktu untuk hal yang tidak terlalu penting. Kita harus sampai ke tempat itu dengan cepat, lalu bergegas kembali ke istana sebelum matahari terbenam."
Mei Lin berusaha keras untuk menahan rasa mualnya. "Aku sangat yakin... jika kita belum sampai ke istana sebelum matahari terbenam, kemungkinan besar kita akan bertemu dengan bandit. Itu benar-benar skenario yang buruk. Aku tidak ingin masuk ke adegan seperti itu. Jadi... jika bisa, percepat saja kuda ini. Kita harus segera sampai!" Mei Lin bersikeras, tak peduli dengan dirinya sendiri.
Rong Sheng hanya mengikuti apa yang diinginkan Mei Lin. Rong Sheng memacu kudanya agar bergerak lebih cepat lagi. Sepanjang perjalanan, Mei Lin benar-benar sangat tersiksa. Tetapi, siksaan yang dialaminya itu membuahkan hasil yang lumayan.
Mei Lin dan Rong Sheng berhasil sampai ke tempat dimana sebelumnya mereka bertemu. Di tengah hutan bambu yang sejuk dan damai. Benar-benar pemandangan yang luar biasa. Sebelumnya, Mei Lin tak bisa menikmati pemandangan luar biasa itu karena dirinya terlalu panik dan bingung.
"Wah! Tempat ini luar biasa. Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan pemandangan yang luar biasa seperti ini?" Mei Lin benar-benar kagum. "Tapi, ya... bisa dipahami. Saat itu aku benar-benar panik, ketakutan dan kebingungan. Jadi, wajar saja aku tidak bisa menikmati apapun."
Mei Lin melihat-lihat sekitar tempat itu, tapi, Mei Lin tak bisa menemukan sesuatu yang aneh. Di sekeliling tempat itu hanya ada pohon bambu. Tidak ada apa-apa!
"Ternyata tidak ada apa-apa di sini...." Mei Lin mulai merasa putus asa. "Kukira aku akan bisa menemukan sesuatu di sini... tapi, nyatanya tidak ada apapun di sini. Usaha kita jauh-jauh ke sini, sia-sia. Tidak ada apapun di sini."
Rong Sheng berusaha berfikir positif. "Ayolah, jangan cepat menyerah. Kita bahkan belum bergerak untuk mulai mencari secara lebih dalam. Jangan berkecil hati dulu. Setidaknya, ayo kita coba untuk mencari sesuatu yang mungkin berguna di sini." Rong Sheng mulai mencari, dan kemudian diikuti oleh Mei Lin. Walaupun enggan melakukannya, Mei Lin tetap melakukan itu, berharap, apa yang dikatakan Rong Sheng benar.
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu