"Bagaimana ini?. Apa dia bisa melihat aku? Ya Tuhan tidak terlihat tidak terlihat. "Ujarnya sambil menakupkan kedua tangannya di pipi kanan dan kirinya agar Nikolas tidak bisa melihat wajahnya. Mora terus berjalan sambil terus berdoa tidak terlihat tidak terlihat. Tapi Nicholas dengan sengaja mengikuti langkahnya dan menarik kerah bajunya. Hingga mora seperti anak kucing. Meong meong
"Ampun Om, ampun Om, ampun! maafin Mora, mora nggak bakalan lagi-lagi deh ngerjain Om suerrr.. deh!." Mohonnya sambil jarinya membentuk huruf v. Hingga membuat Nicolas tersenyum tipis.
Sedangkan sofa dan Dara Mereka berdiri di tempat. Karena takut!.
Nicolas memajukan kepalanya sehingga posisi bibirnya menempel ke telinga Mora dengan jarak Sedekat Itu Nicholas dapat mencium aroma wangi rambut Mora sepertinya habis keramas.,sambil berbisik.
" Apakah aku setua itu sehingga kamu memanggil aku Om." Ujarnya membuat kedua mata Mora membulat dan bulu kuduk Mora langsung berdiri karena dengan jailnya Nicholas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myabra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 9
" kamu itu cantik, pendidikan kamu juga bagus ko bisa nyangkut sama tali jemuran?! Bahkan untuk mendapatkan laki- laki yang lebih baik, lebih terhormat dan lebih dari itu Abang yakin kamu mampu. Tapi kenapa.. kamu milih orang yang salah! apa mata kau itu katarak. kalau mata kamu katarak bilang sama Abang entar Abang kasih pinjam kaca matanya Mora, biar jelas mata kamu itu lihat orang." Omel papa Joni kepada Silviana adik kandungnya, yaitu aunty Mora yang ingin Mora kenalkan dengan Kenzie.
" Tapi bang ini masalah hati Vivi ga mungkin nikah sama laki-laki yang ga Vivi suka, tolonglah bang ngerti perasaan Vivi" mohon Vivi kepada Abangnya.
"Bantu Vivi ngomong ke papa" ujarnya lagi karena dia tidak mau dijodohkan karena dia sudah memiliki kekasih.
" Maaf Abang ga bisa bantu" ujar papa Joni. Sedangkan mama Ani hanya diam dan zo memainkan handphone miliknya sambil telinganya ikut mendengarkan obrolan papa dan aunty nya, sebenarnya jarak usia zo dan Silviana tidak berbeda jauh, hanya terpaut 2 tahun lebih tua dari zo.
" Bang maafin Vivi, karena Vivi udah ngecewain Abang Vi..Vi!" Perkataannya terbata-bata karena sedari tadi Silviana menahan tangisnya..
" Kamu kenapa jawab Dengan jujur! Apa kamu dan..? Tanyanya kepada Silviana tidak dilanjutkan.
" Kenapa kamu sebodoh ituuu ... kamu gatal?!" Teriak papa Joni sambil melayang kan tangannya
" Siapa yang gatal" tanya Mora yang tiba-tiba sudah ada diruangan dan menatap pada tangan papa Joni yang masih mengambang di udara. "Tangan papa kenapa" tanyanya lagi sambil menyipitkan matanya.
" Ah.. ini sayang aunty mu gatal katanya minta digaruk" ujar papa Joni yang tangannya spontan tangannya langsung
Diturunkan dan menggaruk kepala Silviana.
" Iya sayang aunty kepalanya gatel banyak ketombenya, jadi minta tolong sama papa minta digaruk in" sahut mama Ani sekenanya. Zo hanya celingak-celinguk karena Keluarganya itu sangat unik.
" Owh.. kirain Mora aunty gatel pengen kawin" Ujarnya sambil cengengesan dan berlari memeluk papahnya. " Mangkanya keramas aunty biar ga banyak ketombenya" ujar Mora, sebenarnya Mora tau apa yang terjadi, walaupun aunty nya itu salah tapi aunty nya punya hak untuk bahagia. " Pah beliin Mora es cream " rayu Mora sambil bergelayut manja memeluk pinggang papahnya. " Ya udah Nanti diteruskan lagi kamu makan dulu sana" suruh papa jo kepada adiknya. Karena dia sekarang akan pergi bersama putri kesayangannya.
"Iya bang" sahut Silviana
" De sekalian beliin Kaka satu" pesan zo yang ingin juga di beliin es krim
Mama Ani menyiapkan makanan untuk Silviana, karena adik iparnya itu mungkin lapar. " Ayo cepat makan mungpung abangmu itu pergi" ajak mama Ani sambil mengambilkan nasi untuk Silviana " makasih Kaka ipar" Ujarnya tak bersemangat.
" Vi apa kamu yakin mau menikah dengan siapa itu namanya Kaka lupa?, jangan karena kamu cinta Dengan seseorang dan ingin segera menikahinya, kamu menghancurkan masa depan kamu sendiri. Menikah tidak sesimpel itu bukan untuk satu dua hari tapi untuk seumur hidup, kamu akan hidup dengan orang yang sama, pagi siang sore maupun malam yang pastinya ada bosannya, coba kamu Pikirin lagi, ga bisa semuanya mengandalkan cinta" Tanyanya memastikan keinginan adik iparnya karena dia tidak mau adik iparnya itu akan menyesal di kemudian hari .
" Kaka jangan khawatir aku sudah memikirkan semuanya dengan matang" Ujarnya yang sedari tadi hanya mengaduk aduk makanannya.
" Apa kamu sudah berpikir apa dia jantan atau tidak?" Dengan suara pelan karena takut putra sulungnya itu mendengar nya.
" Kaka ipar jangan khawatir dia jantan dan kuat" ujar Silviana sambil mengangkat kedua tangannya dan memperlihatkan Kedua otot lengannya.
" Beubeu" ujar mama Ani liat tingkah adik iparnya.
"Pah, boleh ga Mora ngmong sesuatu?" Tanya Mora serius .yang kini sudah duduk di sebuah cafe tidak jauh dari rumahnya.
" Anak papa mau ngomong apa?" Balas papa Joni lembut sambil menyeruput minumannya.
" Pah sebelumnya Mora minta maaf, Mora ga bermaksud ikut campur urusan papa dan aunty. Mora tau aunty salah tapi aunty juga berhak bahagia. Papah adalah kakak kandung aunty, sebenarnya bisa saja aunty tidak bilang sama papa kalau dia ingin kawin lari dengan kekasihnya, tapi aunty ga gitu karena aunty percaya karena papa pasti akan melindungi dan mendukungnya. Kalau aunty egois mungkin aunty juga ga bakalan minta restu ke papa, mengingat secara karir aunty sangat bagus".
Papa Joni hanya diam mendengar perkataan anak bungsunya yang seperti bukan putrinya, karena yang dia tau putrinya itu hanya bisa nangis kalau kemauannya tidak dituruti.
"Ternyata putri papah ini sudah besar" Ujarnya sambil mengusap kepala Mora dengan sayangnya.
" Mana es krim Kaka?" tanya zo karena adiknya itu kembali tanpa membawa tentengan apapun.
" Beli sendiri" ujar Mora sambil menjulurkan lidahnya dan segera berlari, zo yang diledek Mora langsung bangun dan mengejarnya.
" Aaaa mama tolong" teriak Mora saat dirinya sudah tertangkap oleh zo.
" Ini rasain" zo menggelitik telapak kaki Mora
" Zo lepasin Mora nanti ga doyan makan kalau kamu gelitikin dia gitu" teriak mama Ani melerai kedua anaknya.
Sedangkan papa Jo kembali berbicara dengan Silviana entah apa yang mereka bicarakan.
"sofa sebaiknya kamu cepat bangun dan cepat bereskan semua kekacauan yang sudah kamu buat" teriak mama sofa karena ia harus membayar tagihan pesanan milik sofa tanpa sepengetahuannya.
" Ya ampun ma, cuman tiga juta doang! Mama ga usah lebay deh! entar juga kalau sofa udah kerja pasti sofa ganti!" Ujarnya kesal karena mamanya sangat perhitungan
" tiga juta, kamu bilang doang? Itu uang punya kakak kamu buat modal nikah, terus mama harus ngmong apa Sama kakak kamu hah?" Sahut mama sofa karena anaknya itu makin hari makin menjadi. Bukan apa-apa, kelurga sofa bukan dari kalangan berada yang dapat menghambur-hamburkan uang. karena mereka mendapatkannya dengan kerja keras. Jadi wajar mama sofa marah karena anaknya itu tidak mau paham dengan kondisi keluarganya.
Sofa yang kesal dengan mamanya lansung mengambil kunci dan pergi dari rumah.
" Ini anak makin lama kenapa jadi keras kepala? " Gerutu mama sofa karena anaknya itu makin tak bisa di atur